BAB 3
BAHAN DAN METODA
3.1 Deskripsi Area
Taman Wisata AlamCagar Alam TWACA Sibolangit merupakan hutan yang terletak di antara Jalan Raya Medan–Berastagi, sekitar 40 km dari Kota Medan dengan waktu tempuh
lebih kurang 1 jam. Sebagai jalur wisata, kondisi jalan sangat mulus sehingga dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan bermotor roda dua dan roda empat.
Secara administratif pemerintahan, Kawasan TWACA Sibolangit ini terletak di Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.
TWA Sibolangit merupakan Taman Wisata Alam yang disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636KptsUm91980 seluas lebih kurang 24,85 ha.
Penelitian dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda pada Kawasan Hutan TWACA Sibolangit. Lokasi I berada pada hutan TWACA Sibolangit yang memiliki anak sungai.
Sedangkan lokasi II dilakukan pada Sungai Sembahe yang sudah ada aktifitas masyarakat sekitar. Pengamatan amfibi dilakukan selama 3 hari masing-masing lokasi. Penelitian
dilakukan pada bulan Februari 2010.
3.2 Bahan dan Metode 3.2.1 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan adalah Kompas, GPS, jangka sorong, tali kambing, tali rafia, headlamp senter kepala, spidol, tupper ware, tisu gulung, jarum suntik, rol,
kamera, termometer, soiltester, higrometer, indikator pH, pulpen, pensil 2B, notebook,. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 dan formalin 10
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode Visual Encounter Survey-Night Stream VES-NS dan metode kuadrat plot. Metode VES-NS digunakan untuk membedakan
kekayaan suatu jenis di suatu area, membuat daftar jenis mengumpulkan komposisi jenis, dan memperkirakan kepadatan relatif jenis Donnelly 1897 dalam Mistar, 2003. Metode
VES-NS merupakan metode pengamatan amfibi dengan menelusuri sungai maupun anak sungai sebagai habitat amfibi. Motode VES-NS sangat baik digunakan dengan asumsi :
a. Setiap individu dari semua jenis mempunyai kesempatan yang sama untuk diamati.
b. Setiap jenis menyukai tempat atau habitat yang sama.
c. Semua individu hanya dihitung satu kali dalam pengamatan.
d. Hasil survei, merupakan hasil pengamatan lebih dari satu orang.
Sedangkan metode kuatrat plot dilakukan sebanyak 6 plot di beberapa tempat yang dianggap sebagai habitat amfibi kemudian dilakukan pencarian intensif di dalam plot
tersebut. Menurut Mistar 2003, metode tersebut cocok untuk mendata jenis-jenis amfibi kriptik dengan kepadatan yang tinggi.
3.2.3 Cara Kerja
Penelitian dilakukan pada lokasi I di sepanjang aliran sungai atau anak sungai yang terdapat di kawasan hutan TWACA Sibolangit sepanjang 500 m dengan membuat plot
sampling berukuran ± 3 m lebar sungai ditambah 1 m kiri kanan sungai x 25 m sebanyak
20 plot sampling. Lokasi II diteliti di aliran sungai Sembahe Desa Sembahe sepanjang 500 m dengan plot sampling ± 10 m lebar sungai 8 m ditambah 1 m kiri dan kanan sungai
sebanyak 20 plot sampling.
Pengamatan di masing-masing lokasi sepanjang aliran sungai TWACA Sibolangit dan Desa Sembahe dilakukan pada waktu malam hari selama ± 4 jam, yaitu mulai pada
Universitas Sumatera Utara
pukul 19.30 WIB sd 23.30 WIB, selama 3 hari berturut-turut sebagai ulangan. Sedangkan kuadrat plot dilakukan setelah metode VES-NS.
Jenis amfibi yang terdapat di dalam plot sampling ditangkap, dikelompokkan jika memungkinkan langsung diidentifikasi di lapangan, dan dihitung jumlah individu masing-
masing jenis yang didapatkan, kemudian jenis amfibi yang masih diragukan jenisnya dimasukkan ke dalam kotak sampel untuk diawetkan dengan larutan formalin 10 ,
kemudian dibawa ke laboratorium Taksonomi Hewan Departemen Biologi FMIPA USU. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku-buku identifikasi panduan lapangan
seperti Inger R.T. Stuebing1997, Iskandar 1998 dan Mistar 2003. Identifikasi berupa pengamatan bentuk morfologi spesimen dengan bantuan mikroskop stereo dan lup. Kemudian
diawetkan dengan memasukkan masing-masing spesimen ke dalam botol selai yang sudah berisi alkohol 70 yang akan disimpan di Laboratorim Taksonomi Hewan serta menjadi aset
laboratorium sebagai acuan identifikasi amfibi bagi peneliti selanjutnya.
Selanjutnya data lingkungan yang diukur adalah kelembaban udara, suhu udara, suhu air, pH air, lebar sungai, ketinggian dan koordinat lokasi.
3.2.4. Analisis Data
Data-data yang didapatkan kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan untuk mendapatkan nilai Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, Frequensi Kehadiran
FK dan komposisi komunitas dengan menggunakan rumus Suin 2002 sebagai berikut :
a. Kepadatan Populasi
Jml. individu suatu jenis =
Jml. unit sampel
b. Kepadatan Relatif KR
Kepadatan suatu jenis =
X 100 Jml. kepadatan semua jenis
Universitas Sumatera Utara
c. Frekuensi Kehadiran FK
Jml. plot sampel yang ditempati suatu jenis =
X 100 Jml. total unit sampel
Di mana jika nilai FK : 0-25
= frekuensi kehadirannya tergolong sangat jarang aksidental, 25-50
= frekuensi kehadirannya tergolong jarang assesori, 50-75
= frekuensi kehadirannya tergolong sering konstan, 75
= frekuensi kehadirannya tergolong sangat sering absolut.
Sedangkan untuk mengetahui bahwa suatu habitat dapat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan dan kehidupan suatu organisme, dapat ditentukan dari
jenis amfibi yang memiliki nilai KR dari 10 dan FK 25 .
d. Komposisi Komunitas