Masyarakat Bahasa Analisis campur kode dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy

Di Indonesia Nababan menyatakan, sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat‖. Patut diingat seorang penutur bahasa adalah anggota masyarakat- tutur. Sebagai anggota masyarakat dia terikat oleh nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat, termasuk nilai-nilai ketika dia menggunakan bahasa. Kridalaksana juga berpendapat sama dengan Fishman bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa. R. Kunjana Rahardi dalam bukunya menyatakan bahwa sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dan masyarakat, khusunya masyarakat penutur bahasa itu. Sosiolinguistik mempertimbangkan keterkaitan ada dua hal, yaitu linguistik untuk segi kebahasaan dan sosiologi untuk segi kemasyarakatan. 9 Maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial dalam suatu masyarakat tutur.

D. Masyarakat Bahasa

Ciri bahasa yang telah disebutkan bahwa bahasa itu manusiawi, dengan kata lain semua manusia di dunia sama-sama berbudaya dengan fasilitas bahasa. Kajian bahasa yang menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan masyarakat adalah pemakainya disebut sosiolinguistik. Fishman dalam Alwasilah berpendapat bahwa masyarakat bahasa masyarakat ujar adalah suatu masyarakat yang semua anggotanya memiliki bersama paling tidak satu ragam ujaran dan norma-norma untuk pemakaiannya yang cocok. Suatu masyarakat ujar bisa jadi sempit satu jaringan interaksi tertutup, keseluruhan anggotanya menganggap satu sama lainnya berada dalam 9 R. Kunjana Rahardi, Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h. 16. satu kapasitas. 10 Bloomfield mengartikan masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan sistem isyarat yang sama. Pengertian Bloomfield di atas dianggap terlalu sempit oleh para ahli sosiolinguistik sebab terutama dalam masyarakat modern, banyak orang menguasai lebih dari satu ragam bahasa; dan di dalam masyarakat itu sendiri terdapat lebih dari satu bahasa. Pada intinya masyarakat bahasa itu terbentuk karena adanya saling pengertian mutual intelligibility, terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode linguistik. Jadi, masyarakat bahasa bukanlah sekelompok orang yang hanya menggunakan bahasa yang sama, melainkan sekelompok orang yang mempunyai norma yang sama dalam menggunakan bentuk-bentuk bahasanya. Masyarakat bahasa dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Pengelompokkan ini berdasarkan verbal repertoire –semua bahasa beserta ragam- ragamnya yang dikuasi penuturnya — yang dimiliki oleh masyarakat bahasa itu sendiri. Semakin mampu penutur berkomunikasi dengan berbagai ragam bahasa kepada pihak lain, semakin luaslah verbal repertoire yang dimiliki oleh penutur tersebut. Dengan kata lain, semakin luas verbal repertoire penutur dan masyarakat maka semakin komunikatiflah masyarakat bahasa itu. Berdasarkan verbal repertoire yang dimiliki oleh masyarakat bahasa, masyarakat bahasa itu dikelompokkan atas: 1. masyarakat monolingual; 2. masyarakat bilingual; dan 3. masyarakat multilingual. Masyarakat monolingual artinya suatu masyarakat bahasa yang hanya dapat berkomunikasi dengan satu bahasa. Masyarakat monolingual ini sudah mulai jarang ditemukan pada zaman sekarang. Masyarakat monolingual biasanya terdapat di daerah yang terisolasi. Masyarakat bilingual lebih maju jika dibandingkan dengan masyarakat monolingual. Hal ini karena masyarakat bilingual telah dapat berkomunikasi dengan dua bahasa. Artinya, masyarakat bilingual lebih komunikatif dibandingkan dengan masyarakat monolingual, 10 A. Chaedar Alwasilah, Sosiologi Bahasa, Bandung: Angkasa, 1990, h. 42 —43. terlebih masyarakat multilingual, kelompok masyarakat bahasa multilingual memiliki kemampuan menggunakan lebih dari dua bahasa. Dilihat dari sempit luasnya verbal repertoirnya, dapat dibedakan adanya dua macam masyarakat tutur, yaitu 1 masyarakat tutur yang repertoire pemakainya lebih luas, dan menunjukkan verbal repertoire setiap penutur lebih luas pula; dan 2 masyarakat tutur yang sebagian anggotanya mempunyai pengalaman sehari-hari dan aspirasi hidup yang sama, dan menunjukkan pemilihan wilayah linguistik yang lebih sempit, termasuk juga perbedaan variasinya. Kedua jenis masyarakat bahasa masyarakat tutur ini terdapat baik dalam masyarakat yang termasuk kecil dan tradisonal maupun masyarakat besar dan modern. Hanya, seperti yang dikatakan Fishman dan juga Gumprez, masyarakat modern mempunyai kecenderungan memiliki masyarakat tutur yang terbuka dan cenderung menggunakan berbagai variasi dalam bahasa yang sama. Sedangkan, masyarakat tradisional bersifat lebih tertutup dan cenderung menggunakan variasi bahasa dan beberapa bahasa yang berlainan.

E. Campur Kode