Keadaan Sosial Kehidupan Masyarakat Transmigran Di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000

60 BAB IV DAMPAK PROGRAM TRANSMIGRASI TERHADAP MASYARAKAT TRANSMIGRAN DI DESA SUAK TEMENGGUNG TAHUN 1981-2000

4.1 Keadaan Sosial

Program transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat di Kecamatan Pakaitan, Kabupaten rokan Hilir, Provinsi Riau, telah membawa dampak perubahan sosial, ekonomi dan budaya dari masyarakat transmigran itu sendiri. Dari segi sosial telah terjadi perubahan-perubahan yang nyata di Desa Suak Temenggung, program transmigrasi yang diprogramkan oleh pemerintah, secara tidak langsung telah mempertemukan dua kelompok masyarakat yaitu suku Melayu dan suku Jawa sebagai pendatang yang berbeda latar belakang baik secara kebudayaan, suku, ras dan bahkan agama. Pertemuan tersebut tentu akan mempengaruhi hubungan sosial dan menciptakan tatanan sosial baru. Hal tersebut di akibatkan adanya interaksi sosial yang terjadi, sehingga keduanya saling mempengaruhi. Bentuk dan pola interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat transmigran dengan penduduk lokal di Desa Suak Temenggung adalah salah satu proses sosial untuk mencapai keharmonisan sosial. Pertama adalah terjadinya interaksi dalam bidang keagamaan. Interaksi sosial dalam bidang agama yang dilakukan adalah pengajian yang dilaksanakan di masjid Al-AMIN di Desa Suak Temenggung, dimana yang mengikuti aktifitas mengaji tidak hanya dari masyarakat transmigran akan tetapi juga diikuti oleh beberapa dari masyarakat penduduk lokal yaitu suku Melayu yang masih tinggal disekitar sungai 61 rokan dan pedalaman hutan gambut. Selain adanya interaksi sosial antara suku Jawa dan suku Melayu, terlihat pula adanya budaya yang dibawa oleh para transmigran dari Jawa, budaya tersebut yaitu kesenian kuda kepang jaran kepang atau lebih dikenal dengan sebutan jarkep. 38 38 Dinamakan kuda kepang karena kuda ini terbuat dari kepang. Kepang ialah anyaman yang dibuat dari rautan bambu yang halus. Pada umumnya kepang ini dipergunakan sebagai dinding rumah, atap dan sebagainya. Lihat Hartono, Reyog Ponorogo, Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980, hlm. 69. Pada awalnya kesenian kuda kepang yang dibawa oleh para transmigran ke Desa Suak Temenggung jarang di pertunjukan atau dikatakan pasif, sebab pada awal kedatangan mereka, para transmigran sendiri disibukkan dengan pengolahan hutan gambut dan tidak ada waktu untuk mereka mempertunjukan kesenian kuda kepang. Setelah kehidupan para transmigran lebih baik dari hasil perkebunan kelapa sawit hal inilah yang kemudian membuat para transmigran menghidupkan kembali kesenian kuda kepang yang telah lama pasif. Kesenian kuda kepang sendiri ternyata menjadi sebuah hiburan baik dikalangan masyarakat pendatang yaitu suku Jawa maupun masyarakat lokal yaitu suku Melayu. Pertunjukan kuda kepang di Desa Suak Temenggung ini dilakukan ketika adanya hari-hari besar bersejarah seperti hari Kemerdekaan Republik Indonesia selain itu juga kesenian kuda kepang di pertunjukan pada saat khitanan, penabalan dan juga pernikahan. Terlihat pula adanya kelompok perwiritan antara masyarakat pendatang yaitu suku Jawa baik perwiritan laki-laki maupun juga perwiritan golongan ibu-ibu rumah tangga. Para transmigran di Desa Suak Temenggung rutin mengadakan gotong 62 royong untuk pembersihan kampung yang dilakukan sekali dalam seminggu sesuai panduan dari kelompok tani. Sebelum adanya perkebunan kelapa sawit rakyat, anak-anak para transmigran yanga ada di Desa Suak Temenggung hanya dapat bersekolah hingga tamat SD sekolah dasar dan yang paling tinggi hanyalah tamat SMP sekolah menengah pertama sedangkan mereka bersekolah pada saat itu dipusat kota Bagansiapiapi dengan mengendarai sampan melalui sungai rokan. Hal ini disebabkan pada awalnya rata-rata para transmigran sendiri tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya. Setelah adanya perkebunan kelapa sawit rakyat, maka para transmigran kehidupannya sudah lebih maju. Hasil dari perkebunan kelapa sawit rakyat yang mereka tanam sudah mampu menyekolahkan anak-anak mereka kejenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan sampai kuliah diluar daerah. Tidak lagi tamat SD sekolah dasar atapun hanya tamat SMP sekolah menengah pertama. Hal ini dapat dilihat dalam tabel Monografi Desa Suak Temenggung data kualitas pendidikan setelah adanya perkebunan kelapa sawit rakyat. 63 Tabel. 5 Data Kualitas Menurut Pendidikan di Desa Suak Temenggung No Pendidikan Jumlah 1. Buta Aksara 2. Tidak Tamat SD 3. Tamat SD 50 4. Tamat SMP 65 5. Tamat SMA 70 6. Tamat Akademi DI, D3 6 8. SI 16 9. S2 3 10. S3 Sumber : Monografi Desa Suak Temenggung Tahun 2000. Terlihat bahwa adanya perkembangan dalam bidang pendidikan di Desa Suak Temenggung setelah adanya perkebunan kelapa sawit rakyat. Hasil kelapa sawit telah mampu membawa dampak yang nyata dalam kehidupan sosial terhadap para transmigran yang ada di Desa Suak Temenggung. 64

4.2 Keadaan Ekonomi