Komposisi Komunitas Jenis-jenis Amfibi

c. Frekuensi Kehadiran FK

Jml. plot sampel yang ditempati suatu jenis = X 100 Jml. total unit sampel Di mana jika nilai FK : 0-25 = frekuensi kehadirannya tergolong sangat jarang aksidental, 25-50 = frekuensi kehadirannya tergolong jarang assesori, 50-75 = frekuensi kehadirannya tergolong sering konstan, 75 = frekuensi kehadirannya tergolong sangat sering absolut. Sedangkan untuk mengetahui bahwa suatu habitat dapat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan dan kehidupan suatu organisme, dapat ditentukan dari jenis amfibi yang memiliki nilai KR dari 10 dan FK 25 .

d. Komposisi Komunitas

Komposisi komunitas didapatkan dengan pengurutan nilai kepadatan relatif KR tertinggi ke kepadatan relatif terendah. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-jenis Amfibi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Jenis dan Komposisi Komunitas Amfibi di Taman Wisata AlamCagar Alam Sibolangit dan Desa Sembahe Kecamatan Sibolangit Sumatera Utara didapatkan 2 ordo, 7 famili, 13 genus dan 23 spesies seperti terlihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Jenis-jenis Amfibi di Taman Wisata AlamCagar Alam Sibolangit dan Desa Sembahe. OrdoFamili Genus Spesies Nama Daerah Lokasi 1 2 Anura 1. Bufonidae 1. Bufo 1. Bufo asper Kodok Puru Sungai + + 2. Bufo divergens Kodok Peters + - 3. Bufo juxtasper Kodok Puru Besar + + 4. Bufo melanostictus Kodok Puru Asia + + 2. Leptophryne 5. Leptophryne borbonica Kodok Jam Pasir - + 3. Pelophryne 6. Pelophryne signata Kodok Puru Kecil Dataran Rendah + - 2. Digroclossidae 4. Limnonectes 7. Limnonectes blythii Katak Panggul + + 8. Limnonectes kuhlii Bangkong Tuli + + 3. Megophryidae 5. Megophrys 9. Megophrys nasuta Katak Bertanduk + - 4. Microhylidae 6. Microhyla 10. Microhyla heymonsi Percil Bintik Hitam + - 11. Microhyla berdmorei Percil Berdmore’s + + 5. Ranidae 7. Huia 12. Huia sumatrana Kongkang Jeram Sumatera + - 8. Rana 13. Rana chalconota Kongkang Kolam + + 14. Rana debussyi Kongkang Siberut + + 15. Rana erithraea Kongkang Gading - + 16. Rana glandulosa Kongkang Kulit Kasar + - 17. Rana hosii Kongkang Racun + + 6. Rhacophoridae 9. Nyctixalus 18. Nyctixalus pictus Katak Pohon Kecil Bertotol + - 10.Polypedates 19. Polypedates leucomystax Katak Pohon Bergaris + + 11.Rhacophorus 20. Rhacophorus cyanopuntatus Katak Pohon - + 21. Rhacophorus dulitensis Katak Pohon Lumut + - 12.Theloderma 22. Theloderma leprosum Katak Pohon + - Gymnophiona 7. Ichthyophiidae 13.Icthyophis 23. Ichthyophis sp Sesilia + - Jumlah Jenis 20 13 Keterangan : Lokasi 1 di TWACA Sibolangit dan lokasi 2 di Desa Sembahe, + ditemukan, - tidak ditemukan. Jenis-jenis amfibi yang didapatkan terdiri atas ordo Anura dan ordo Gymnophiona. Jumlah famili, genus dan spesies yang didapatkan dari ordo Anura yakni 6 famili, 12 genus dan 22 spesies, dan ordo Gymnophiona terdiri atas 1 famili, 1 genus dan 1 spesies. Ordo Anura didapatkan memiliki jumlah spesies yang tinggi jika dibandingkan dengan ordo Gymnophiona yakni 22 berbanding 1 spesies. Hal ini dikarenakan jumlah spesies dari ordo Universitas Sumatera Utara Anura lebih banyak dibanding ordo Gymnophiona. Iskandar 1998, menjelaskan bahwa ordo Anura merupakan ordo amfibi yang terbesar dan sangat beragam, terdiri dari lebih 4.100 spesies katak dan kodok di dunia di mana sekitar 450 jenis tercatat di Indonesia berarti 11 dari seluruh bangsa Anura di dunia. Sedangkan ordo Gymnophiona hanya memiliki 163 spesies di dunia Simon Schuster, 1989. Selanjutnya Iskandar 1998 menjelaskan sedikitnya perjumpaan di lapangan disebabkan ordo Gymnophiona hingga saat ini masih tercatat 13 spesies yang berada di kawasan Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Tabel 4.1 menunjukkan perbedaan jumlah spesies di antara Taman Wisata AlamCagar Alam TWACA Sibolangit dengan Desa Sembahe. Di TWACA Sibolangit diperoleh 20 spesies amfibi dari dua ordo yakni Anura dan Gymnophiona, sedangkan di Desa Sembahe diperoleh 13 spesies dari 1 ordo yakni ordo Anura. Hal ini disebabkan kondisi habitat di TWACA Sibolangit lebih bervariasi seperti keberadaan kanopi pohon, genangan air, serasah, anak sungai dan herba serta terlindungi dari penyinaran matahari langsung sehingga memiliki kelembaban yang lebih tinggi, sedangkan di Desa Sembahe memiliki lokasi variasi habitat yang lebih sedikit dan relatif terbuka. Keadaan ini sesuai dengan penjelasan Iskandar 1998 bahwa amfibi hidup selalu berasosiasi dengan air dan sebagian besarnya hidup di daerah berhutan karena amfibi membutuhkan kelembaban yang tinggi serta amfibi tersebar luas mulai dari dalam tanah hingga di antara kanopi pohon. Banyaknya spesies amfibi didapatkan di TWACA Sibolangit dibanding Desa Sembahe dapat juga dilihat dari nilai faktor fisik dan kimia yang berbeda di kedua lokasi. Di TWACA Sibolangit didapatkan habitat amfibi yang yang lebih cocok seperti terlihat pada Tabel 4.2. Di antara faktor fisik dan kimia yang diukur, kelembaban udara memiliki perbedaan signifikan di mana TWACA Sibolangit didapatkan 95 sedangkan di Desa Sembahe diperoleh 83. Inger Stuebing 1997 menjelaskan bahwa pada kondisi lingkungan yang cocok, seperti kelembaban udara yang tinggi, yaitu berkisar antara 85– 95 dan suhu udara, air dan tanah berkisar antara 15–22 º C, serta banyaknya ketersediaan sumberdaya makanan maka amfibi akan sering ditemukan. Iskandar 1998, menjelaskan amfibi akan berkembang dengan baik pada kondisi pH 4,5–7. Tabel 4.2 Data Faktor Fisik-Kimia Lingkungan di Lokasi Penelitian No. Parameter Lokasi 1 Lokasi 2 1 Suhu lingkungan °C 23,75 25,25 Universitas Sumatera Utara 2 Suhu air °C 22,25 23,25 3 Suhu tanah °C 21,25 21,25 4 Kelembaban udara 95,00 83,00 5 pH tanah 6,20 6,00 6 pH air 6,45 6,00 Keterangan : Lokasi 1 di TWACA Sibolangit dan lokasi 2 di Desa Sembahe Famili yang paling banyak spesies yang ditemukan secara berurutan adalah Bufonidae 6 spesies, Ranidae 6 spesies, Rhacophoridae 5 spesies, Dicroglossidae 2 spesies dan Microhylidae 2 spesies serta yang paling sedikit spesiesnya adalah Megophrydae dan Ichthyophiidae masing-masing 1 jenis. Hal ini disebabkan famili Bufonidae, Ranidae dan Rhacophoridae cocok hidup dan bereproduksi di TWACA Sibolangit dan Desa Sembahe. Di samping itu, famili-famili tersebut diketahui mempunyai persebaran yang luas. Famili Bufonidae dan Ranidae merupakan famili yang didapatkan hampir di seluruh penjuru dunia Ingram, 2006. Amfibi menempati habitat yang beragam mulai dari permukiman penduduk, rawa, hutan sekunder, hutan primer, dari permukaan laut hingga hutan pegunungan sedangkan famili Ranidae katak sejati diketahui memiliki persebaran yang sangat luas dan menempati habitat yang beragam seperti hutan mangrove hingga hutan pegunungan Mistar, 2003. Sulitnya didapatkan famili Megophrydae pada saat pengamatan di lapangan dikarenakan spesies dari famili ini mengandalkan kebiasaan menyaru untuk menghindari pemangsaan sehingga sulit ditemukan pada saat penelitian dan famili Ichthyophiidae merupakan famili yang dianggap langka dan jarang bisa ditemukan karena hidupnya di dalam tanah dan jarang keluar Iskandar, 1998.

4.2 Deskripsi Jenis-jenis Amfibi