1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara khususnya bidang pembiayaan
perekonomian. Hal tersebut berdasarkan fungsi utama perbankan yang merupakan lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana surplus of
fund dengan pihak yang membutuhkan dana lack of fund, dimana
masyarakat yang kelebihan dana dapat menyalurkan dananya untuk masyarakat lain yang membutuhkan dana, baik untuk proses produksi maupun konsumsi
agar dapat tercipta pemerataan dan pembangunan nasionalNursaniah, 2012:1. Pertumbuhan jumlah bank yang cepat yang dimulai dari tahun 1980-an
ternyata membawa perekonomian Indonesia kesuatu tahapan baru dalam perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana
masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator
kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan, telah berubah menjadi sektor yang berpengaruh terhadap perekonomian. Sigit Triandaru dan Totok Budi
Santoso:2009:17 Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah
memorak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai
akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha
2
besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan
kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk
mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang
besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang
menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. Rivai Veithzal dan Veithzal Andria 2007:10
Menurut Kasmir 2003:5 fungsi utama perbankan adalah menghimpun dana uang dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit
pinjaman guna untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Kegiatan bank dalam penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling besar adalah dalam
bentuk kredit. Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva produktif yang terbesar dalam memberikan pendapatan dibanding aktiva
produktif lainnya. Menurut undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, kredit
yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam
antara pihak bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan
3
keuangan di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, tidak terlepas dari besarnya kemampuan perbankan dalam memberikan kredit lending capacity
yang disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penghimpunan simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga DPK yang menjadi sumber dana
pemberian kredit. Krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 tersebut selanjutnya menimbulkan situasi yang berbalik yaitu menurunnyadana pihak
ketigaDPK yang kemudian diikuti oleh menurunnya secara cepat lending capacity
perbankan. Kondisi pertumbuhan kredit tersebut di atas sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia dimana sebelum krisis ekonomi
dan keuangan tahun 1997 menunjukan angka pertumbuhan sebesar 7 - 8, selanjutnya pada periode setelah krisis tahun 1999-2004 perekonomian
Indonesia hanya mampu tumbuh 3 - 5. Sumber:www.bi.go.id Grafik 1.1
Perkembangan Jumlah Kredit Berdasakan Kelompok Bank
Sumber: Statistik Perbankan Inonesia SPI Berdasrkan Grafik 1.1 menunjukan bahwa adanya persaingan yang
semakin ketat antar bank besar. Struktur konsentrasi aset praktis tidakberubah selama tahun 2007-2009. Kenaikan aset 10 bank besar yang menggerakkan
perubahan aset perbankan nasional. Persaingan di pasar kredit utamanya oleh
4
10 bank besar diharapkan akan mendorong suku bunga kredit bergerak turun merespon BI rate yang sudah ditingkat 6,5 pada bulan Mei 2010.Selama
tahun 2010, perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp57,3 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8 dibandingkan pencapaian laba tahun
sebelumnya yang mencapai Rp 45,2 triliun. Sebagian besar laba perbankan dihasilkan oleh kelompok Bank Persero sebesar 39,7 dan swasta sebesar
36,8. Relatif tingginya pencapaian laba tahun ini selain disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, juga disebabkan spread suku bunga
yang melebar.Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8 dari Rp 1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 1.765,8 triliun pada tahun 2010.
Sepanjang tahun 2008, pertumbuhan kredit meningkat sangat tajam yaitu sekitar Rp 305 triliun. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi Perkembangan
Dana Pihak Ketiga DPK perbankan yang mengalami kenaikan sebesar Rp 247 triliun, perkembangan ini merupakan pembalikan dari apa yang terjadi selama 8
bulan pertama tahun 2008 yang sangat keringdan hanya menghasilkan kenaikan sebesar Rp 12 triliun, sedangkan empat bulan terakhir mengalami kenaikan
sebesar Rp 235 triliun. Secara keseluruhan masih terjadi “cashflow defisit”
sebesar Rp 58 triliun. Namun dengan adanya penurunan GWM pada bulan oktober 2008, perkembangan likuiditas perbankan dirasakan memadai.
Sedangkan pada tahun 2009 banyak bank-bank yang membuat strategi agar dapat meningkatkan pertumbuhan kredit, salah satu Bank Persero seperti
Bank Mandiri. Direksi PT Mandiri Tbk optimis, pertumbuhan 2010 akan lebih baik dari 2009. Sehingga, Bank Mandiri akan menggenjot penyaluran kredit
5
dengan meningkatkan pemberian kredit di setiap lini. Di kredit korporasi, mereka akan memperbesar ke sektor makanan, pupuk, dan infrastruktur. Bank
Mandiri juga akan meningkatkan penyaluran kredit di sektor mikro yang pada tahun 2009 telah menyalurkan dana Rp 4,4 triliun atau tumbuh 22,9. Sumber:
www.bi.go.id .
Kredit modal kerja memiliki keterkaitan langsung dengan sektor riil karena kredit modal kerja yang diberikan bank langsung ditujukan kepada
kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah. Kondisi perekonomian yang kondusif memberikan peluang peningkatan usaha sehingga
penawaran akan kredit diantaranya kredit modal kerja akan meningkat seiring peningkatan permintaan dana untuk perndirian dan peningkatan kegiatan
usaha.
Tabel 1.1 Perkembangan Kredit Modal Kerja
Dalam Milyaran Rupiah
Bulan 2007
2008 2009
2010 2011
2012 Januari
137.401 175.053 241.449 222.299 313.665 389.729
Februari
141.351 177.540 246.006 221.720 318.136 397.034
Maret
148.796 184.503 251.179 256.491 332.867 410.810
April
144.563 190.444 251.543 256.325 336.217 417.834
Mei
141.794 199.316 251.958 259.003 346.205 441.105
Juni
157.075 213.358 265.779 273.607 365.311 461.738
Juli
157.621 214.318 260.018 272.746 371.391 457.530
Agustus
161.865 224.665 263.250 312.044 384.215 446.639
September
166.374 234.563 261.284 309.786 396.903 461.110
Oktober
170.788 245.055 261.359 309.259 394.776 463.823
November
173.875 249.595 264.731 322.530 364.603 472.704
Desember
188.052 249.782 269.867 333.006 407.101 503.972 Sumber : Bank Indoneisa
6 Berdasarkan
tabel 1.1 dapat diketahui bahwa secara umum jumlah kredit moda kerja bergerak cenderung terus meningkat, jumlah kredit modal
kerja tertingi pada bulan bulan Desember 2012 yaitu sebesar Rp 503,972 triliun, sementara jumlah kredit modal kerja terendah pada bulan Januari 2007
yakni Rp 137,401 triliun. Pada tahun 2007 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember yaitu Rp 188,052 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 137,401 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja
cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun, hanya saja pada bulan Maret Rp 148,796triliun meuju bulan April terjadi penurunan
menjadi Rp 144,563 triliun dan kembali turun di bulan berikutnya Mei menjadi Rp 141,794 triliun. Setelah itu terus mengalami peningkatan hingga akhir
tahun. Pada tahun 2008 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember yaitu Rp 249,782 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 175,053 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja
cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun hanya saja terjadi penurunan pada bulan September Rp 234,563 trilun dari bulan
sebelumnya Agustus Rp 224,665 triliun. Pada tahun 2009 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember yaitu Rp 269,867 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 241,449 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja
cenderung terus terjadi mulai bulan Januari sampai akhir tahun hanya saja
7
terjadi penurunan pada bulan Juli Rp 260,018 triliun dari bulan sebelumnya Juni Rp 265,779 triliun.
Pada tahun 2010 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 333,006 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Februari yaitu Rp 221,720 triliun. Bulan Januari jumlah kredit modal kerja Rp 222,299 triliun, kemudian menurun bulan Februari Rp 221,720triliun. Setelah
itu jumlah kredit modal kerja cenderung meningkat di bulan-bulan berikutnya, hanya di bulan Juni ke bulan Juli terjadi penurunan yakni dari Rp 273,607 ke
Rp 272,746 triliun. Pada tahun 2011 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan
Desember yaitu Rp 407,101 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan Januari yaitu Rp 313,665 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja terus
meningkat dari bulan Januari Rp 313,665 triliun hingga bulan September Rp 396,903 triliun, namun mengalami penurunan pada bulan Oktober Rp 394,776
triliun ke bulan November Rp 364,603 triliun. Kemudian kembali mengalami peningkatan pada bulan Desember Rp 407,101 triliun.
Pada tahun 2012 jumlah kredit modal kerja tertinggi pada bulan Desember yaitu Rp 503,972 triliun, sedangkan nilai terendah pada bulan
Januari yaitu Rp 397,034 triliun. Kenaikan jumlah kredit modal kerja terus meningkat dari bulan Januari Rp 389,729 triliun hingga Juni Rp 461,738
triliun, namun mengalami penurunan pada bulan Juli Rp 457,530 triliun ke bulan Agustus Rp 446,639 triliun. Kemudian kembali mengalami peningkatan
hingga bulan Desember Rp 503,972 triliun.
8
Namun demikian, kredit juga merupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan apabila kredit tersebut dinyatakan bermasalah, dimana kredit
masalah ini akan mengakibatkan kerugian pada bank. Yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan
bunga yang tidak dapat diterima. Hal ini pula akan berimplikasi pada pengelolaan dana pihak ketiga DPK yang merupakan kegiatan penghimpunan
dana dan kredit bermasalah yang merupakan risiko dari kegiatan penyaluran dana.Ismail, 2009:224.
Menurut Selamet Riyadi 2006:67 bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan
persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa tidak dapat berfungsi sama sekali, dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank
ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam
perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking for
Internasonal Settelement atau disingkat BIS yang berkantor pusat di Jeneva,
Swiss, yaitu besar Capital Aequaty Ratio adalah 8. Namun demikian setiap negara
diperkenankan melakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam
penerapannya dengan memperhatikan kondisi perbankan di negara yang bersangkutan.
Krisis ekonomi nasional yang dimulai dari pertengahan 1997 dan akhir 2005 masih sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masayarakat. Bahkan sampai
9
saat sekarang ini krisis yang bersifat multidimensional dapat melumpuhkan hampir semua sektor, baik sektor moneter maupun sektor riil. Untuk mengatasi
krisis tersebut berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah, seperti penurunan suku bunga dan mempertahankan inflasi, agar relatif rendah.
Walaupun berbagai kebijakan telah dibuat, namun dampak perubahan positif belum begitu banyak mempengaruhi daya beli masyarakat. Perubahan suku
bunga yang telah disosialisasikan tersebut oleh berbagai lembaga pembiayaan bank atau non bank berpengaruh terhadap perubahan harga barang yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Aryaningsih:2008. Menurut Aulia Pohan 2008:53 Perkembangan tingkat bunga yang
tidak wajar secara langsung dapat menggangu perkembangan perbankan. Suku bunga yang tinggi, disatu sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk
menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu, disisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan
oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi didalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan
dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi
persoalan adalah kemana dana itu akan disalurkan. Sebaliknya, tingkat bunga yang relatif terlalu rendah dibandingkan
dengan tingkat bunga luar negeri, di satu sisi, akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung dan mendorong pengaliran dana keluar negeri
sehinnga bank-bank akan mengalami kesulitan dalam menghimpun dana,
10
namun, di sisi lain, tingkat bunga yang rendah tadi akan mendorong kegiatan produksi dan investasi. Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang relatif
mengakibatkan permintaan akan kredit perbankan juga meningkat. Dalam keadaan demikian, yang menjadi persoalan bagi perbankan adalah mereka
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dana dunia usaha. dapat ditambahkan, kecepatan dan ketepatan pelayanan perbankan juga merupakan
faktor penting yang menentukan permintaan akan kredit. Aulia Pohan, 2008:53 Menurut Siswanto Sutojo, 2007:86 Suku bunga kredit merupakan
sumber pendapatan terbesar bank, serta mempunyai peranan penting dalam penentuan profitabilitas kegiatan pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga
kredit merupakan salah satu sarana bank untuk memenangkan persaingan di pasar. Oleh karena bunga kredit merupakan bagian terbesar penghasilan bank,
jumlah penghasilan bunga harus dapat menutup biaya yang ditanggung bank termasuk biaya pengadaan dana kredit, serta konstribusi biaya overhead dan
biaya tetap yang lain, serta menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana kredit dari pasar uang memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga
kredit. Suku bunga kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di pasar uang dan pasar modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada
kredit, melainkan juga pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi kredit juga menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu
kredit, maka akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor
11
Table 1.2 Suku Bunga Kredit Modal Kerja
Dalam Persentase
Tahun 2007
2008 2009
2010 2011
2012 Suku Bunga
13,47 14,61 13,63 13,06 12,37 11,70
Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan table 1.2 pergerakan tingkat suku bunga kredit modal kerja
bergerak fluktuatif namun cenderung menurun, hanya saja di tahun 2008 terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya 2007 yakni dari 13,47 menjadi 14,61.
Bila dilihat dari nilai awal tahun 2007 dan nilai akhir tahun 2012 terjadi penurunan yang signifikan yakni dari 15,20 menjadi 11,70.
Persaingan yang semakin kompetitif antar perbankan menyebabkan semakin rendahnya tingkat pengendalian dan pengawasan internal maupun
eksternal terhadap penyaluran kredit pada bank. Hal tersebut cenderung mengakibatkan naiknya jumlah kredit bermasalah yang menimbulkan
kekhawatiran di kalangan pelaku perbankan. Selain rendahnya kualitas pengawasan kredit, kredit bermasalah juga dipicu oleh banyaknya nasabah
yang tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sebagaimana yang telah dijanjikan. Hal ini terjadi karena tidak semua
nasabah memiliki karakter bisnis yang sama satu dengan yang lain. Dalam kenyataannya ada nasabah yang sukses dalam mengelola bisnis namun ada
pula yang gagal. Tingginya kredit bermasalah akan menuntut bank untuk menyediakan alokasi dana lain sebagai cadangan menutup kerugian tersebut
dan bank akan mengurangi penyaluran kredit berikutnya. Kondsi seperti ini menyebabkan tingkat kredit macet pada bank melebihi ambang batas aman yang
12
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 5. Tingkat kredit macet yang dialami oleh bank dapat dilihat dari rasio keuangannya yakni pada rasio Non
Performing Loan NPL.
Menurut Mudrajat Kuncoro 2002:462 “Non Performing Loan NPL atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya 2003 “kredit
macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal
yang diperjanjikannya”.
Tabel 1.3 Perkembangan
Non Performing Loan Dalam Persen
Bulan 2007
2008 2009
2010 2011
2012 Januari
10,83 6,89
4,30 3,19
3,20 2,96
Februari
11,05 6,79
4,53 3,26
3,28 2,85
Maret
10,43 5,59
4,97 3,07
3,14 2,73
April
10,82 5,69
5,03 3,14
3,21 2,79
Mei
10,76 5,56
5,13 3,36
3,52 2,74
Juni
10,03 5,15
4,66 3,01
3,30 2,61
Juli
10,13 5,11
4,81 3,01
3,37 2,66
Agustus
10,08 5,02
4,80 3,09
3,39 2,63
September
8,68 4,62
4,36 2,97
3,18 2,48
Oktober
8,50 4,58
4,49 3,16
3,21 2,69
November
8,09 4,80
4,28 3,71
2,99 2,42
Desember
6,50 3,74
3,46 2,80
2,55 2,21
Sumber : Bank Indonesia
13 Berdasarkan
tabel 1.3 dapat diketahui bahwa secara umum NPL bergerak secara fluktuatif. NPL tertingi pada bulan bulan Februari 2007 yaitu
sebesar 11,05, sementara NPL terendah pada bulan Desember 2012 yaitu 2,21.
Pada tahun 2007 NPL tertinggi pada bulan Februari yaitu 11,05, sedangkan nilai terendah pada bulan Desember yaitu 6,5. Penurunan NPL
cenderung terus terjadi mulai Maret sampai akhir tahun hanya saja pada bulan Juni terjadi kenaikan NPL dari 10,03 menjadi 10,13.
Tahun 2008 NPL tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar 6,89 sedangkan terendah 3,74 pada bulan Desember. Penurunan NPL juga
cenderung terjadi di tahun ini mulai awal tahun hingga akhir tahun, hanya saja terjadi kenaikan pada bulan April yakni dari 5,59 menjadi 5,69 dan juga
pada bulan November yakni dari 4,58 menjadi 4,80. Tahun 2009 NPL tertinggi bulan Mei senilai 5,13, sedangkan nilai
terndah 3,46 pada bulan Desember, pada bulan Januari NPL bernilai 4,3 dan meningkat 4,53 bulan Februari 4,97 bulan Maret 5,03 bulan April
5,13 bulan Mei. Pada bulan Juni mengalami penurunan senilai 4,66, bulan Juli meningkat senilai 4,81, dan bulan Agustus turun senilai 4,80, dan
menurun 4,36 pada bulan September 4,49 bulan Oktober. Sedangkan November menurun dengan nilai sebesar 4,28, dan bulan Desember 3,46.
Tahun 2010 NPL tertinggi Mei bernilai 3,36 sedangkan nilai terendah bulan Desember 2,80, NPL bulan Januari bernilai 3.19 dan naik 3,26
pada bulan Februari, pada bulan Maret turun 3,07, meningkat pada bulan
14
April bernilai 3,14 dan 3,36 dibulan Mei, kemudian menurun pada bulan Juni bernilai 3,01 dan bertahan bulan Juli 3,01. Meingkat kembali bulan
Agustus menjadi 3.09 lalu menurun bulan berikutnya menjadi 2,97 bulan September. Bulan Oktober dan November meningkat masing-masing 3,16
dan 3,71 kemudian Desember turun menjadi 2,8. Tahun 2011 NPL tertinggi bulan Januari 2,96 , sedangkan nilai
terendah bulan Desember 2,21. NPL bulan Januari bernilai 3,20 dan naik 3,28 pada bulan Februari, bulan Maret 3,14, naik pada bulan April
3,21, pada bulan Mei 3,52 dan Juni turun dengan nilai 3,3, kemudian naik 3,37 dibulan Juli, 3,39 bulan Agustus, kmudian turun pada bulan
September bernilai 3,18 , kemudian naik 3,21 bulan Oktober dan bulan November turun menjadi 2,99 dan 2,55 pada bulan Desember.
Tahun 2012 NPL tertinggi bulan Mei 3,52 , sedangkan nilai terendah bulan Desember 2,55. NPL bulan Januari bernilai 2,96 dan 2,85 pada
bulan Februari, bulan Maret 2,73, naik pada bulan April 2,79, pada bulan Mei turun 2,74 dan Juni turun dengan nilai 2,61, kemudian naik
2,66 dibulan Juli, turun bulan Agustus 2,63, kemudian turun pada bulan September bernilai 2,48, kemudian naik 2,69 bulan Oktober dan bulan
November turun menjadi 2,42 dan 2,21 pada bulan Desember. Selain NPL ada rasio lain yang diduga mempengaruhi besarnya
penyaluran kredit kepada masyarakat yakni Return on Asset ROA yang mewakili tingkat profitabilitas bank. Semakin besar tingkat keuntungan ROA
yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula upaya manajemen
15
menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan yang menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran pembiayaan. Selain
itu semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya Wuri,2012. Pergerakan ROA yang fluktuatif
cenderung semakin membaik dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit.
Tabel 1.4 Perkembangan
Return on Asset Dalam Persen
Bulan 2007
2008 2009
2010 2011
2012 Januari
2,87 3,28
2,89 2,90
3,32 3,76
Februari
3,05 3,24
2,92 2,77
3,67 4,23
Maret
2,74 2,74
2,74 3,05
3,82 3,67
April
2,71 2,63
2,63 2,95
3,76 3,59
Mei
2,76 2,65
2,60 2,87
3,59 3,58
Juni
2,67 2,43
2,68 2,96
3,80 3,67
Juli
2,66 2,69
2,64 3,03
3,56 3,64
Agustus
2,68 2,73
2,64 3,00
3,56 3,64
September
2,65 2,62
2,57 3,02
3,72 3,71
Oktober
2,68 2,65
2,67 3,06
3,67 3,74
November
2,68 2,60
2,63 3,13
3,60 3,82
Desember
2,76 2,72
2,72 3,08
3,60 3,80
Sumber : Bank Indoneisa Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui bahwa secara umum ROA
bergerak secara fluktuatif ROA tertingi pada bulan bulan Februari 2012 yaitu sebesar 4,23, sementara ROA terendah pada bulan Juni 2008 yaitu 2,43.
Pada tahun 2007 ROA tertinggi bulan Februari 3,03, sedangkan nilai terendah bulan September 2,65. Bulan Januari 2,87 meninggat bulan
Februari 3,05 menurun bulan Maret 2,74, kembali menurun bulan April 2,71 lalu meninggat dibulan Mei 2,76, kembali meurun dibulan Juni 2,67
16
dan Juli 2,66, lalu meningkat dibulan Agustus 2,68 kembali menurun bulan September 2,65, kemudian terus meningkat dibulan Oktober 2,68
November 2,68 dan Desember 2,76 . Pada tahun 2008 ROA tertinggi bulan Januari 3,28, sedangkan nilai
terendah bulan Juni 2.43. Bulan Januari 3,28 kemudian menurun bulan Februari 3,24 bulan Maret 2,74 bulan April 2,63, namun meningkat
dibulan Mei 2,65, lalu kembali menurun dibulan Juni 2,43 kemudian meningkat bulan Juli 2,69 dan bulan Agustus 2,73, kemudian kembali
menurun bulan September 2,62 dan meningkat bulan Oktober 2,65, lalu kembali menurun bulan November 2,60 dan meningkat bulan Desember
2,72. Pada tahun 2009 ROA tertinggi bulan Februari 2,92, sedangkan nilai
terendah bulan September 2,57. Bulan Januari 2,89 meningkat bulan Februari 2,92 meurun dibulan Maret 2,74 bulan April 2,63 bulan Mei
2,60, lalu meningkat dibulan Juni 2,68 kembali menurun dibulan Juli 2,64 bulan Agustus sama seperti bulan sebelumnya 2,64, kemudian
kembali menurun dibulan September 2,57 Oktober dan kembali meningkat dibulan November 2,63 dan bulan Desember 2,72.
Pada tahun 2010 ROA tertinggi bulan November 3,13, sedangkan nilai terendah bulan Februari 2,77. Bulan Januari 2,90 menurun dibulan
Februari 2,77, lalu meningkat dibulan Maret 3,05 kembali menurun dibulan April 2,95 bulan Mei 2,87, kemudian meningkat dibulan Juni
3,03 bulan Juli memiliki nilai yang sama dengan bulan sebelumnya yakni
17
3,03, kemudian menurun dibulan Agustus 3,00 lalu kembali meningkat dibulan September 3,02 bulan Oktober 3,06 dan bulan November 3,13,
namun kembali menurun dibulan Desember 3,08 . Pada tahun 2011 ROA tertinggi bulan Maret 3.82, sedangkan nilai
terendah bulan Januari 3.32. Bulan Januari 3,32 meningkat dibulan Februari 3,67 bulan Maret 3,82, lalu menurun dibulan April 3,76 bulan
Mei 3,59 lalu kembali meningkat dibulan Juni 3,80, kemudian menurun dibulan Juli 3,56 dan tidak berubah dibulan Agustus 3,56, kemudian
meningkat dibulan September 3,72 lalu kembali menurun dibulan Oktober 3,67 bulan November 3,60 dan tidak berubah dibulan Desember 3,60.
Pada tahun 2012 ROA tertinggi bulan Februari 4,32, sedangkan nilai terendah bulan Mei 3.58. Bulan Januari 3,76 meningkat dibulan Februari
4,23 lalu menurun dibulan Maret 3,67 bulan April 3,59 bulan Mei 3,58 kemudian kembali meningkat dibulan Juni 3,67, lalu menurun dibulan Juli
3,64 dan tidak berubah dibulan Agustus 3,64, kemudian meningkat dibulan September 3,71 bulan Oktober 3,74 bulan November 3,82 dan meurun
dibulan Desember 3,80. Hal lain yang juga mempengaruhi jumlah penyaluran kredit modal
kerja adalah nilai tukar rupiah dengan US dollar. Hal ini karena kredit modal kerja digunakan untuk pendirian usaha, modal usaha termasuk penyediaan
bahan baku. Bahan baku produksi masih banyakbergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepadakomponen impor
akan mengalami dampak dari pergerakan kurs. Kedua hal ini
18
dapatberhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung padabahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti
dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja Yoda Ditria dkk, 2008:188. Atau dengan kata lain, jika bahan baku sudah
tidak terlalu bergantung kepada komponen impor, tetapi hasil produksi merambah ke kegiatan ekspor maka ketika kurs bergerak naik atau terjadi
depresiasi nilai tukar maka akan meningkatkan permitaan akan pinjaman modal kerja guna meningkatkan produksi.
Tabel 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar
Dalam Rupiah Bulan
2007 2008
2009 2010
2011 2012
Januari
9.090 9.291
11.355 9.365
9.057 9.000
Februari
9.160 9.230
11.980 9.335
9.823 9.085
Maret
9.168 9.217
11.575 9.115
8.709 9.180
April
9.118 9.234
11.713 9.012
8.574 9.190
Mei
8.828 9.318
11.340 9.180
8.537 9.565
Juni
9.054 9.225
10.225 9.083
8.597 9.480
Juli
9.168 9.118
9.920 8.952
8.508 9.485
Agustus
9.410 9.153
10.060 9.041
8.578 9.560
September
9.137 9.378
9.681 8.924
8.823 9.588
Oktober
9.103 10.995
9.545 8.928
8.835 9.615
November
9.376 12.151
9.480 9.013
9.170 9.605
Desember
9.419 10.950
9.400 8.991
9.068 9.670
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan
tabel 1.5 dapat diketahui bahwa secara umum nilai tukar bergerak secara fluktuatif nilai tukar tertingi pada bulan bulan November 2008
Rp 12.151 yaitu sebesar Rp 12.151 sementara nilai tukar terendah pada bulan Juli 2011 yaitu Rp 8.508. Dapat dilihat juga bahwa nilai tukar rupiah tehadap
US dollar cenderung melemah selama periode penelitian dikarenakan terjadi
19
krisis yakni tahun 2008-2009, lalu kembali menguat di tahun 2010-2011 namun kembali melemah di tahun 2012.
Pada tahun 2007 nilai tukar tertinggi bulan Desember Rp 9.419, sedangkan nilai terendah bulan Mei Rp 8.828. Bulan Januari Rp 9.090
kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.160 bulan Maret Rp 9.168, lalu menguat dibulan April Rp 9.118 bulan Mei Rp 8.828, kemudian melemah
dibulan Juni Rp 9.054 bulan Juli Rp 9.168 bulan Agustus Rp 9.410, kemudian menguat kembali dibulan September Rp 9.137 bulan Oktober Rp 9.103 dan
kembali melemah dibulan November Rp 9.376 dan bulan Desember Rp 9.419. Pada tahun 2008 nilai tukar tertinggi bulan November Rp 12.151,
sedangkan nilai terendah bulan Juli Rp 9.118 . Bulan Januari Rp 9.291 kemudian menguat dibulan Februari Rp 9.230 bulan Maret Rp 9.217 lalu
melemah dibulan April Rp 9.234 bulan Mei Rp 9.318, kemudian menguat kembali dibulan Juni Rp 9.225 bulan Juli Rp 9.118, lalu kembali melemah
dibulan Agustus Rp 9.153 bulan September Rp 9.378 bulan Oktober Rp10.995 bulan November Rp 12.151, lalu kembali menguat dibulan Desember Rp
10.950. Pada tahun 2009 nilai tukar tertinggi bulan Februari Rp 11.980,
sedangkan nilai terendah bulan Desember Rp 9.400. Bulan Januari Rp 11.355 kemudian melemah dibulan Februari Rp 11.980, menguat dibulan Maret Rp
11.575, kembali melemah dibulan April Rp 11.713, menguat dibulan Mei Rp 11.340 bulan Juni Rp 10.225 bulan Juli Rp 9.920, kemudian melemah
20
dibulanAgustus Rp 10.060, lalu menguat dibulan September Rp 9.681 bulan Oktober Rp 9.545 bulan November Rp 9.480 dan bulan Desember Rp 9.400.
Pada tahun 2010 nilai tukar tertinggi bulan Januari Rp 9.365, sedangkan nilai terendah bulan September Rp 8.924. Bulan Januari Rp 9.365
kemudian menguat dibulan Februari Rp 9.335 bulan Maret Rp 9.115 bulan April Rp 9.012, lalu melemah dibulan Mei Rp 9.180, kembali menguat dibulan
Juni Rp 9.083 bulan Juli Rp 8.952, melemah dibulan Agustus Rp 9.041, kembali menguat dibulan September Rp 8.924, melemah kembali dibulan
Oktober Rp 8.928 bulan November Rp 9.013 dan kembali menguat dibulan Desember Rp 8.991 .
Pada tahun 2011 nilai tukar tertinggi bulan Februari Rp 9.823, sedangkan nilai terendah bulan Juli Rp 8.508. Bulan Januari Rp 9.057
kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.823, kemudian menguat dibulan Maret Rp 8.709 bulan April Rp 8.574 bulan Mei Rp 8.537, kembali melemah
dibulan Juni Rp 8.597, menguat dibulan Juli Rp 8.508, melemah kembali dibulan Agustus Rp 8.578 bulan September Rp 8.823 bulan Oktober Rp 8.835
bulan November Rp 9.170 dan menguat dibulan Desember Rp9.068 . Pada tahun 2012 nilai tukar tertinggi bulan Desember Rp 9.670,
sedangkan nilai terendah bulan Januari Rp 9.000. Bulan Januari Rp 9.000 kemudian melemah dibulan Februari Rp 9.085 bulan Maret Rp 9.180 bulan
April Rp 9.190 bulan Mei Rp 9.565, menguat dibulan Juni Rp 9.480, kembali melemah dibulan Juli Rp 9.485 bulan Agustus Rp 9.560 bulan September Rp
21
9.588 bulan Oktober Rp 9.615, menguat dibulan November Rp 9.605 dan kembali melemah dibulan Desember Rp 9.670.
Berdasarkan Grafik 1.1 menunjukan bahwa adanya persaingan yang semakin ketat antar bank besar.Persaingan di pasar kredit utamanya oleh 10
bank besar diharapkan akan mendorong suku bunga kredit bergerak turun merespon BI rate yang sudah ditingkat 6,5 pada bulan Mei 2010.Selama
tahun 2010, perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 57,3 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8 dibandingkan pencapaian laba tahun
sebelumnya yang mencapai Rp 45,2 triliun.Sebagian besar laba perbankan dihasilkan oleh kelompok Bank Persero sebesar 39,7 dan swasta sebesar
36,8. Relatif tingginya pencapaian laba tahun ini selain disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi, juga disebabkan spread suku bunga
yang melebar.Pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 22,8 dari Rp 1.437 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp1.765,8 triliun pada tahun 2010
Sumber: www.bi.go.id. Oleh karena itu peneliti melilih objek penelitian Bank Persero karena sebagai penyumbang laba tertinggi bagi perbankan di Indonesia.
Selain itu Bank persero pernah mengalami tingkat kredit macet atau NPL yang cukup tinggi yakni 11,05 diatas batas maksimum yang telah ditetapkan oleh BI
yakni sebesar 5. Beberapa penelitian tentang kredit oleh bank umum yang dipengaruhi
oleh variabel makro ekonomi memberi indikasi bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi fungsi intermediasi bank yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan pembangunan suatu negara dan profitabilitas bank.
22
Beberapa penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Gabriela Haryani Nona 2009 yang melakukan penelitian tentangPengaruh
Capital Adequacy Ratio CAR, Cash Ratio CR, Return on Asset ROA,
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga DPK, suku bunga Sertifikat Bank IndonesiaSBI, dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Bank BUMN. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwavariabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga Sertifikat Bank IndonesiaSBI dan Inflasi
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit pada Bank BUMN.Sedangkan secara parsial variabel, CAR, CR, Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI, dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel Dana Pihak Ketiga DPK dan ROA
berpengaruh positif dan signifikan. Akhmad Kholisudin 2011 melakukan penelitian tentang Determinan
Permintaan Kredit Pada Bank Umum Di Jawa Tengah 2006-2010. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap permintaan kredit, Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan secara
parsial variabel krisis global berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit.
Bily Arma Pratama 2010 melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan
periode 2005-2009. Dari hasi penelitian tersebut disimpulkan variabel DPK mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kredit. Variabel CAR dan
23
NPL mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kredit. Sedangkan suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit.
Daryanti Ningsih dan Idah Zuhroh 2010 melakukan penelitian tentang Analisis Permintaan Kredit Investasi pada Bank Swasta Nasional di Jawa
Timur periode 2006-2009. Dari hasi penelitian tersebut disimpulkan Variabel Suku Bunga Kredit mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap Kredit
Investasi. Sedangkan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kredit Investasi.
Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang
berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.
Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling dominan terhadap Bank Persero, diharapkan dengan hasil yang didapat dari
penenelitian ini manajemen Bank Persero mampu menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam
mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah
dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan NPL, Return on Asset ROA dan Nilai Tukar Rupiah dengan US Dollar
terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero.
24
B. Perumusan Masalah