kerakyatan yang dianggap paling sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Pada tataran
pelaksanaannya telah
diatur dan
dikembangkan dalam Undang-Undang nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Undang-Undang Perkoperasian: 1992.
Sebagai tindak lanjut dari UU diatas maka diterbitkanlah Peraturan Pemerintahan PP No.9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi, kepmen koperasi dan PKM No. 194KEPMIX1998 tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam. Berkaitan dengan telah menjamurnya berbagai koperasi yang
menawarkan jasa keuangan syariah, baik berlabel Baitul Maal Wat Tamwil BMT, Baitul Tamwil Muhammadiyah BTM, Koperasi
Simpan Pinjam Syariah KJKS, Baitul Qirad BQ dan lain-lain, maka Kementrian Koperasi dan UKM memayungi serta menata
dalam format Koperasi Jasa Keuangan Syariah dengan No. 91KEPM.KUKMIX2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Kusnadi, 2005.
2.6.2 Prinsip Dasar
Bagi pengelola
KJKSUJKSBMT dalam
melakukan pengelolaan usaha senantiasa memeperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut Kusnadi, 2005 :
1. Keanggotaan koperasi bersifat terbuka dan sukarela. 2. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi.
3. Pembagian SHU diatur atas dasar jasa anggota kepada koperasi. 4. Operasional koperasi harus berbasis syariah.
5. Bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. 6. Pengelolaan usaha bersifat terbuka.
7. Swadaya, swakerta dan swasembada.
2.6.3 Tujuan dan Fungsi Lembaga Keuangan Syariah
Adapun tujuan pengembangan KJKSUJKSBMT dalam pengelolaannya antara lain Huda, 2004 :
1. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui
sistem syariah. 2. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha
mikro, kecil dan menengah. 3. Meningkatkan semangat dan peran anggota masyarakat dalam
kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Adapun fungsi dari Lembaga Keuangan Syariah sebagai lembaga keuangan mikro adalah Huda, 2004 :
a. Sebagai mediator dari pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana lembaga intermediasi
keuangan dalam instrumen yang berbentuk dalam tabungan dan simpanan berjangka.
b. Melayani kebutuhan anggota khususnya, masyarakat setempat umumnya.
c. Memberikan manfaat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di lingkungan melalui layanan kebutuhan
pembiayaan.
2.7 Sistem Operasional Lembaga Keuangan Syariah 2.7.1 Prinsip Dasar Operasional Lembaga Keuangan Syariah
Aktivitas keuangan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada,
paling tidak, pelaksanaan dua ajaran Al- Qur’an yaitu :
1. Prinsip Al Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerjasama
diantara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-
Qur’an Al-Maidah : 2.
2. Prinsip menghindari Al Iktinaz menahan uang dana dan membiarkan menganggur idle dan tidak berputar dalam transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagiman dinyatakan dalam Al-
Qur’an An-nisa : 29.
Perbedaan pokok antara lembaga keuangan Islam dengan lembaga keuangan konvensional adalah adanya larangan riba
bunga bagi lembaga keuangan. Bagi Islam, riba dilarang sedangkan jual beli
Al Bai’. Hal yang membedakan antara lembaga keuangan Islam dengan lembaga keuangan konvensional
adalah dalam persoalan bunga atau pemberian uang lebih karena telah adanya dana yang disimpan atau dipinjamkan. Berikut adalah
perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil :
Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Amalia : 2007 SISTEM BUNGA
SISTEM BAGI HASIL
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi
harus selalu untung. a.
Penentuan besarnya
rasionisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang modal yang
dipinjamkan. b. Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada
jumlah keuntungan yang diperoleh.
b. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan oleh nasabah
untung atau rugi. c. Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek
yang dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak. d. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun
jumlah keuntungan
berlipat atau
keadaan ekonomi
sedang “booming”.
d.Jumlah pembagian
laba meningkat
sesuai dengan
jumlah pendapatan.
e. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh
semua agama termasuk Islam. e.
Tidak akan
ada yang
meragukan keabsahan bagi hasil.
2.8 Penjenisan Produk simpanan Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Menurut PP No.9 tahun 1995 No. 254 tahun 1992, tentang pelaksanaan kegiatan operasi Simpan Pinjam oleh Koperasi, bahwa yang
dimaksud dengan simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon angota koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi
dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Menurut peristilahan lazim di KJKSUJKSBMT yang dimaksud
dengan simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota
KJKSUJKSBMT lain
dan atau
anggotanya kepada
KJKSUJKSBMT dalam bentuk simpanan bersyarat, simpanan sukarela dan sukarela berjangka dengan akad yang telah disepakati kedua belah pihak dan
pihak penyimpan akan mendapatkan profit yang dihitung dari keuntungan KJKSUJKSBMT.
Umumnya jenis simpanan di KJKSUJKSBMT dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, Huda, 2004 yaitu :
1. Simpanan Bersyarat Keanggotaan
a. Simpanan Pokok Simpanan yang dibayar sebagai syarat keanggotaannya biasa suatu
KJKSUJKSBMT, dibayar sekali selama menjadi anggota yang besarnya ditentukan dalam anggaran dasar dan dapat diubah
berdasarkan kesepakatan anggota pendiri. b. Simpanan Wajib