Fungsi Bahasa Analisis campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy

bahasa bersifat produktif, bahasa bersifat dinamis, bahasa bervariasi, dan bahasa manusiawi. Bahasa merupakan suatu sistem mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung dan mengandung struktur unsur-unsur yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan membentuk suatu struktur tertentu. Bunyi-bunyi itu merupakan lambang, yaitu melambangkan makna yang bersembunyi di balik bunyi itu. Pengertian sederetan bunyi itu melambangkan suatu makna bergantung pada kesepakatan atau konvensi anggota masyarakat pemakainya. Hubungan antara bunyi dan makna itu tidak ada aturannya, jadi sewenang-wenang. Tetapi, karena bahasa itu mempunyai sistem, tiap anggota masyarakat terikat pada aturan sistem itu, yang sama-sama dipenuhi. Kridalaksana dan Djoko Kencono dalam Chaer menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. 3 Pendapat di atas hampir semua menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi dan berinteraksi, yang bersifat arbitrer, konvensional, dan merupakan lambang bunyi. hal inilah yang merupakan ciri-ciri dari bahasa. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal penting dilakukan oleh manusia karena secara langsung akan melestarikan dan menginventarisasikan bahasa tersebut. Dengan mempelajari dan melakukan pengkajian terhadap bahasa, akan menghindari manusia dari kepunahan bahasa 4 .

B. Fungsi Bahasa

Bahasa mempunyai fungsi penting bagi manusia, terutama fungsi komunikatif yaitu alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Fungsi-fungsi bahasa itu, antara lain dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, kode, topik, dan amanat pembicaraan. 3 Liliana Muliastuti dan Krisanjaya, Op. Cit., h. 1.6. 4 Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, Bandung: Refika Aditama, 2007, h. 2 —3. Dilihat dari segi penutur, maka bahasa itu berfungsi sebagai personal atau pribadi, menurut Halliday dan Finnocchiaro, Jakobson menyebutkannya sebagai fungsi emotif. Maksudnya penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah, atau gembira. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar, menurut Finnocchiaro, sedangkan Halliday menyebutkan sebagai fungsi instrumental. Fungsi instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. 5 Jakobson menyebutkan fungsi retorikal. Di sini bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dimau pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan. Dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa disini berfungsi fatik, Jakobson dan Finnocchiarno menyebutnya interpersonal; Halliday menyebutnya interactional, yaitu fungsinya menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakannya biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, pamit, atau menanyakan keadaan keluarga. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyum, gelengan kepala, gerak- gerik tangan, air muka, dan kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut yang disertai unsur paralinguistik tidak mempunyai arti, dalam arti memberikan informasi, tetapi membangun kontak sosial antara para partisipan dalam pertuturan itu. Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial menurut Finnocchiaro, Halliday menyebutnya sebgai refresentational; jakobson menyebutkan fungsi kognitif, ada juga yang menyebutkan fungsi denotatif atau 5 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, Bandung: Angkasa, 2009, h. 5. fungsi informatif. Di sini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya. Misalnya ungkapan ―Ibu dosen itu cantik sekali‖ atau ―Gedung perpustakaan itu baru dibangun. Adalah contoh penggunaan bahasa yang berfungsi referensial. Dilihat dari segi kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi metalingual, metalinguistik, menurut Jakobson dan Finnocchiaro. Yakni bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Fungsi di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa, dimana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa. Dilihat dari segi amanat message yang akan disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif, menurut Halliday dan Finnocchiaro. Jakobson menyebutkan sebagai fungsi poetic speech. Sesungguhnya bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan baik yang sebenarnya, maupun yang hanya imajinasi khayalan, rekaan saja. Fungsi imajinatif ini biasanya berupa karya seni, puisi, cerita, dongeng, lelucon yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya. 6

C. Pengertian Sosiolinguistik