Analisis Pengaruh dana Pihak ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy ratio (CAR) terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Periode 2007-2011

(1)

i

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NILAI TUKAR, SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI), INFLASI DAN

CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM

PERIODE 2007-2011

Di susun oleh : ASTRIANI LESMAYA

NIM. 109081000070

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Astriani Lesmaya

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1991

3. Alamat : Jl. Babakan III Pocis, Rt. 02 Rw. 02 No. 84, Bakti Jaya, Setu, Tangerang Selatan

4. Telepon : 087879368662

5. E-mail : astrianilesmaya@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDI AL-Amanah Tahun 2007-2003

2. SMPN 01 Serpong Tahun 2003-2006

3. SMAN 01 Serpong Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Aries Suharto

2. Ibu : Euis Sugiartini

3. Alamat : Jl. Babakan III Pocis, Rt. 02 Rw. 02 No. 84, Bakti Jaya, Setu, Tangerang Selatan

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

2010 : Keanggotaan dalam Himpunan Mahasiswa Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2011 : Kepanitiaan Remaja gg. Rumpi Pocis sebagai Bendahara II

2013 :Anggota Partai NasDem divisi Bendahara II Cabang Setu, Tangerang Selatan


(7)

vii

ANALYSIS OF EFFECT OF THIRD PARTY FUND , EXCHANGE RATE, INTEREST RATE CERTIFICATES OF BANK INDONESIA, INFLATION,

AND CAPITALADEQUACY RATIO TO PROFITABILITY IN COMMERCIAL BANK OF PERIOD 2007-2011

Abstract

This study examined the influence of factors that affect the profitability of the commercial banks. Sampling method used in this study is jugdement sampling. Hypothesis testing is done with a linear analysis to determine the effect of macro variables (such as foreign exchange, interest rate certificates of Bank Indonesia, and inflation) and micro variables (such as third party funds, and capital adequacy ratio) of Profitability in Commercial Banks.

Sources of data in this study came from Bank Indonesia through the official website in the website of Bank Indonesia and Bank Indonesia Building B. Period examined data from 2007 to 2011.

Results of this study demonstrate the Exchange Rate and Interest Rate Certificates of Bank Indonesia no effect, whereas other variables (such as third-party funds, inflation and capital adequacy ratio) have an influence on the profitability of the 5% significance level.

Keywords: Return on Assets, Third Party Funds, Foreign Exchange, Interest Rate Certificates of Bank Indonesia, Inflation, and Capital Adequacy Ratio.


(8)

viii

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NILAI TUKAR, SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI), INFLASI, DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) TERHADAP PROFITABILITAS

PADA BANK UMUM PERIODE 2007-2011 Abstrak

Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor yang memperngaruhi Profitabilitas pada bank umum. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement sampling. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel makro (seperti nilai tukar, suku bunga sertifikat Bank Indonesia, dan inflasi) dan variabel mikro (seperti dana pihak ketiga, dan Capital Adequacy Ratio) terhadap Profitabilitas pada bank umum.

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari Bank Indonesia melalui situs resmi di website Bank Indonesia dan Gedung B Bank Indonesia. Periode data yang diteliti mulai dari tahun 2007 sampai dengan 2011.

Hasil penelitian ini menunjukkan Nilai Tukar dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak berpengaruh, sedangkan variabel lain (seperti dana pihak ketiga, inflasi dan capital adequacy ratio) mempunyai pengaruh terhadap Profitabilitas dengan level signifikansi 5%.

Kata Kunci : Return On Asset, Dana Pihak Ketiga, Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hifayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbgai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:

1. Kedua orang tua, ayahanda Aries dan Ibunda Euis, Angga, Yuni, Della, tasya yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada hentinya.

2. Teman baik Aulia Rachman yang selalu memberikan semangat tiada henti dan masukan-masukan positif dalam perkuliahan maupun penulisan. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Ahmad Dumiyathi Bashori, Dr. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah berrkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini, bimbingan serta arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

7. Ibu Amalia, SE., MSM selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah bersedia memberikan solusi dan saran dalam penulisan skripsi.


(10)

x

8. Segenap Dosen dan Kayawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

9. Seluruh teman-teman Manajemen B/2009 yang selalu berbagi ceria dan tawa semasa perkuliahan.

10. Seluruh teman-teman perbankan 2009 yang selalu berbagi ilmu dan saling membantu satu dengan yang lain.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen perbankan.

Jakarta, Agustus 2013 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Perumusan Masalah ……… 9

C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ………. 13

1. Pengertian Lembaga Keuangan ………. 13

2. Pengertian Bank ………. 15

3. Jenis-Jenis Bank ………. 16

4. Fungsi Bank ………... 26

5. DPK ………... 28

6. Nilai Tukar ………. 31

7. Suku Bunga SBI ………. 38

8. Inflasi ……….. 40


(12)

xii

10. Profitabilitas bank ……..………... 47

B. Penelitian Terdahulu ……… 51

C. Kerangka Pemikiran ……….… 53

D. Hipotesis ……… 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………. 57

B. Metode Penentuan Sampel ……… 57

C. Metode Pengumpulan Data ………... 57

D. Metode Analisis Data ………... 58

1. Statistik Deskriptif ……….. 58

2. Uji Asumsi Klasik ……….……….… 58

a) Uji Normalitas ……….………. 58

b) Uji Multikolonieritas ……… 61

c) Uji Autokorelasi ………... 60

d) Uji Heterokedaktis ……… 62

3. Analisis Linier Berganda ……… 63

4. Pengujian Hipotesis ……… 64

a) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) …… 64

b) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ………. 66

c) Koefisien Determinasi (R²) …………..………. 68

E. Operasional Variabel Penelitian ……… 69

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………. 73

1. Deskripsi Objek Penelitian ………. 73

2. Deskripsi Sampel Penelitian ……… 76

a) Analisis Deskriptif ………. 76

1. Analisis Deskriptif Variabel DPK ……...… 77

2. Analisis Deskriptif Nilai Tukar ……… 79

3. Analisis Deskriptif Suku Bunga SBI ….… 80 4. Analisis Deskriptif Inflasi ……….. 82


(13)

xiii

5. Analisis Deskriptif CAR ……… 84

B. Analisis dan Pembahasan ………. 85

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 85

a) Hasil Uji Normalitas ……… 85

b) Hasil Uji Multikolonieritas ……….. 87

c) Hasil Uji Autokorelasi ………. 88

d) Hasil Uji Heterokedaktis ………..…… 90

2. Hasil Uji Hipotesis ………. 91

a) Hasil Uji Statistik F ……….. 91

b) Hasil Uji Statistik t ………...…… 91

c) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) …….…. 95

3. Analisis Regresi Linier Berganda ……… 96

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ……….………. 99

B. Implikasi Hasil Penelitian ………...………...….. 100

1. Implikasi ………….………...… 100

2. Keterbatasan Penelitian ……….. 101

3. Agenda Penelitian Mendatang ……… 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian terdahulu... 51

3.1 Dasar Pengambilan Keputusan ... 62

4.1 Dana Pihak Ketiga ... 78

4.2 Nilai Tukar ... 80

4.3 Suku Bunga SBI... 81

4.4 Tingkat Inflasi ... 83

4.5 Capital Adequacy Ratio ... 84

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 87

4.7 Hasil Uji Multikolonieritas ... 88

4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 89

4.9 Hasil Uji Statistik F ... 91

4.10 Hasil Uji Statistik t ... 92

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 96


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Fluktuasi ROA ... 3

2.1 Demand Inflation ... 41

2.2 Cost Inflation ... 42

2.3 Kerangka Pemikiran ... 55

4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Oktober 2011 ... 75

4.2 Hasil Uji Normalitas Histogram ... 85

4.3 Hasil Uji Normalitas P-Plot ... 86

4.4 Hasil Uji Durbin Watson ... 89


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Data Return On Asset (ROA) Bank Umum periode 2007-2011 ... 108

2 Data Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum periode 2007-2011 ... 108

3 Data Nilai Tukar Periode 2007-2011 ... 109

4 Data Suku Bunga SBI periode 2007-2011 ... 109

5 Data Inflasi Periode 2007-2011 ... 110

6 Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umumperiode 2007-2011.110 7 Uji Asumsi Klasik ... 111

8 Uji Hipotesis ... 114

9 Tabel Durbin Watson ... 115

10 Tabel F ... 117


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi yang didukung oleh perubahan yang cepat dibidang teknologi informasi maka akan mempengaruhi juga kebijakan perbankan di bidang pengelolaan asset dan liabilities-nya, termasuk manajemen lembaga keuangan atau perbankan itu sendiri, karena jika tidak terjadi penyesuaian maka bank yang bersangkutan akan tenggelam dalam era persaingan yang juga semakin ketat saat ini (Slamet Riyadi, 2006).

Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan income (Rangga, 2013).

ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena BI sebagai Pembina dan pengawa perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi


(18)

2 penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Oleh karena itu, dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian sektor riil. ROA merupakan indikator penting dari laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memeroleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Alasan dipilihnya ROA sebagai variabel dependen karena ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. ROA yang semakin besar, menunjukkan kinerja bank semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar. Oleh karena itu ROA merupakan rasio yang tepat digunakan untuk mengukur efektifitas bank dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Rangga, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Nasser & Aryati, 2000).


(19)

3 Adapun perkembangan ROA bank umum pada tahun 2007 – 2011 dapat dipaparkan dalam gambar 1.1 dibawah ini:

Gambar 1.1 Fluktuasi ROA (dalam persen %)

Melambatnya pertumbuhan laba perbankan selama tahun 2008 sudah terbukti. Per April 2008, laba sejumlah bank umum turun 7 persen (year on year) dari Rp4,579 triliun menjadi Rp4,275 triliun yang disebabkan oleh peningkatan beban operasional maupun pencadangan provisi yang dilakukan oleh kalangan perbankan. Berdasarkan statistik perbankan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) per Juni 2007, perbankan mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar Rp4,579 triliun. Ekonomi nasional mampu tumbuh 6,4 persen per semester I-2012. Pertumbuhan itu ditopang oleh kinerja bank umum. Kinerja bank umum merupakan representasi enam kelompok bank yakni kelompok bank persero, bank

2.93

2.68 2.67

2.97 3.02

2.40 2.50 2.60 2.70 2.80 2.90 3.00 3.10

2007 2008 2009 2010 2011

ROA (%)


(20)

4 umum swasta nasional (BUSN) devisa, BUSN non-devisa, bank pembangunan daerah (BPD), bank campuran, dan bank asing. Enam kelompok bank itu makin mampu melaksanakan fungsinya sebagai intermediasi keuangan. Selain itu, bank umum pun mampu meningkatkan laba sebelum pajak 24,21 persen dari Rp90,46 triliun per Juli 2011 menjadi Rp113,94 triliun per Juli 2012. Pencapaian itu telah mendorong return on assets (ROA) dari 3,00 persen menjadi 3,13 persen melebihi dua kali ambang batas 1,5 persen. Dengan bahasa lebih bening, kualitas aset bank nasional kian bertaji. Inilah rapor biru bank umum (okezone, 2013).

Dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya dengan menaikkan tingkat bunga bank dan mengeluarkan kebijakan pengetatan uang, tetapi ternyata juga tidak mampu mengatasi kemerosotan rupiah terhadap dollar AS yang kemudian memicu laju inflasi hingga tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini berdampak buruk pada iklim investasi yang akhirnya mempengaruhi perkembangan dunia usaha, perbankan dan pasar modal.

Meningkatnya suku bunga SBI berdampak pada peningkatan bunga deposito yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya tingkat bunga kredit, sehingga investasi dalam perekonomian menjadi menurun. Investasi domestik yang menurun mengakibatkan meningkatnya ketergantungan usaha domestic pada investor luar negeri yang berarti bahwa terjadi peningkatan aliran arus dollar AS ke dalam negeri. Merosotnya kurs rupiah terhadap dollar AS akan memicu terjadinya inflasi, meningkatnya inflasi secara relatif adalah signal negatif bagi


(21)

5 para investor, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu bank sehingga akan menurun pembagian deviden dan daya tarik masyarakat terhadap suatu bank juga menurun. Suku bunga dan inflasi yang tinggi mempunyai hubungan yang negatif bagi perbankan.

Bagi Indonesia krisis keuangan yang melanda dunia dewasa ini berbeda dengan krisis ekonomi yang menerjang Indonesia kurang lebih satu dasawarsa lalu, di mana pada saat itu ketidakmampuan Indonesia dalam menyediakan alat pembayaran luar negeri di tambah rapuhnya perekonomian dalam negeri merupakan penyebab runtuhnya tatanan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Hal ini mengakibatkan kurs rupiah anjlok, tingkat inflasi dan suku bunga melonjak tinggi, ditambah lagi hancurnya kesejahteraaan masyarakat dengan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan. Sedangkan pada tahun 2007 krisis keuangan global berasal dari faktor-faktor yang terjadi di luar negeri, namun dampaknya masih tetap dirasakan oleh negara berkembang seperti Indonesia meskipun tidak terlalu besar.

Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat tersebut berdampak besar kepada negara-negara di Eropa maupun Asia. Krisis tersebut pada awalnya bermula dari pertumbuhan subprime mortgage yang sangat pesat ketika The Fed (Bank Sentral Amerika) menurunkan suku bunga sebesar 1% - 1,75%, yaitu sekitar tahun 2001-2004. Selain itu, modifikasi skim subprime mortgage yang mempermudah kepemilikan rumah membuat sektor properti mengalami booming (buble economic). Hal ini membuat sekuritas yang terkait dengan bisnis ini


(22)

6 melambung tinggi nilainya. Pada tahun 2007, The Fed mulai menaikan suku bunganya hingga level 5,25%. Hal ini ternyata mengakibatkan banyak nasabah yang default (gagal bayar). Secara umum, dampak dari kejadian tersebut menimbulkan efek domino bagi keuangan global, dari merosotnya bursa saham dunia, melemahnya nilai mata uang negara berkembang, serta anjloknya harga komoditas. (Bank Indonesia, 2008)

Tidak terkecuali bagi Indonesia, hal ini memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia, yang tercermin dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sehingga harga barang-barang juga berimbas naik dan melemahnya daya beli masyarakat. Selain itu, kebijakan yang dilakukan oleh perbankan dengan memperketat pemberian kredit mengakibatkan industri di sektor riil manjadi tertekan, sehingga apabila hal ini berlangsung lama akan melemahkan daya tahan perusahaan yang kemudian berimbas pada efisiensi operasional perusahaaan dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pun perusahaan menjadi tidak mampu beroperasi kembali.

Besarnya tingkat suku bunga menjadi salah satu faktor bagi perbankan untuk menentukan besarnya suku bunga yang ditawarkan kepada masyarakat. Suku bunga berpengaruh terhadap keinginan dan ketertarikan masyarakat untuk menanamkan dananya di bank melalui produk-produk yang ditawarkan. Dampak bagi bank itu sendiri, yakni dengan semakin banyaknya dana yang ditanamkan oleh masyarakat, akan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit dimana dari kredit yang disalurkan tersebut, bank


(23)

7 memperoleh profit. Sehingga, semakin banyak kredit yang disalurkan, berdampak pada besarnya pendapatan yang diperoleh bank.

Menurut Kasmir (2008:131), besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi, disamping pengaruh faktor-faktor lainnya, seperti jaminan, jangka waktu, kebijakan pemerintah dan target laba. Semakin besar dana yang terkumpul dari pihak ketiga, maka akan semakin besar pula tingkat penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank, namun efektif atau tidaknya tergantung dari kebijakan yang diterapkan oleh bank dalam menyalurkan dana yang sudah terkumpul tersebut kepada pihak yang membutuhkan, apakah bank tersebut menerapkan prinsip kehati-hatian dengan memperhatikan faktor 5C (character, capacity, collateral, capital, condition of economy) dalam menyalurkan kreditnya.

Menurut Datu Asmira Suri (2005:1), dalam prakteknya kebijakan Bank Indonesia mengenai tingkat suku bunga SBI menjadi tolak ukur bank-bank yang ada di Indonesia untuk menentukan tingkat suku bunga kreditnya. Kebijakan Bank Indonesia dalam hal penentuan tingkat suku bunga SBI memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu kebijakan kontraktif untuk meningkatkan tingkat suku bunga SBI dan kebijakan ekspansif untuk menurunkan tingkat suku bunga SBI. Karena ketika Bank Indonesia menerapkan kebijakan kontraktif atau suku bunga SBI meningkat maka bank-bank umum akan meningkatkan suku bunga kredit untuk menyeimbangkan peningkatan dari SBI begitu juga apabila terjadi penurunan.


(24)

8 Nilai tukar mata uang asing juga menjadi salah satu faktor profitabilitas perbankan karena dalam kegiatannya, bank memberikan jasa jual beli valuta asing. Dalam situasi normal, memperdagangkan valuta asing pada dasarnya sangat menguntungkan karena transaksi menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs. Dalam kegiatan transaksi tesebut, nilai tukar akan mata uang asing menjadi perhatian bank karena hal tersebut mampu mempengaruhi tingkat profitabilitas bank. Dengan terjadinya fluktuasi akan nilai tukar mata uang asing, bank dapat memperoleh pendapatan berupa fee dan selisih kurs.

Tingginya angka inflasi dapat berdampak pada sektor perbankan. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga perlu untuk menetapkan tingkat suku bungayang sesuai sebagai dasar atau patokan bank umum dan swasta untuk menentukan suku bunga mereka agar mereka dapat tetap likuid dan menguntungkan. Salah satu penyebab krisis yang dialami oleh Indonesia adalah inflasi yang berkepanjangan. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara (Tajul Khalwaty, 2000).

Dalam menjalankan fungsinya bank harus menjaga rasio kecukupan modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal juga merupakan aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas bank. CAR yang harus dicapai oleh bank umum itu ditetapkan sekitar


(25)

9 8%, dimana ketentuan mengenai jumlah CAR ini harus ditaati oleh semua bank umum. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin dan profesionalisme bagi setiap bank untuk mengelola seluruh aktiva yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan bagi bank (Lukman Dendawijaya, 2003)

Dalam penelitian ini, dengan menggunakan metode dan alat uji yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, serta rentang waktu penelitian yang lebih panjang agar dapat memperoleh hasil yang lebih akurat dan valid, penulis mencoba untuk mengetahui apakah variabel-variabel eksogen yang berasal dari internal perbankan dan kebijakan moneter dapat mempengaruhi profitabilitas bank yang merupakan variabel endogen.

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diteliti oleh Kunto Wibisono (2012) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio

(CAR) terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Muchlis Febrianto (2009) yang menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Inflasi yang diteliti oleh Ayu Yunita Sahara (2013) menunjukkan hasil Inflasi berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan menurut Neni Supriyanti (2009) Inflasi tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap Return On Asset


(26)

10 Dari latar belakang di atas dan mengingat betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Periode 2007-2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) bank umum? 2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat

Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) bank umum?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :


(27)

11 a) Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) bank umum.

b) Untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) bank umum.

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mmemberikan manfaat ganda, yakni manfaat bagi akademisi maupun praktisi.

a) Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk :

1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. Serta Menambah wawasan ataupun pengetahuan tentang pengaruh nilai Dana Pihak Ketiga (DPK), nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja perusahaan yang tentunya akan memengaruhi tingkat pengambalian yang diharapkan dalam berinvestasi, serta mengetahui dampak dari kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia terhadap dunia perbankan


(28)

12 2) Bagi civitas akademika untuk memberikan sumbangan pikiran sebagai bahan perbandingan kepada semua pihak yang melakukan penelitian lebih lanjut.

b) Dari segi perspektif praktis, penelitian ini akan bermanfaat untuk :

1) Bagi pihak perbankan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

2) Bagi investor dan masyarakat untuk memberikan informasi tambahan guna melakukan pertimbangan dalam hal menginvestasikan dananya dan juga peminjaman kredit di perbankan.


(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Lembaga Keuangan

Menurut Ahmad Rodoni (2007:1), lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau asset riil.

Menurut Sadono Sukirno (2004: 273-274) yang dimaksudkan dengan lembaga keuangan atau instansi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka. Lembaga-lembaga ini mendorong masyarakat untuk membuat tabungan

kepada mereka, dan sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi “pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat.

Lembaga keuangan yang lazim terdapat di suatu Negara dapat dibedakan menjadi beberapa jenis (Sadono Sukirno, 2004 : 274):

a) Bank Umum atau Bank Perdagangan. Institusi ini adalah bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral.


(30)

14 b) Bank Tabungan. Bank ini melakukan hampir seperti perusahaan peminjaman. Bank ini menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau seimpanan berjangka panjang dan kemudian meminjamkan atau menginvestasikan uang tersebut.

c) Perusahaan peminjaman. Merupakan badan keuangan yang menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka lama (yaitu hanya dapat diambil kembali oleh pemiliknya sesudah beberapa waktu yang telah ditentukan), dan selanjutnya meminjamkan atau menginvestasikan tabungan tersebut.

d) Pasaran Saham. Suatu lembaga yang fungsi utamanya adalah menjadi pusat dimana saham perusahaan-perusahaaan diperjualbelikan.

e) Perusahaan asuransi. Terdiri dari perusahaan yang memperoleh uang dengan menjanjikan akan membuat sejumlah ganti rugi kepada individu, perusahaan dan badan-badan lainnya apabila suatu peristiwa seperti, kecelakaan, kebakaran, kematian, dan sebagainya berlaku ke atas orang, perusahaan, atau badan yang mebayar uang asuransi kepada perusahaan asuransi. Uang asuransi yang dikumpulkan oleh badan ini akan diinvestasikan atau dipinjamkan.


(31)

15 2. Pengertian Bank

Bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Selain itu bank juga biasa dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan, sebagai tempat untuk menukar uang, dan memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan setoran.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usahayang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2008:25).

Kasmir (2008:4) dalam bukunya, mengartikan bank secara sederhana sebagai lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.

Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1), bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana


(32)

16 (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini tampak dari kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam penerimaan simpanan masyarakat, bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan yang kegiatan utamanya meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana, serta memberikan jasa-jasa dala lalu lintas perbankan lainnya dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

3. Jenis-Jenis Bank

a. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya (Kasmir, 2008:178) 1) Bank Sentral

Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam pembangunan memang penting dan sangat dibutuhkan keberadaannya. Hal ini disebabkan bahwa pembangunan di sektor apa pun selalu


(33)

17 membutuhkan dana dan dana ini diperoleh dari sektor lembaga keuangan termasuk bank.

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.

a) Tujuan Bank Indonesia

Tujuan Bank Indonesia seperti tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 Bab III Pasal 7 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Mata uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil sangatlah memberatkan masyarakat luas. Oleh karena itu, tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan sangatlah penting.

b) Tugas Bank Indonesia

Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:

(1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter (2) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran (3) mengatur dan mengawasi bank


(34)

18 2) Bank Umum

Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

Bank umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang utama antara lain:

a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, dan tabungan;

b) memberikan kredit;

c) menerbitkan surat pengakuan utang;

d) memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank itu sendiri;

e) menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga;

f) menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan

g) melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.


(35)

19 3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

BPR dalam melakukan kegiatannya tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional (bank umum). Ada kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR, yaitu:

a) menerima simpanan berupa giro, b) mengikuti kliring,

c) melakukan kegiatan valuta asing, d) melakukan kegiatan perasuransian.

Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh BPR meliputi hal-hal berikut ini.

a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito.

b) Memberikan pinjaman kepada masyarakat.

c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.


(36)

20 b. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Menurut Martono (2010:28) Dilihat dari aspek kepemilikannya dalam arti siapa yang memiliki bank tersebut yang dapat dlihat dari akte pendiriannya dan berapa jumlah saham yang dimiliki. Dilihat kepemilikannya jenis bank terdiri dari:

1) Bank Milik Pemerintah

Pada bank ini akte pendirian dan sahamnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga keuntungan yang diperolehnya juga dimiliki oleh pemerintah. Pada saat ini bank milik pemerintah terdiri dari

a) Bank Negara Indonesia 1946 (BNI) b) Bank Rakyat Indonesia (BRI) c) Bank Tabungan Negara (BTN) d) Bank Mandiri.

Disamping itu terdapat bank milik pemerintah daerah yang tersebar disetiap provinsi, antara lain:

a) BPD DKI Jakarta b) BPD Jawa Barat c) BPD Sumatera Selatan d) BPD Sumatera Utara e) BPD Maluku.


(37)

21 2) Bank Milik Swasta Nasional

Pada jenis bank ini akte pendirian dan sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Demikian pula pembagian keuntungan yang diperoleh juga oleh swasta nasional. Beberapa bank milik swasta nasional antara lain:

a) Bank Central Asia b) Bank Bumi Putera c) Bank Muamalat d) Bank Danamon e) Bank Lippo

f) Bank Internasional Indonesia. 3) Bank Milik Koperasi

Pada jenis bank ini akte pendirian dan sahamnya dimiliki oleh koperasi yang berbadan hukum. Contoh bank yang dimiliki koperasi: Bank Bukopin.

4) Bank Milik Swasta Asing

Pada jenis bank ini merupakan cabang dari bank yang sahamnya dimiliki oleh swasta asing maupun pemerintah asing. Dengan demikian kantor pusatnya di luar negeri dan keuntungannya juga dimiliki swasta asing. Beberapa bank swasta asing antara lain:

a) Deutche Bank


(38)

22 c) Bank of Tokyo

d) City Bank e) Hongkong Bank f) Bangkok Bank. 5) Bank Campuran

Pada jenis bank ini sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Beberapa bank campuran antara lain:

a) Bank Merincorp

b) Bank Sakura Swadarma c) Inter Pacific Bank d) Sanwa Indonesia Bank e) Sumitomo Niaga Bank. c. Jenis Bank Menurut Operasionalnya

Jenis bank jika dilihat dari segi operasionalnya atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok (Kasmir, 2008 : 40).

1) Bank Konvensional

Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia adalah “menurut apa yang sudah menjadi


(39)

23

(KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman.

Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.

Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.

Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi.Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR.


(40)

24 2) Bank Syariah

Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan.Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.

Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya.Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.

Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank konvensional.Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan


(41)

25 diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah:

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah).

d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

e) Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan pada Alquran dan hadis.Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba.

Dalam perkembangannya kehadiran bank syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim, akan tetapi juga masyarakat nonmuslim. Saat ini bank syariah sudah tersebar di berbagai negara-negara muslim dan nonmuslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan dunia yang telah membuka cabang berdasarkan prinsip syariah. Contoh Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat (dikutip dari dahlanforum.wordpress.com).


(42)

26 4. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan. Secara garis besar bank hanya sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa adanya himpunan dana dari masyarakat luas maka bank tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya, karena bagian terpenting dalam operasional bank adalah penyaluran pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, hal tersebut merupakan sumber pendapatan terbesar yang dihasilkan oleh bank (Kasmir, 2008 : 40).

Menurut Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru (2006:9) dalam bukunya, fungsi bank yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan berminat menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali simpanan dananya di bank. Pihak bank juga akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa


(43)

27 debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan uang, sehingga dapat membangun perekonomian masyarakat.

c. Agent of Service

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.


(44)

28 5. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Martono (2010:38) Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan meupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana pihak ketiga adalah jumlah yang tidak terbatas baik berasal dari perseorangan (rumah tangga), perusahaan, maupun lembaga masyarakat lainnya. Ada tiga jenis simpanan sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu: simpanan giro, tabungan dan deposito.

a. Simpanan Giro

Pengertian giro menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1999 tanggal 10 November 1999 adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan. Dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan direkening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi.


(45)

29 Cek merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam cek atau kepada pembawa cek. Dalam hal ini bank harus membayar kepada siapa saja yang membawa cek tersebut untuk menguangkannya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan baik secara tunai atau secara pemindahbukuan.

Syarat-syarat penarikan cek yang ditetapkan oleh bank untuk menarik sejumlah uang yang diinginkan adalah sebagai berikut:

1) Tersedianya dana yang cukup 2) Ada materai yang cukup

3) Jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani oleh si pemberi cek

4) Jumlah uang yang tertulis dalam angka dengan huruf haruslah sama.

5) Mempertahankan masa kadaluarsa cek yaitu 70 hari setelah dikeluarkannya cek tersebut

6) Tandatangan atau stempel perusahaan harus sama dengan yang di

specimen (contoh tandatangan)

7) Dalam keadaan tidak diblokir pihak berwenang 8) Resi cek yang diberikan ke nasabah sudah kembali 9) Endorsement cek benar jika ada


(46)

30 11) Rekening nasabah belum ditutup.

b. Tabungan

Tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nomor 20 Tahun 1998 merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara pihak bank dengan si penabung. Misalnya dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditunjukan untuk berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas.

c. Simpanan Deposito

Simpanan deposito dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Untuk mencairkan deposito maka pemilik deposito dapat menggunakan bilyet deposito atau sertifikat deposito. Dalam praktiknya terdapat tiga jenis deposito yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka


(47)

31 waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, hingga 24 bulan. Deposito berjangka dapat diterbitkan atas nama perorangan maupun lembaga.

Jenis deposito kedua yaitu Sertifikat deposito pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, perbedaannya hanyalah bahwa sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Selain itu pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun non tunai, disamping setiap bulan atau jatuh tempo.

Deposit on call yang merupakan jenis deposito ketiga hanya digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar. Penerbitan deposit on call memiliki jangka waktu minimal 7 (tujuh) hari dan paling lama kurang dari 1 (satu) bulan. Deposit on call

diterbitkan atas nama. Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan

deposit on call. Namun sebelum deposit on call tersebut dicairkan tiga hari sebelumnya deposan terlebih dahulu harus sudah memberitahukan kepada pihak bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan mencairkan deposit on call-nya.

6. Nilai Tukar

Menurut Mankiw N Gregory (2007) nilai tukar mata uang antara dua Negara adalah harga dari mata uang yang digunakan oleh penduduk


(48)

32 Negara-negara tersebut untuk saling melakukan perdagangan antara satu sama lain.

Sedangkan menurut Abimanyu (2004) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang adalah harga mata uang relatif terhadap mata uang Negara lain, dan oleh karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang maka titik keseimbangannya ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata uang.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Keseimbangan nilai tukar akan berubah seiring dengan perubahan atas permintaan dan peawaran valuta asing yang bersangkutan. Menurut Jeff Madura (2006:128) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Inflasi

Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, karena mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta, dengan demikian mempengaruhi nilai tukar. Naiknya harga-harga secara umum pada suatu negara dibanding dengan negara lainnya akan menyebabkan naiknya permintaan barang-barang dari negara lainnya dan permintaan atas mata uang tersebut. Dengan naiknya permintaan valuta asing tersebut akan menaikkan harga mata uang negara tersebut dibandingkan


(49)

33 mata uang negara sendiri, akibatnya terjadilah depresiasi nilai mata uang negara tersebut.

2) Tingkat Suku Bunga

Perubahan pada suku bunga relative mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang. Jadi, naiknya tingkat suku bunga di suatu negara dibandingkan negara lainnya, maka akan menyebabkan naiknya permintaan atas mata uang negara yang bersangkutan. Dengan demikian harga mata uang negara tersebut akan menguat dibandingkan dengan mata uang negara lainnya.

3) Tingkat Pendapatan

Apabila tingkat pendapatan suatu negara meningkat karena adanya tambahan kemampuan untuk memasok, maka nilai mata uang negara tersebut akan meningkat. Dan sebaliknya, apabila tingkat pendapatan suatu negara meningkat karena permintaan dari dalam negeri, maka nilai mata uang tersebut akan menurun.

4) Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar mata uang dengan cara sebagai berikut:


(50)

34 b) Penentuan batas-batas perdagangan luar negeri

c) Intervensi dalam pasar valuta asing

d) Perubahan-perubahan variabel makro seperti: inflasi, tingkat suku bunga, dan lain-lain.

5) Pengharapan atau Ekspektasi

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar adalah ekspektasi akan nilai tukar dimasa depan. Pasar valuta asing bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Sebagai contoh, berita akan melonjaknya inflasi Indonesia, akan menyebabkan pedagang valuta asing akan menjual Rupiah untuk mengantisipasi turunnya nilai Rupiah di masa datang. Respon tersebut akan benar-benar membuat niali tukar Rupiah mengalami penurunan.

b. Macam-Macam Sistem Nilai Tukar

Setelah nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Macam-macam sistem nilai tukar mata uang secara garis besar dapat di klasifikasikan sebagai berikut ( Jeff Madura, 2006:220):

1) Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Dalam sistem ini niali tukar tetap, dimana nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang


(51)

35 sangat sempit. Dan jika nilai tukar bergerak terlalu tajam atau jauh, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk memperhatikan dalam batas-batas yang telah disepakati.

2) Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate System)

Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar saja tanpa campur tangan pemerintah.Sama halnya dengan harga sekuritas di pasar-pasar keuangan lainnya, harga atau nilai valuta asing sangat dipengaruhi oleh informasi atau rumor yang beredar di pasar valuta asing. 3) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Float

Exchange Rate System)

Sistem nilai tukar sejumlah valuta yang ada sekarang berada di sistem nilai tukar tetap dan sistem niali tukar mengambang bebas.Sistem tersebut menyerupai sistem mengambang bebas, karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari dan tidak ada batasan resmi.Selain itu, sistem ini serupa dengan sistem nilai tukar tetap, di mana dalam hal ini pemerintah kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah mata uangnya berfluktuasi secara tajam.


(52)

36 Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Dan sejumlah negara menggunakan sistem nilai tukar ini, dimana valuta mereka dikaitkan ke suatu valuta lain.

Nilai tukar Rupiah-US$ adalah harga Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika, dan kebijakan nilai tukar mata uang Rupiah dilakukan untuk mengendalikan transaksi pembayaran. Menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar Amerika, memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Sedangkan meningkatnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing akan meningkatkan suku bunga. Dan jika perbankan tidak memiliki pendapatan dari penjualan ekspor atau jika ada tidak cukup berarti, maka profitabilitas perbankan akan menurun, dan hal ini memberikan pengaruh negatif terhadap bursa saham.

Fenomena perkembangan kurs Rupiah yang terus menguat memberikan indikasi bahwa variabel nonekonomi (terutama politik) berkurang dominasi pengaruhnya terhadap pergerakan kurs Rupiah. Menguatnya nilai kurs Rupiah lebih melonggarkan Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga SBI. Hal ini diharapkan dapat mendorong perbankan nasional untuk meningkatkan intermediasi keuangan pada sektor riil dengan tingkat bunga kredit yang lebih


(53)

37 akseptable dibandingkan saat ini. Dan jika sektor riil dapat bergairah kembali, akan membawa dampak positif terhadap kondisi perekonomian secara makro.

Bagi investor, sebelum melakukan investasi di pasar modal diharapkan bisa mengidentifikasi penyebab perubahan kurs Rupiah dan mengetahui pengaruhnya terhadap dinamika harga saham, misalnya perputaran uang dan faktor lainnya. Pelaku pasar modal bukan hanya orang domistik, tapi juga di pihak asing, yang tujuannya adalah untuk meminimalisir pengaruh risiko kurs Rupiah terhadap mata uang asing dan biasanya depresiasi mata uang Rupiah direspon negatif dengan dinamika harga saham.

c. Alasan-alasan Intervensi Pemerintah

Menurut Jeff Madura (2006:236) Tingkat pengawasan pemerintah terhadap nilai tukar berbeda-beda untuk tiap Negara. Secara umum bank sentral biasanya mengatur nilai tukar karena tiga alasan:

1) Menghindari fluktuasi nilai tukar

Tindakan ini akan membuat siklus dunia usaha menjadi lebih stabil. Dengan mengurangi risiko fluktuasi ini, bank sentral juga memberikan rangsangan pada perdagangan internasional. Lebih jauh lagi, pengurangan fluktuasi ini maka akan menurunkan kekhawatiran di pasar keuangan sehingga


(54)

38 akan mengurangi kegiatan spekulatif yang banyak menyebabkan kejatuhan nilai mata uang secara lebih jauh. 2) Menetapkan kisaran pergerakan secara implisit

Beberapa bank sentral mencoba untuk mempertahankan pergerakan nilai tukar mata uang nya dalam suatu rentang kendali tertentu, baik yang ditetapkan secara formal maupun tidak. Hal ini menyebabkan para analisis akan memprediksikan nilai tukar yang tidak jauh dari rentang kendali tersebut, bank sentral akan melakukan intervensi untuk mencegah penyimpangan nilai tukar dari rentang kendali tersebut.

3) Tanggapan atas tekanan sementara

Tujuan resmi dari kebijakan intervensi bank sentral adalah untuk melawan kondisi pasar yang tidak teratur.

7. Suku Bunga SBI a. Suku Bunga

Menurut Kasmir (2008:37), bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya . Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Menurut Frederic S. Mishkin


(55)

39 (2007:4), tingkat bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk sewa dana (biasanya dinyatakan sebagai persentase dari sewa $ 100 per tahun).

b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. (www.bi.go.id)

SBI merupakan simpanan bank-bank komersial di bank sentral. Bunga SBI adalah premi yang dibayar bank sentral atas "deposito" bank-bank tersebut. SBI digunakan sebagai alat penyedot rupiah yang beredar. Jika rupiah dinilai sudah terlalu banyak (sehingga bisa menurunkan nilai tukar rupiah atau mempercepat laju inflasi), bank sentral akan memperkuat alat sedotnya. Oleh karena itu, suku bunga SBI bisa menjadi semacam patokan. Suku bunga SBI akan menentukan tingkat suku bunga yang lain:


(56)

40 bunga deposito, kredit, dan akhirnya bunga pinjaman antarbank atau interbank call-money. (http://majalah.tempointeraktif.com)

8. Inflasi

Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara ( Tajul Khalwaty, 2000:5).

a. Jenis-Jenis Inflasi

Menurut Boediono (2001:162) Inflasi dapat di golongkan menjadi dua golongan, golongan pertamadidasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi

tersebut, yaitu ;

1) Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun) 2) Inflasi sedang (antara10-30% setahun) 3) Inflasi berat ( antara 30-100% setahun) 4) Hiperinflasi (diatas 100% setahun).

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi : (Boediono, 2001 : 156)


(57)

41 1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai

barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand inflation.

Gambar 2.1 Demand Inflation

(Sumber : Boediono, 2001)

Gambar tersebut menunjukan demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang (agrerate demand)

bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva aggregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik

dari H1 ke H2.

Harga

Output

H2

H1

Q1 Q2

D2

D1


(58)

42 2) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut cost

inflation.

Gambar 2.2 Cost Inflation

(Sumber : Boediono, 2001)

Gambar tersebut menunjukan cost inflation, yaitu jika biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (Aggregate supply) bergeser dari S1 ke S2.

b. Efek Buruk Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2007:339), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut :

Harga

S2 S1

D H4

H3


(59)

43 1) Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

2) Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

3) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

4) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam


(60)

institusi-44 institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku

5) Memperburuk pembagian kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatanya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

c. Indikator Inflasi

Menurut Prathama dan Mandala (2008:367)Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan dibahas dalam uraian berikut ini.

1) Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam waktu satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.


(61)

45 2) Indeks Harga Perdagangan Besar

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen . oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.

3) Indeks Harga Implisit

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit.

9. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah risiko yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana


(62)

46 masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. (Lukman Dendawijaya, 2003)

Dalam penelitian ini dari sisi permodalan digunakan rasio CAR. CAR dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan atas hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas (ROA) bank umum. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (ROA) bank (Lukman Dendawijaya, 2003).

Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (www.bi.go.id).

Modal bank adalah total modal yang berasal dari bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan,


(63)

47 laba ditahan tahun lalu laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dengan ATMR administratif.

Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%. Angka tersebut merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan standar Bank for International Settlement (BIS) (Lukman Dendawijaya, 2003).

10. Profitabilitas bank

Profitabilitas merupakan hal yang penting untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan karena dengan profitabilitas manajemen dapat mengukur kemampuan dan kesuksesan perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Dan juga profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh pendapatan diatas biaya-biaya yang diperhitungkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian Profitabilitas menurut beberapa ahli keuangan:

Menurut Sutrisno (2009:222) rasio keuntungan digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan,


(64)

48 dimana semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu perusahaan yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal atau aktiva yang menghasilkan laba tersebut.

Untuk mengetahui tingkat Profitabilitas auatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, Menurut Sutrisno (2009:222) rasio profitabilitas ini terdiri dari:

a) Profit Margin

b) Return On Asset (ROA) c) Return On Equity (ROE) a) Profit Margin

Rasio ini menggambarkan upaya untuk menekankan biaya sekecil mungkin guna mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan membagi EAT dengan total pendapatan. Berikut rumus yang digunakan dalam rasio ini adalah:

Profit Margin = 100%

Penjualan EAT

X

Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan. Profit margin menggambarkan semakin tinggi nilainya, berarti semakin


(65)

49 besar pendapatan yang diperoleh perusahaan untuk menutupi biaya non produksi.

b) Return On Asset (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Lukman Dendawijaya, 2003). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = 100%

Asset Total

Pajak Sebelum Laba

X

Besarnya nilai (angka) untuk “laba sebelum pajak” dapat dibaca

pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang

bersangkutan, sedangkan “total Asset” dapat dilihat pada Neraca.

(Dendawijaya, 2003). Perhitungan kredit dilakuakan sebagai berikut: a) Untuk ROA sebesar 100% atau lebih, nilai kredit = 0.

b) Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100%.

Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total asset yang digunakan untuk


(66)

50 mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari asset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia Selaku Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang perolehan dananya sebagian besar dari masyarakat (Siamat, 2005).

c) Return On Equity (ROE)

Return On Equity ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE = 100%

Sendiri Modal

Pajak Setelah Laba

X

Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen.


(67)

51 B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

(Tahun)

Judul Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian 1 Sehrish Gull

(2011) Factor Affecting Bank Profitability in Pakistan Dependen : ROA, ROE, NIM Independen : Size, Capital, Deposits, Loan, GDP, Inflation, Market Capitalization Hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis yang

telah diterima dan memiliki dampak yang

signifikan terhadap profitabilitas Bank di

Pakistan.

2 Dea Naufal Kharisma

(2012)

Pengaruh DPK dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah Dependen : ROA Independen : DPK, NPF

Dari hasil penelitian diperoleh signifikansi

DPK sebesar 0,15, dimana nilai batas maksimum adalah 0,05.

Dengan demikian DPK berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA

3 Bambang

Sudiyatno (2010)

Analisis Pengaruh DPK, BOPO, CAR

dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Dependen : ROA Independen : DPK, BOPO, Penelitian ini menunjukkan bahwa

DPK dan CAR berpengaruh positif dan


(68)

52 pada Sektor

Perbankan yang Go Publik di Bursa

Efek Indonesia (BEI)

CAR, LDR signifikan terhadap ROA. DPK memiliki

tingkat sig. sebesar 0,008 dan CAR sebesar

0,005 berada di bawah/lebih rendah

dari 0,05 4 Linda Dwi

Oktaviani (2009)

Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan

Inflasi Terhadap Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi Dependen : ROA Independen : Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Nilai tukar tidak signifikan karena tingkat signifikansinya

adalah sebesar 0,347 lebih tinggi dari 0,05

5 Diana

Puspitasari (2009)

Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR,

dan Suku Bunga SBI terhadap ROA

Dependen : ROA Independen : CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Suku Bunga SBI

CAR memiliki nilai 0,031 sehingga CAR

berpengaruh positif terhadap ROA, Sedangkan Suku Bunga

SBI tidak berpengaruh terhadap ROA karena tingkat signifikansinya

sebesar 0,721

6 Kunto

Wibisono (2012)

Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM, LDR Terhadap ROA Dependen : ROA Independen : CAR, NPL, NIM, LDR

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel CAR berpengaruh signifikan

terhadap ROA Lanjutan Tabel 2.1


(69)

53 7 Ayu Yunita

Sahara (2013)

Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga

BI, dan Produk Domestik Bruto Terhadap ROA Bank Syariah di

Indonesia Dependen : ROA Independen : Inflasi, Suku Bunga BI, GDP Variabel Inflasi berpengaruh signifikan

terhadap ROA bank syariah di Indonesia. Nilai signifikansinya adalah sebesar 0,000 berada dibawah/lebih

kecil dari 0,005. Sumber: Kumpulan penelitian terdahulu

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan.Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda.

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti adalah Bank Umum. Variabel yang diteliti adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Assets (ROA). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah DPK, Nilai Tukar, Suku Bunga SBI, Inflasi Lanjutan Tabel 2.1


(70)

54 dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah Return on Assets (ROA).

Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia. Pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pengambilan data Dana Pihak Ketiga, Nilai Tukar, Inflasi,

Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset (ROA) diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan Laporan Kebijakan Moneter melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id). Kedua, pengambilan data Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia diperoleh dari perpustakaan Direktorat Statistik dan Moneter Bank Indonesia.

Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada.Kemudian data disimpan dan diolah. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan anatara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian :


(71)

55 Bank Indonesia

Variabel Dependen:

Return On Asset

(ROA)

Model Uji Regresi Linear Berganda Uji Asumsi Klasik: 1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas 3. Uji Autokorelasi 4. Uji Heterokedaktis Variabel Independen:

1. DPK 2. Nilai Tukar 3. Suku Bunga SBI 4. Inflasi

5. CAR

Uji F Secara Simultan Uji t Secara Parsial Koefisien Determinasi

Interpretasi

Kesimpulan Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran


(72)

56 D. Hipotesis

Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) tersebut, maka diperoleh beberapa hipotesis secara simultan dan parsial yaitu:

1. Hipotesis Secara simultan

Ho :Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum.

Ha :Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum. 2. Hipotesis secara Parsial

Ho :Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum.

Ha :Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum.


(1)

Lanjutan

Hasil Uji Statistik t

t tabel = 2,004

Model

Unstanddized Coefficients

Standdized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

(Constant)

DPK

Nilai Tukar

1 Suku Bunga SBI

Inflasi

CAR

-13.909

1.283

-.477

.006

.062

.135

3.264

.151

.292

.017

.028

.013

1.435

-.182

.043

.171

1.271

-4.262

8.518

-1.630

.358

2.232

10.398

.000

.000

.109

.721

.030

.000


(2)

Tabel t,

α

= 5%

50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678 3.261 3.496 51 1.298 1.675 2.008 2.402 2.676 3.258 3.492 52 1.298 1.675 2.007 2.400 2.674 3.255 3.488 53 1.298 1.674 2.006 2.399 2.672 3.251 3.484 54 1.297 1.674 2.005 2.397 2.670 3.248 3.480

55

1.297 1.673

2.004

2.396 2.668 3.245 3.476 56 1.297 1.673 2.003 2.395 2.667 3.242 3.473 57 1.297 1.672 2.002 2.394 2.665 3.239 3.470 58 1.296 1.672 2.002 2.392 2.663 3.237 3.466 59 1.296 1.671 2.001 2.391 2.662 3.234 3.463 60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 3.232 3.460 61 1.296 1.670 2.000 2.389 2.659 3.229 3.457 62 1.295 1.670 1.999 2.388 2.657 3.227 3.454 63 1.295 1.669 1.998 2.387 2.656 3.225 3.452

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI

2-Tailled 20% 10%

5%

2% 1% 0.2% 0.1%

1-Tailled 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05%

1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657 318.309 636.619 2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 22.327 31.599 3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 10.215 12.924 4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 7.173 8.610 5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5.893 6.869 6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.208 5.959


(3)

Lanjutan

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model

R

R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson


(4)

Kesimpulan

Dana Pihak Ketiga, Nilai Tukar, Suku Bunga

Sertifikat Bank Indonesia, Inflasi dan

Capital

Adequacy Ratio

secara simultan berpengaruh

terhadap

Return On Asset

bank umum

Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan

Capital Adequacy

Ratio

secara parsial berpengaruh terhadap

Return

On Asset

bank umum, sedangkan Nilai Tukar dan

Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak


(5)

Lanjutan

Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana diuraikan dimuka bahwa hasil

penelitian ini terbatas pada pengamatan yang

relatif pendek yaitu selama 5 tahun.

Agenda Penelitian Mendatang

Dengan kemampuan prediksi sebesar 71,1% yang

ditunjukkan pada nilai

Adjusted R

2

yang

mengindikasi perlunya rasio keuangan bank lain

yang belum dimasukkan sebagai variabel


(6)

Terimakasih


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

1 79 118

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio Dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Terdapat Di BEI

1 44 94

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi

0 3 132

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

2 17 152

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank Umum

0 5 192

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120