Konsep Islam Tentang Penyaluran atau Pembiayaan Modal Kerja

45 3 Tahap partisipatoris yaitu mengupayakan perubahan dan suntikan dana zakat, infak, shodaqoh secara struktural terhadap masyarakat yang aktif dan terampil dalam mengembangkan usaha baik skala kecil maupun menengah Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat menghantarkan pada tahap emansipatif yaitu menjadi muslim yang berkualitas dan penyantun sesama.

D. Konsep Islam Tentang Penyaluran atau Pembiayaan Modal Kerja

Khusus untuk Bank Syariah islam istilah yang digunakan dalam penyaluran dana bukan kredit, tapi pembiayaan berbeda dengan kredit yang diberikan oleh Bank Konvensional yang menggunakan sistem bunga sebagai balas jasanya, bagi Bank Syariah balas jasa menggunakan sistem bagi hasil profit lost sharing. Pembiayaan berasal dari kata biaya yang berarti uang yang dikeluarkan untuk mengadakan mendirikan, melakukan, dsb sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran. Jadi pembiayaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya. 36 Pembiayaan juga berarti pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah 36 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990 cet ke 3, h.113 46 pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. 37 Sedangkan kata modal menurut bahasa sebagai uang yang dipakai sebagai pokok induk untuk berdagang, melepas uang dssb; harta benda uang, barang, dsb yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menambah kekayaan. 38 Selanjutnya kata kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan diperbuat; sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian. 39 Jika digabungkan kedua pengertian diatas pembiayaan modal kerja menurut istilah adalah dana yang dikeluarkan oleh suatu instansi atau Bank, yang diberikan kepada mudharib atau nasabah. Karena modal merupakan hak pemilik atas kekayaan suatu perusahaan. Secara umum yang dimaksud dengan pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas PMK dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Dalam perbankan syariah biasanya Bank menyediakan pembiayaan dalam penyediaan barang nyata asset baik yang di dasarkan pada konsep jual beli, 37 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPPAMP YKN, 2005 h.17 38 Departermen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990 cet ke 3,h.113 39 Ibid 47 sewa menyewa ataupun bagi hasil. Dengan demikian transaksi yang terjadi di perbankan syariah adalah transaksi yang bebas dari riba atau bunga karena selalu terdapat transaksi pengganti atau penyeimbang underlying transaction yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi suatu penambahan harta kekayaan secara adil. 40 Untuk menyesuaikan dengan aturan-aturan dan norma islam, lima segi religius yang berkedudukan kuat dalam literatur islam harus diterapkan dalam perilaku investasi atau pembiayaan islam. Lima segi tersebut adalah : 41 1. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga atau riba 2. Pengenaan pajak religius atau pemberian sedekah, zakat 3. Pelarangan produksi barang atau jasa yang bertentangan dengan sistem nilai islam 4. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir judi dan gharar ketidak pastian 5. Penyediaan takaful asuransi islam Secara garis besar produk penyaluran dana kepada masyarakat adalah berupa pembiayaan didasarkan pada akad jual beli yang menghasilkan produk murabahah, salam dan istishna’, berdasarkan akad sewa menyewa yang menghasilkan produk berupa ijarah dan ijarah muntahiya bi tamlikijarah wa 40 Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: PT. Gajah Mada University Press, 2007 h.98-99 41 Lativa M. Algoud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek Jakarta: Serambi, 2003 h.48 48 iqtina. Berdasarkan akad bagi hasil yang menghasilkan produk mudharabah, musyaro kah, muzaro’ah dan musaqoh dan berdasarkan pada akad pinjaman yang bersifat sosial tabarru’ berupa qard dan qardhul hasan. Fasilitas PMK dapat diberikan kepada seluruh sektor atau subsektor ekonomi yang dinilai prospek tidak bertentangan dengan syariat islam dan tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur atau calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi resiko dan mengoptimalkan keuntungan Bank. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa pemberian pembiayaan antara lain : 1. Jenis usaha, kebutuhan modal kerja masing-masing jenis usaha berbeda- beda. 42 2. Skala usaha, besarnya kebutuhan modal kerja suatu usaha sangat tergantung pada skala usaha yang dijalankan. Semakin besar skala usaha yang dijalankan, kebutuhan modal kerja akan semakin besar. 3. Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan. Dalam hal pemberian modal kerja, Bank juga harus mempunyai daya analisis yang kuat tentang sumber pembayaran kembali, yakni sumber pendapatan income proyek yang akan dibiayai. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengklasifikasi proyek menjadi : 42 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih 49 1. Proyek dengan kontrak 2. Proyek tanpa kontrak Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah, jenis pembiayaan modal kerja PMK dapat dibagi menjadi lima macam yaitu : 1. PMK mudharabah 2. PMK istishna’ 3. PMK salam 4. PMK murabahah 5. PMK ijarah Dalam melakukan penetapan akad pembiayaan modal kerja syariah, proses analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut : 43 1. Hal pertama dan utama yang harus dilihat Bank adalah jenis proyek yang akan dibiayai apakah memiliki kontrak atau belum. 2. Jika proyek tersebut memiliki kontrak, berikutnya yang harus dicermati adalah apakah proyek tersebut untuk pembiayaan konstruksi, pembiayaan yang layak diberikan adalah pembiayaan istishna’. Namun jika bukan untuk pembiayaan konstruksi melainkan pengadaan barang, maka pembiayaan yang patut diberikan adalah pembiayaan mudharabah. Jika proyek tersebut bukan untuk pembiayaan konstruksi atau pengadaan barang, maka Bank tidak layak untuk memberikan pembiayaan. 43 Ibid, h.223 50 3. Dalam hal proyek tersebut tidak memiliki kontrak, maka faktor selanjutnya yang harus dilihat oleh Bank adalah apakah proyek tersebut untuk pembelian barang atau penyewaan barang. a. Jika untuk pembelian barang, hal berikutnya yang harus dilihat adalah apakah proses barang tersebut berupa ready stock goods in process. Jika ready stock pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun jika goods in process,yang harus dilihat lagi adalah apakah proses barang tersebut memerlukan waktu kurang dari 6 bulan atau lebih. Jika kurang dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam. Namun jika melebihi 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan istishna’. b. Jika untuk penyewaan barang, maka pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan ijarah. 51

BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM PNPM MANDIRI ATAU P2KP

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

0 35 104

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan

0 27 245

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76