Dana Pihak Ketiga DPK

39 orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamn ya.” QS. Al-baqarah: 275 e. Memperhitungkan zakat dan infak                     “Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa- apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-baqarah: 110

B. Dana Pihak Ketiga DPK

1. Pengertian Dana Pihak Ketiga DPK

Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008, dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain dalam bentuk mata uang rupiah atau valuta asing. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat. 40

2. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga DPK

Jenis-jenis Dana Pihak Ketiga DPK berdasarkan prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. 1. Prinsip wadi’ah Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah yad amanah. Dalam wadi’ah yad dhamanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak yang dititipkan dengan alasan apapun juga, akan tetapi pihak yang dititipkan boleh mengenakan biaya administrasi kepada pihak yang menitipkan sebagai kontraprestasi atas penjagaan barang yang dititipkan 13 . Pada wadiah yad dhamanah pihak yang dititipkan bank bertanggung jwab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Dan pihak bank boleh memberikan sedikit keuntungan yang didapat kepada nasabahnya dengan besaran berdasarkan kebijaksanaan pihak bank 14 . 2. Prinsip mudharabah Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan dana atau deposan bertindak sebagai shahibul maal peilik modal dan bank 13 M. Syafii Antonio. Bank Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. hlm. 85 14 Ibid. hlm. 87 41 sebagai mudharib pengelola. Prinsip mudharabah ini biasanya diaplikasikan di perbankan syariah pada produk tabungan biasa, tabungan berjangka tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan tertentu seperti tabungan haji, tabungan berencana, tabungan kurban, dan sebagainya serta deposito berjangka 15 . 3. Akad pelengkap Salah satu akad pelengkap yang dapat dipakai untuk penghimpunan dana adalah akad wakalah perwakilan yang dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasbah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya untuk melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang 16 .

3. Produk-produk Dana Pihak Ketiga DPK

Dalam dunia perbankan, penghimpunan dana pihak ketigadana masyarakat dilakukan dengan cara menawarkan dan menjual produk penghimpunan dana yaitu: 1. Tabungan Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan primsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut 15 Ibid. hlm. 97 16 Adiwarman A Karim. Bank Islam: Anlisis Fiqh dan Keuangan. 2004 42 syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, danatau lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil 17 . Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil. 2. Deposito Deposito menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah danatau Unit Usaha Syariah UUS. Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan 18 . Nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi bagi hasil yang 17 M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. hlm. 34 18 Ibid. hlm. 35 43 ditawarkan lebih tinggi daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana. 3. Giro Giro menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008 adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberkan bagi hasil, dan pengambilan dana menggunakan cek, bilyet giro, dll yang biasa digunakan oleh prusahaan atau yayasan danatau bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarannya tidak ditentukan di awal tergantung kebaikan pihak bank 19 . C. Pembiayaan Yang Diberikan PYD 1. Pengertian Pembiayaan Yang Diberikan PYD Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga 20 . Menurut undang-undang No. 21 Tahun 19 Ibid. hlm. 37 20 M. Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. hlm: 42 44 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. 2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik. 3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna. 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. 5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah danatau Unit Usaha Syariah UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

2. Jenis-jenis Pembiayaan Yang Diberikan PYD

Adapun secara garis besar pembiayaan dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan sifatnya, yaitu 21 : 1. Pembiayaan konsumtif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untk pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang sifatnya konsumtif. 21 Ibid. hlm: 43 45 2. Pembiayaan produktif Yaitu pembiyaan yang ditujukan untk pembiayaan sector produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembelian barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan sektor riil. Menurut Ir. Adiwarman A. Karim dalam sebuah buku yang berjudul “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan” mengemukakan bahwa jenis-jenis pembiayaan Bank Syariah ada enam, yaitu: 1. Pembiayaan modal kerja syariah Secara umum, yang dimaksud dengan pembiayaan modal kerja PMK syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Perpanjangan fasilitas PMK dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Fasilitas PMK dapat diberikan kepada seluruh sectorsubsector ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat Islam dan tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debiturcaon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan Bank. 46 2. Pembiayaan investasi syariah Yang dimaksud pembiayaan investasi syariah adalah penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh imbalanmanfaatkeuntungan di kemudian hari. Atau juga pembiayaan investasi syariah dapat diartikan sebagai pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan. 3. Pembiayaan konsumtif syariah Secara definitive, konsumsi adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Dengan demikian yang dimaksud dengan pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan. 4. Pembiayaan sindikasi Secara definitive, yang dimaksud dengan pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pada umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang memilii nilai transaksi yang sangat besar. 5. Pembiayaan berdasarkan take over Yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap 47 transaksi nonsyariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. 6. Pembiayaan letter of credit LC Secara definitf, yang dimaksud dengan pembiayaan Letter of Credit LC adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah.

3. Produk-produk Pembiayaan Yang Diberikan PYD

Salah satu fungsi utama dari perbankan adalah untuk menyalurkan dana yang telah dihimpunnya kepada masyarakat melalui pembiayaan kepada nasabah. Secara garis besar produk pembiayaan kepada nasabah yaitu 22 : 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk membeli barang, dimana keuntungan bank telah ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas baranag atau jasa yang dijual. Barang yang diperjualbelikan dapat berupa barang konsumtif maupun barang produktif. Akad yang dipergunakan dalam produk jual beli ini adalah murabahah, salam, dan istishna. 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa, dimana keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang disewakan. Namun dalam beberapa 22 Ibid. hlm: 43-53 48 kasus prinsip sewa dapat pula disertai dengan opsi kepemilikan 23 . Yang termasuk dalam kategori ini adalah ijarah dan ijarah muntahia bi tamlik IMBT. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Sementara ijarah muntahiya bit tamlik adalah pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, diikuti dengan opsi kepemindahan kepemilikan atas barang itu di akhir masa kontrak. 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa sekaligus, dimana tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan syariah adalah musyarakah dan mudharabah. 4. Pembiayaan dengan akad pelengkap Pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggnakan tiga prinsip di atas. Berikut akad pelengkap tersebut, yaitu: hawalah, rahn, qardh, wakalah, dan kafalah. 23 Adiwarman A Karim. Bank Islam: Analisis Fiqh dan keuangan . 2004 49

D. Hubungan Antara Kepuasan Nasabah Terhadap Peningkatan Dana Pihak

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Efisiensi Operasional, Kecukupan Modal, Dana Pihak Ketiga Dan Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 64 82

Analisis Strategi Pemasaran Produk Pendanaan Untuk Peningkatan Dana Pihak Ketiga Pada PT. Bank Aceh Cabang Medan

2 67 111

Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Volume Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 29 79

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisis Pengaruh Total Aset Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga Dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah Di Sumatera Utara

8 95 106

Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Rasio Risk Based Bank Rating terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 48 139

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Pengaruh DPK dan NPF terhadap pembiayaan yang disalurkan (pyd) serta implikasinya pada ROA : studi pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 14 0

Pengaruh DPK dan NPF terhadap pembiayaan yang disalurkan (PYD) serta implikasinya pada Roa: studi pada 3 bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2013

1 16 114

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DPK

0 0 27