Pertanian Padi Kehidupan Masyarakat Transmigran Di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000

39

3.3 Pertanian Padi

Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat penting di Indonesia, karena merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanaman padi diusahakan dalam jenis tanah apapun termasuk jenis tanah gambut, sehingga amat beralasan jika orang-orang berkecimpung dibidang pertanian. Sesuai dengan asalnya, padi merupakan tanaman lahan basah tetapi adaptasi tanaman ini telah mampu menghasilkan varietas padi yang tumbuh dilahan kering padi gogo. 29 Namun daerah utama penghasil beras diberbagai belahan dunia adalah daerah pada lahan basah. Pada mulanya padi ditanam secara alami didaerah aluvial yang tergenang air dimusim hujan tanpa pengolahan ataupun perataan tanah. Penyebaran tanaman padi selanjutnya berkembang kedaerah yang lebih tinggi yaitu daerah-daerah dengan bentuk wilayah yang berombak, bergelombang, berbukit bahkan kadang-kadang didaerah bergunung dengan lereng yang cukup curam. Hal itu terjadi karena dikembangkannya sistem irigasi dengan air, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar daerah persawahan itu sendiri. Selain tumbuh didaerah yang wilayahnya berombak, bergelombang, berbukit bahkan daerah gunung, padi juga dapat ditanam dilahan gambut yang sudah diolah dengan baik dengan syarat membuat drainase air. 30 Para transmigran Jawa mengubah hutan gambut seluas 420 ha di bidang pertanian dengan membudidayakan tanaman yang bisa dikonsumsi yaitu padi dan sisanya bisa dijual. Strategi seperti ini dilakukan tidak lain adalah dengan tujuan 29 H. Sarwono Hardjowigeno, Tanah Sawah, Bogor: Bayumedia, 2005, hlm. 6. 30 Ibid., hlm. 14. 40 untuk tetap dapat mempertahankan hidup di daerah yang baru dengan jalan menghemat pengeluaran biaya kebutuhan akan makanan. Bersama kelompok tani yang telah dibentuk sebelumnya, para transmigran telah membuka hutan gambut yang dipenuhi semak belukar dan juga pohon-pohon berukuran sedang. Para transmigran dan kelompok tani mengolah hutan gambut mulai dari penebangan, pengeringan, pembakaran hingga tahap terakhir yaitu mengolah lahan gambut untuk dijadikan lahan pertanian padi. Ketika proses pembakaran semak belukar dan juga pohon-pohon yang sudah dicincang selesai, kemudian para transmigran dan juga kelompok tani mengolah lahan gambut untk dijadikan lahan pertanian padi dengan cara mencangkul seluruh permukaan tanah. Abu sisa pembakaran semak-semak belukar dan pepohonanpun ditebar keseluruh permukaan tanah yang sudah diolah. Para transmigran percaya bahwa abu sisa pembakaran pohon dan semak belukar tersebut nantinya dapat menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman untuk meningkatkan pH tanah sehingga memperbaiki media tanaman. Kemudian tanah gambut yang sudah dicangkul dan ditebari abu sisa pembakaran didiamkan selama satu hari. 31 Pemerintah menerapkan Sistem usahatani dilahan gambut yang sudah diolah tersebut oleh masyarakat trasnmigrasi. Sistem usahatani tersebut berupa sistem usahatani berbasis tanaman pangan yaitu tanaman padi. Sistem usahatani berbasis 31 Wawancara Paimin. Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir, 4 Mei 2015. 41 tanaman pangan ditujukan untuk menjamin keamanan pangan para transmigran. Selain itu pemerintah membagi lahan gambut yang sudah diolah secara merata kepada para transmigran yang ada di Desa Suak Temenggung dengan luas lahan gambut sekitar 2-3 ha perkepala keluarga transmigran. Pemerintah juga mengeluarkan surat izin kepemilikan tanah gambut yang telah diolah oleh para transmigran, dengan ketentuan syarat bahwa para transmigran harus mengolah lahan gambut tersebut dengan sistem usahatani yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Rokan Hilir berupa tanaman pangan yaitu tanaman padi. Tetapi bibit padi sendiri tidak disediakan oleh pemerintah melainkan merek harus membeli sendiri diluar daerah. Para transmigran dan pemerintah Kabupaten Rokan Hilir kemudian bersama- sama memberikan batas-batas tersendiri antara sesama pemilik lahan gambut satu dengan yang lain, hal ini agar nantinya tidak terjadi kesalah pahaman antar sesama transmigran. Untuk menanam tanaman pangan seperti padi dilahan gambut tidaklah hal yang mudah bagi para transmigran. Setelah tanah ditaburi abu sisa pembakaran, para transmigran membentuk tanah gambut menjadi petak layaknya petakan lahan sawah, selain itu juga para transmigran harus membuat drainase dan irigasi yang seimbang dalam petakan sawah tersebut. Budidaya tanaman pangan yaitu pertanian padi di lahan gambut harus menerapkan teknologi pengelolaan air, yang disesuaikan dengan karakteristik gambut dan jenis tanaman. Pembuatan saluran drainase mikro sedalam 10 - 50 cm diperlukan untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman pangan pada lahan gambut. Tanaman padi 42 pada lahan gambut hanya memerlukan parit sedalam 10-30 cm. Fungsi drainase adalah untuk membuang kelebihan air, menciptakan keadaan tidak jenuh untuk pernapasan akar tanaman, dan mencuci sebagian asam-asam organik. Semakin pendek intervaljarak antar parit drainase maka hasil tanaman semakin tinggi. Selain itu, pembuatan saluran drainase sangat penting untuk mendistribusikan air agar merata dan mencuci senyawa-senyawa beracun nantinya serta mengantisipasi ketika pada saat lahan kelebihan air saluran drainase dapat menetralisir air dalam petakan sawah. Sedangkan irigasi dibuat oleh para transmigran untuk tetap mengairi sawah. Pembuatan saluran drainase dan irigasi juga tetap dikerjakan bersama-sama dan saling membantu antar sesama para transmigran, hal ini juga sudah di musyawarahkan sebelumnya oleh anggota kelompok tani. Penyemaian bibit padipun dilakukan setelah selesainya pembuatan drainase dan irigasi disekeliling petakan sawah. Bibit padi diperoleh dari bibit yang sudah ada sebelumnya yang dibagikan oleh pemerintah ketika mengolah dan memanfaatkan lahan seluas 2 ha. Selain bibit padi sebelumnya, para transmigran juga memperoleh bibit padi jenis IR unggul dengan cara membeli diluar daerah seperti padang. Pembelian bibit padi dengan menggunakan uang hasil panen padi sebelumnya dilahan seluas 2 ha yang mereka kelolah. Hasil panen padi sebagian mereka jual kepusat kota Bagansiapiapi dan sisanya mereka simpan untuk memenuhi kebutahan hidup sehari-hari. Selain itu dilahan seluas 2 ha tersebut tidak hanya padi yang mereka tanam, tetapi juga tanaman lain seperti singkong dan juga pisang yang hasilnya juga nanti akan dijual kepusat kota Bagansiapiapi. 43 Bibit padi disemai selama dua puluh lima hari agar dapat ditanam dilahan gambut yang sudah diolah oleh para transmigran. Penanaman budidaya tanamanan pangan yaitu padi dilakukan oleh para transmigran pada tahun 1982. Padi yang berumur dua puluh lima hari kemudian ditanam dilahan gambut yang sudah diolah secara merata oleh para transmigran. Proses penanaman padi oleh para transmigran di lahan gambut yang sudah diolah dimulai dari nyangkul mencangkul, ndaud mencabut benih, tandur tanam mundur menanam padi, matun mencambuti rumput-rumput yang tumbuh disekitar padi, kemudian panen yang semuanya mereka lakukan sendiri dan tahap terakhir menumbuk padi. Untuk menunggu padi dapat dipanen atau menghasilkan, para transmigran memiliki strategi tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka ditempat yang baru. Para transmigran memenuhi kebutuhan hidup tidak hanya bergantung pada lahan seluas 2 ha yang diberikan pemerintah sebelumnya untuk ditanami pertanian padi, tetapi mereka juga mencari kerja sampingan dipusat kota Bagansiapiapi. Kerja sampingan yang dilakukan antara lain, mereka menjadi buruh bangunan dipusat kota Bagansiapiapi, selain menjadi buruh bangunan, para transmigran juga menjadi buruh nelayan kepada touke-touke ikan yang ada di Bagansiapiapi. Para transmigran bekerja dari pagi hari dimulai pukul 08.00-03.00 sore. Tidak hanya itu, para transmigran juga masih memiliki simpanan padi sebelumnya dari hasil panenan yang mereka simpan dilahan seluas 2 ha yang diberikan pemerintah pada saat program transmigrasi untuk memenuhi kebutuhan hidup. 44 Strategi lain yang dilakukan oleh para transmigran untuk memenuhi kebutuhan hidup sebelum padi menghasilkan adalah dengan cara memancing, menjala dan juga memasang bubu kayu dilahan gambut. Bubu kayu mereka buat sendiri dengan bermodalkan kayu-kayu kecil yang mereka rangkai, mereka ikat dengan tali dan kemudian diberi rongga masuk untuk ikan. Kemudian bubu kayu ini mereka diamkan didalam lahan gambut hingga beberapa hari agar ketika diangkat ikan sudah terdapat didalamnya. Lahan gambut kaya sekali akan hasil ikannya terutama ikan sepat, gabus dan juga bulan-bulan. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para transmigran, setelah pulang kerja dari pusat kota Bagansiapiapi mereka kemudian mencari kesibukan untuk memancing. Tidak hanya laki-laki sebagai kepala keluarga yang bekerja tetapi ibu-ibu rumah tangga juga turut membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan cara memancing dilahan gambut. Hasil ikan dari memancing, menjala dan tangkapan bubu kayu kemudian mereka jual ke pusat kota Bagansiapiapi dan sisanya mereka konsumsi untuk kebuthan sehari hari. Tujuan strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh para transmigran ini adalah untuk menunggu padi yang ditanam dilahan gambut yang sudah diolah dapat menghasilkan atau dapat dipanen. Padi yang ditanam oleh para transmigran dilahan gambut yang sudah diolah adalah jenis padi IR unggul, padi jenis IR ini padi unggul yang masa panennya ± 7-8 Bulan. Jangka waktu 8 Bulan padi jenis IR di Desa Suak Temenggung sudah dapat dipanen dan hasilnya memuaskan. Panen padi dilakukan dengan menggunakan alat yaitu ani-ani atau juga arit dengan memotong bagian bawah batang pohon secara hati- 45 hati. Panen padi ini dilakukan bergotong royong dan saling membantu sesama warga. Padi yang selesai di potong kemudian digiling ketempat penggilingan padi yang ada di Desa Rimbo Melintang, mengingat di Desa Suak Temenggung sendiri pada saat itu belum ada kilang padi. Padi yang sudah digiling kemudian di jual ke kota Bagansiapiapi dari kota Bagansiapiapi kemudian padi diekspor keluar daerah seperti Medan, Siantar dan juga Rantau Perapat. Hasil panen padi di Desa Suak Temenggung pada awalnya memuaskan. Hal ini hanya terjadi selama empat tahun berturut-turut yaitu tahun 1983, 1984,1985,1986. Empat tahun terakhir hasil panen padi mulai mengalami penurunan secara drastis. Penurunan hasil panen padi dibawah 1000 ton terjadi pada tahun 1987, 1988,1989, 1990. Dimana panen padi pada saat itu hasilnya tidak memuaskan. Pada tiga tahun terakhir hasil panen padi semangkin lebih menurun. Penurunan hasil panen padi di Desa Suak Temenggung disebabkan karena adanya beberapa faktor diantaranya hama dan iklim. 46 Tabel 3 Berikut tabel hasil panen padi di Desa Suak Temenggung selama periode 1983-1990. Tahun Jumlah Ton 1983 2520 1984 2100 1985 1680 1986 1260 1987 840 1988 620 1989 600 1990 480 Sumber: Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2000. Walaupun hasilnya panen padi empat tahun berturut memuaskan tetapi tetap tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan hidup para transmigran pada saat itu. Para transmigran hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan saja selebihnya para transmigran juga tetap mencari pekerjaan sampingan di kota Bagansiapiapi seperti menjadi buruh bangunan, buruh nelayan, memancing dan lainnya. Hal ini tetap dilakukan untuk mencari tambahan sampingan memenuhi kebutuhan hidup dan untuk tetap bisa melanjutkan anak-anak mereka agar dapat bersekolah walaupun hanya satu dan dua orang saja yang dapat bersekolah. Anak-anak para transmigran mengenyam 47 pendidikan hanya sebatas sekolah dasar bagi yang sedikit mampu. Tetapi kebanyakan anak-anak para transmigran di Desa Suak Temenggung pada saat adanya pertanian padi tetap tidak mampu sepenuhnya bersekolah. Penurunan hasil panen padi akibat adanya perusakan tanaman padi oleh berbagai hama yang menyerang tanaman padi di lahan gambut. Wereng adalah jenis hama padi yang tidak bisa dihindarkan salah satunya, wereng merusak tanaman padi dengan menempel di sela-sela daun padi dan juga batang-batang padi, sehingga hal ini menyebabkan padi menjadi kurus dan tanaman padi menjadi rusak. Selain wereng, para transmigran diresahkan juga dengan munculnya tikus-tikus tanah dan keong mas yang juga sangat merusak tanaman padi. Pada malam hari, tikus-tikus tanah mulai memakan akar-akar tanaman padi sehingga padi yang ada dilahan gambut banyak yang rusak. Sedangkan pada pagi dan siang hari keong mas, orong-orong juga merusak tamanan padi dengan menempel dibagian bawah dan atas batang-batang tanaman padi sehingga hal ini menyebabkan banyak tanaman padi banyak yang rusak dan juga mati. Iklim dilahan gambut juga sangat mempengaruhi pertanian padi, ketika musim kemarau panjang, lahan gambut akan menjadi kering dan tanahnya menjadi pecah-pecah hal ini tentu saja membuat tanaman padi menjadi kekeringan dan lama kelamaan tanaman padi akan mati. Sedangkan pada musim penghujan, tentu saja hal ini juga menjadi tantangan yang sangat berat bagi masyarakat Desa Suak Temenggung. Ketika musim penghujan sifat lahan gambut akan tergenang oleh air, hal ini tentu saja sangat merugikan masyarakat dimana ketika musim penghujan lahan pertanian padi mereka tentu saja akan tenggelam digenang oleh guyuran air hujan. 48 Akibat dari musim penghujan inilah para transmigran tentunya akan menghasilkan hasil padi yang sedikit dan juga sebagian para transmigran menjadi gagal penen. Faktor-faktor inilah yang kemudian menurunkan hasil panen padi di Desa Suak Temenggung setiap tahunnya. Para transmigran dan kelompok tani bermusyawarah untuk sepakat mengganti tanaman pangan yaitu padi dengan tanaman perkebunan tahunan yaitu kelapa sawit rakyat. Informasi mengenai kelapa sawit diperoleh dari desa Telok Bano II yaitu tepatnya sebelah barat dari batas Desa Suak Temenggung sendiri. Desa Telok Bano II telah lebih dahulu mengganti tanaman pangan yaitu padi menjadi tanaman tahunan yaitu kelapa sawit rakyat. Dilihat kelapa sawit hasilnya lebih memuaskan dan juga menjanjikan maka pada tahun 1991 para transmigran mengubah tanaman pangan yaitu pertanian padi menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat. Penggantian tanaman pangan menjadi tanaman perkebunan tahunan, pada awalnya mendapat tantangan dari pihak pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir ingin bahwa para transmigran tetap melanjutkan tanaman pangan yaitu tanaman pertanian padi. Hal ini mendapat reaksi yang keras dari para transmigran, sebab jika hanya mengandalkan tanaman pangan saja kelangsungan hidup para transmigran akan terancam dan anak-anak para transmigran tidak semuanya dapat bersekolah. Mengingat kondisi lahan gambut yang harus sesuai oleh iklim dan juga berbagai ancaman hama bagi tanaman pangan yang terus menerus tidak dapat dibasmi membuat para transmigran jera dan enggan untuk melanjutkan tanaman pertanian padi. Sedangkan pertanian padipun tidak mampu sepenuhnya memenuhi kehidupan 49 para transmigran. Akibat adanya reaksi yang keras dari para transmigran, akhirnya pemerintah Kabupaten Rokan Hilir tidak dapat lagi berbuat apa-apa dan membebaskan masyarakat transmigran yang ada di Desa Suak Temenggung mengganti tanaman pangan menjadi tanaman perkebunan tahunan yaitu kelapa sawit rakyat. 32 Istilah perkebunan sudah lama dikenal sejak pemerintahan kolonoal Belanda. Karena perkebunan merupakan komoditi pertama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi masyarakat. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang menjadi primodana dunia. Dalam dua dekade bisnis sawit tumbuh diatas 10 per tahun, jauh meninggalkan komoditas perkebunan lainnya yang tumbuh dibawah 5.

3.4 Penanaman Kelapa Sawit