Nilai Kepadatan dan Kepadatan Relatif Amfibi

Gambar 4.22 Theloderma leprosum 23 Spesies : Ichthyophis sp Yellow-Banded Caecilian, Sisilia Famili : Ichthyophidae Tanda-tanda khusus Amfibi tidak bertungkai ini sekilas mirip ular karena bentuknya yang panjang, ukuran tubuhnya ± 320 mm Gambar 4.23. Amfibi ini terdiri dari segmen tubuh yang membedakan dengan ular yang mempunyai sisik, badan berbentuk silinder, mulut membulat, jarak antara mata mudah dibedakan, tentakel berukuran kecil dan berada di depan atau di bawah mata. Warna tubuh coklat gelap atau biru gelap, bagian sisi tubuh berwarna kuning terang. Gambar 4.23 Ichthyophis sp.

4.3 Nilai Kepadatan dan Kepadatan Relatif Amfibi

Nilai Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR Amfibi di lokasi penelitian dapat dilihat di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Nilai Kepadatan Indha dan Kepadatan Relatif Amfibi No Spesies Lokasi 1 Lokasi 2 K KR K KR 1 Bufo asper 2,78 1,26 5,33 3,19 2 Bufo divergens 6,67 3,03 0,00 0,00 3 Bufo juxtasper 14,45 6,57 13,0 7,78 4 Bufo melanostictus 5,56 2,52 17,67 10,58 5 Leptophryne borbonica 0,00 0,00 0,67 0,39 6 Pelophryne signata 1,11 0,51 0,00 0,00 7 Limnonectes blythii 13,34 6,06 18,67 11,18 8 Limnonectes kuhlii 25,56 11,62 5,67 3,39 9 Megophrys nasuta 2,78 1,26 0,00 0,00 10 Microhyla heymonsi 2,78 1,26 16,67 9,98 11 Microhyla berdmorei 2,78 1,26 0,00 0,00 12 Huia sumatrana 3,89 1,77 0,00 0,00 13 Rana chalconota 16,67 7,58 26,67 15,97 14 Rana debussyi 7,78 3,53 1,33 0,79 15 Rana erithraea 0,00 0,00 16,67 9,98 16 Rana glandulosa 1,11 0,51 0,00 0,00 17 Rana hosii 7,23 3,28 19,33 11,58 18 Nyctixalus pictus 30,56 13,89 0,00 0,00 19 Polypedates leucomystax 36,11 16,41 25,0 14,97 20 Rhacophorus cyanopuntatus 0,00 0,00 0,33 0,19 21 Rhacophorus dulitensis 16,67 7,58 0,00 0,00 22 Theloderma leprosum 19,45 8,84 0,00 0,00 23 Ichthyophis sp 2,78 1,26 0,00 0,00 Jumlah 220,01 100 167 100 Jumlah jenis 20 13 Keterangan : Lokasi 1 di TWA CA Sibolangit dan lokasi 2 di Desa Sembahe. Dari hasil penelitian didapatkan nilai Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR amfibi di TWACA Sibolangit dan Desa Sembahe pada setiap jenis cukup bervariasi. Secara umum kepadatan di TWACA Sibolangit mempunyai nilai K lebih tinggi dibanding Desa Sembahe yang mana perbandingan kepadatannya adalah 220,01 : 117,33 individu amfibi per ha. Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa secara keseluruhan nilai kepadatan dan jumlah jenis amfibi lebih banyak didapatkan di hutan TWACA Sibolangit 220,01 indha dan terdiri dari 20 spesies daripada di Desa Sembahe 167 indha dan terdiri dari 13 spesies. Banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis amfibi didapatkan pada hutan TWACA Sibolangit disebabkan kondisi lingkungan di daerah ini tergolong baik dan dapat mendukung kehidupannya, seperti kelembaban udara yang tinggi, yaitu berkisar antara 85– 95 , dan suhu udara, air dan tanah berkisar antara 15–22 º C, serta banyaknya ketersediaan sumberdaya makanan. Universitas Sumatera Utara Nilai Kepadatan spesies yang paling banyak ditemuka n di TWACA Sibolangit yaitu dari spesies Polypedates leucomystax sebanyak 36,11 indha, sedangkan spesies paling sedikit didapatkan adalah Pelophryne signata 1,11 indha dan Rana glandulosa 1,11 indha. Tingginya kepadatan Polypedates leucomystax di TWACA Sibolangit disebabkan kondisi lingkungan di daerah ini sangat mendukung untuk kehidupan dan pekembangbiakannya. Banyaknya spesies Polypedates leucomystax pada saat penelitian disebabkan oleh sifat hidup spesies ini dapat hidup dekat dengan pemukiman manusia. Lokasi penelitian ini sangat mendukung reproduksinya seperti umumnya genangan air untuk melakukan aktivitas hidup dan berbiak. Di TWACA Sibolangit digolongkan memiliki genangan air yang sering dijadikan tempat berbiak karena umumnya di samping genangan tersebut memiliki tumbuhan yang dijadikan sebagai media meletakkan busa telur. Dari hasil pengamatan lapangan waktu penelitian terlihat bahwa spesies tersebut sedang berdekapan yang di sekitar genangan air menandakan katak tersebut sedang berbiak, dan kemudian mengeluarkan busa sebagai media bertelur yang umumnya diletakkan di helaian daun tumbuhan yang tergantung di samping genangan air. Keadaan ini sesuai dengan yang dinyatakan Mistar 2003 bahwa spesies Polypedates leucomystax selalu mendatangi kolam-kolam yang tergenang yang di sampingnya ditemukan daun pohon-pohon sebagai tempat meletakkan telur dan umumnya tidak jauh dari kawasan berhutan, dan saat bereproduksi mengeluarkan busa sebagai media bertelur yang umumnya digantungkan di helaian daun tumbuhan di samping genangan air tersebut. Spesies yang paling sedikit dijumpai di TWACA Sibolangit adalah Pelophryne signata dan Megophrys nasuta. Pelophryne signata ditemukan hanya 1 individu di pinggir aliran anak sungai di lantai hutan. Spesies ini sedikit karena hutan TWACA Sibolangit tergolong hutan sekunder dan memiliki luasan hutan yang tidak banyak. Langkanya penemuan spesies ini dijelaskan Mistar 2003, bahwa Pelophryne signata adalah spesies katak yang jarang dijumpai dan umumnya dapat ditemukan di hutan-hutan lebat seperti di Kawasan Ekosistem Leuser. Selanjutnya, Megophrys nasuta jarang ditemukan di lokasi penelitian. Pada saat penelitian di lapangan, spesies ini menyaru di serasah daun di bawah hutan TWACA Sibolangit sehingga sulit ditemukan walaupun suaranya sering terdengar. Sulitnya mendapatkan spesies ini dijelaskan Iskandar 1998, bahwa Megophrys nasuta merupakan katak yang dapat dijumpai di hutan dan diam tanpa bergerak dan menyaru Universitas Sumatera Utara secara sempurna di antara serasah dedaunan serta tidak akan bergerak jika tidak mendapat sentuhan. Nilai Kepadatan yang paling banyak ditemukan di Desa Sembahe yaitu dari spesies Rana chalconota 26,67 indha, sedangkan spesies yang paling sedikit didapatkan adalah Rhacophorus cyanopuntatus 0,33 indha. Tingginya Rana chalconota disebabkan spesies ini dijumpai pada berbagai jenis habitat seperti di kolam, di rerumputan, herba di bawah hutan dan di genangan-genangan air berarus lambat. Di Desa Sembahe, sangat banyak dijumpai di genangan air di pinggir aliran sungai. Hal ini sangat sesuai dengan Mistar 2008, menjelaskan bahwa spesies ini hidup dalam hutan primer hingga ke hutan sekunder dan sering didapatkan di sekitar pemukiman dan biasanya bersuara di semak atau pohon kecil, dan sering dijumpai di kolam- kolam tepi sungai atau genangan air. Sedangkan sedikitnya perjumpaan dengan spesies Rhacophorus cyanopuntatus dikarenakan spesies katak ini masuk dalam kategori katak pohon. Katak pohon selalu hidup di sekitar hutan sedangkan di Desa Sembahe tergolong tidak memiliki hutan yang baik. Mistar 2008, menambahkan bahwa spesies ini biasanya teramati di pinggiran aliran sungai-sungai di daerah pegunungan. Spesies Nyctixalus pictus merupakan spesies katak pohon yang memiliki nilai kepadatan yang tergolong tinggi di TWACA Sibolangit sedangkan di Desa Sembahe tidak ditemukan sama sekali. Spesies katak ini dijumpai di TWACA Sibolangit sedang berkumpul untuk melakukan aktivitas reproduksi di pinggir genangan air bersama jenis katak pohon lain yakni Rhacophorus dulitensis dan Theloderma leprosum. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan Di TWACA Sibolangit mendukung kehidupan dan perkembangbiakan spesies-spesies tersebut di mana TWACA Sibolangit memiliki hutan yang bertajuk rapat sedangkan Desa Sembahe hanya memiliki sedikit tumpukan hutan sekunder yang terpisah-pisah. Selain itu lingkungan hutan yang cocok dijadikan sebagai lokasi berbiak di genangan air permanen di dalam hutan TWACA Sibolangit. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Mistar 2008, bahwa katak pohon selalu hidup di dalam hutan dan semakin baik kualitas hutan memungkinkan semakin banyak spesies katak pohon yang menempatinya. Kemudian Iskandar 1998, menjelaskan bahwa katak pohon berkembang biak pada genangan air yang ada di atas tanah maupun genangan air pada celah-celah pohon. Universitas Sumatera Utara Spesies yang cukup banyak dijumpai di Desa Sembahe namun tidak dijumpai di TWACA Sibolangit yakni Rana erithraea. Spesies ini dijumpai pada kolam seperti kolam ikan atau pada genangan lainnya di Desa Sembahe. Spesies ini sering dijumpai di pinggir kolam maupun bertengger di daun tumbuhan di samping kolam. Hal ini sesuai dengan penjelasan Mistar 2003, bahwa Rana erithraea sering dijumpai pada genangan danau, telaga, dan sungai besar beraliran tenang, sawah-sawah hingga ke pemukiman. Spesies yang jumlahnya sedikit di TWACA Sibolangit dan tidak didapatkan di Desa Sembahe yakni Pelophryne signata. Spesies ini ditemukan hanya 1 individu di pinggir aliran anak sungai di lantai hutan. Spesies ini sedikit karena hutan TWACA Sibolangit tergolong hutan sekunder dan memiliki hutan yang tergolong tidak memiliki lahan yang luas. Langkanya penemuan spesies ini dijelaskan Mistar 2003, bahwa Pelophryne signata adalah spesies katak yang jarang dijumpai dan umumnya dapat ditemuka n di hutan-hutan lebat seperti di Kawasan Ekosistem Leuser. Spesies yang sedikit dijumpai di TWACA Sibolangit dan tidak ditemukan di Desa Sembahe berikutnya adalah Megophrys nasuta. Pada saat penelitian di lapangan, spesies ini menyaru di serasah daun di bawah hutan TWACA Sibolangit sehingga sulit ditemukan walaupun suaranya sering terdengar. Sulitnya mendapatkan spesies ini dijelaskan Iskandar 1998, bahwa Megophrys nasuta merupakan katak yang dapat dijumpai di hutan dan diam tanpa bergerak dan menyaru secara sempurna di antara serasah dedaunan serta tidak akan bergerak jika tidak mendapat sentuhan. Ichthyophis sp adalah satu-satunya spesies dari ordo Gymnophiona yang ditemukan di TWACA Sibolangit namun tidak dijumpai di Desa Sembahe. Pada saat penelitian spesies ini didapatkan di pinggir hutan dalam kondisi mati dan diduga terbawa arus air hujan ke pinggir hutan. Ichthyophis sp diketahui sulit dijumpai pada saat penelitian karena spesies ini berbeda habitat dengan spesies amfibi pada umumnya. Mistar 2003, menjelaskan bahwa Ichthyophis sp sangat susah ditemukan karena hidup di bawah tanah, di bawah kayu lapuk dan di sungai-sungai jernih di bawah hutan, serta akan keluar dari sarangnya jika ada banjir. Hal serupa diterangkan Iskandar 1998, bahwa spesies tersebut umumnya ditemukan jika hujan lebat membanjiri lubang-lubang tempat tinggalnya. Universitas Sumatera Utara 4.4 Frekuensi Kehadiran Konstansi Amfibi Konstansi atau frekuensi kehadiran FK di TWACA Sibolangit dan Desa Sembahe terdiri atas dua kategori, yaitu aksidental dan assesori. Di lokasi 1 didapatkan hanya Limnonectes kuhlii yang termasuk assesori FK = 25,64 sementara 19 spesies yang lainnya dikategorikan aksidental nilai FK 25 . Sedangkan di lokasi 2 didapatkan 2 spesies assesori yakni Bufo juxtasper FK = 33,33 dan Rana hosii FK = 33,33 sementara 12 spesies lainnya tergolong aksidental seperti Tabel 4.4. Tabel 4.4 Frekuensi Kehadiran FK dan Konstansi Amfibi No Spesies Lokasi 1 Lokasi 2 FK KO FK KO 1 Bufo asper 1,28 aksidental 15,38 aksidental 2 Bufo divergens 2,56 aksidental 0,00 - 3 Bufo juxtasper 12,82 aksidental 33,33 assesori 4 Bufo melanostictus 2,56 aksidental 11,53 aksidental 5 Leptophryne borbonica 0,00 - 2,56 aksidental 6 Pelophryne signata 1,28 aksidental 0,00 - 7 Limnonectes blythii 11,54 aksidental 11,53 aksidental 8 Limnonectes kuhlii 25,64 assesori 12,82 aksidental 9 Megophrys nasuta 1,28 aksidental 0,00 - 10 Microhyla heymonsi 1,28 aksidental 3,84 aksidental 11 Microhyla berdmorei 1,28 aksidental 0,00 - 12 Huia sumatrana 2,56 aksidental 0,00 - 13 Rana chalconota 12,82 aksidental 8,97 aksidental 14 Rana debussyi 7,69 aksidental 1,28 aksidental 15 Rana erithraea 0,00 - 3,85 - 16 Rana glandulosa 1,28 aksidental 0,00 aksidental 17 Rana hosii 5,13 aksidental 33,33 assesori 18 Nyctixalus pictus 3,85 aksidental 0,00 - 19 Polypedates leucomystax 3,85 aksidental 7,69 aksidental 20 Rhacophorus cyanopuntatus 0,00 - 1,28 aksidental 21 Rhacophorus dulitensis 1,28 aksidental 0,00 - 22 Theloderma leprosum 1,28 aksidental 0,00 - 23 Ichthyophis sp 1,28 aksidental 0,00 - Keterangan : Lokasi 1 di TWA CA Sibolangit dan lokasi 2 di Desa Sembahe. Sedikitnya jumlah jenis yang mendominasi di kedua lokasi ini disebabkan kedua lokasi tergolong tidak mendukung kehidupan beberapa spesies tertentu di mana hutan TWACA Sibolangit dan Desa Sembahe merupakan tempat wisata yang ramai dikunjungi para pengunjung wisata yang memungkinkan perubahan faktor fisik lingkungan yang mengganggu keberadaan amfibi di kedua lokasi. Inger Stuebing 1997 kelembaban udara yang tinggi, yaitu berkisar antara 85–95 , dan suhu udara, air dan tanah berkisar antara 15–22 C, serta banyaknya ketersediaan sumberdaya makanan, amfibi akan tersebar luas dan sering ditemukan di sekitar areal Universitas Sumatera Utara tersebut. Selanjutnya hanya beberapa jenis amfibi saja yang dapat hidup pada habitat yang tidak sesuai dengan kehidupannya. Satu-satunya spesies yang tergolong assesori di TWACA Sibolangit adalah Limnonectes kuhlii. Spesies ini cukup banyak ditemukan pada pinggiran anak sungai berarus sedang di TWACA Sibolangit. Limnonectes kuhlii diamati sedang menunggu mangsa di pinggir-pinggir aliran sungai maupun di bawah tumbuhan herba. Hal ini menjelaskan bahwa ketersediaan makanan di TWACA Sibolangit cukup mendukung kehidupan dan reproduksi spesies tersebut. Selain itu, spesies tersebut memiliki persebaran yang luas seperti yang dijelaskan Iskandar 1998 bahwa famili Digroglossidae adalah famili yang memiliki persebaran yang luas, selanjutnya Mistar 2008 menambahkan bahwa Limnonectes kuhlii umum dijumpai di sungai berarus lambat pada hutan sekunder hingga primer. Spesies yang tergolong assesori di Desa Sembahe adalah Bufo juxtasper dan Rana hosii. Kedua spesies ini ditemukan menunggu mangsa di pinggir sungai Sembahe. Hal ini menunjukkan bahwa makanan relatif tersedia di Desa Sembahe sehingga mendukung kehidupan dan reproduksi kedua spesies ini. Selain itu, aliran sungai selalu dijadikan kedua spesies ini sebagai habitat. Mistar 2008 menjelaskan bahwa Bufo juxtasper adalah spesies kodok puru yang selalu terikat dengan aliran sungai. Sedangkan Rana hosii, Iskandar 1998, menjelaskan bahwa spesies tersebut merupakan spesies umum yang dijumpai pada aliran sungai dengan banyak variasi warna khususnya aliran sungai berarus deras.

4.5 Amfibi yang Memiliki Nilai KR 10 dan FK 25