Habitat Ekologi 1 Latar Belakang

Umumnya ordo Anura memiliki selaput webbing walaupun sebagian didapatkan tidak berselaput seperti genus Leptobrachium dan Megophrys. Ada tidaknya selaput sangat sesuai dengan habitat yang ditempatinya. Ordo Anura memiliki warna bervariasi berdasarkan familinya seperti famili Rhacophoridae cenderung berwarna terang sedangkan famili Megophrydae cenderung berwarna gelap sesuai habitatnya di serasah Mistar, 2003. Ordo Gymnophiona sesilia merupakan satu-satunya ordo dari amfibi yang tidak mempunyai tungkai. Sesilia sangat mirip dengan cacing tapi mempunyai mulut dan mata yang jelas, biasanya terdapat garis kuning pada sisi bagian tubuhnya. Kemudian ordo ketiga adalah ordo Caudata salamander mempunyai empat tungkai, mempunyai mata yang jelas dan mulut yang jelas Mistar, 2003.

2.2.3 Pola Makan Amfibi

Semua spesies amfibi dewasa tergolong dalam karnivora Liswanto, 1998. Namun pada fase berudu amfibi umumnya herbivora walaupun ada yang termasuk karnivora bergantung jenisnya. Berudu yang dikenal karnivora adalah genus Occidozyga. Makanan amfibi umumnya adalah arthropoda, cacing, dan larva serangga. Spesies amfibi yang berukuran besar dapat memakan hewan yang vertebrata kecil seperti ikan kecil, bahkan kadal kecil dan ular kecil Iskandar, 1998. Pola makan berudu amfibi diketahui berbagai cara bergantung spesiesnya. Berudu genus Megophrys memiliki mulut segitiga seperti corong yang digunakan sebagai strategi dalam mencari makan di permukaan air. Berbeda dengan berudu spesies Huia sumatrana di mana berudu ini mempunyai mangkok penghisap untuk melekat pada batu ketika mencari makan di sungai berarus deras dan jernih. Diketahui juga berudu yang tidak mengambil makanan dari lingkungan, yakni berudu Kalophrynus sp dan Kaloula sp di mana berudu tersebut mengandalkan kuning telur yang tersedia Mistar, 2003.

2.3 Habitat Ekologi

Universitas Sumatera Utara Amfibi dikenal dengan makhluk dua alam. Amfibi tersebar di semua benua kecuali benua Antartika, umumnya dijumpai pada malam hari atau pada musim penghujan seperti di kolam, aliran sungai, pohon-pohon maupun di gua Simon Schuster’s, 1989. Iskandar 1998 menyatakan bahwa amfibi selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu hidup pada dua alam di air dan di darat. Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan hutan karena di samping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi 75-85 untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Mistar 2003 menjelaskan bahwa sewaktu bereproduksi amfibi membutuhkan air atau tempat untuk meletakkan telur hingga terbentuknya larva dan juvenil. Berdasarkan kebiasaan hidupnya amfibi dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yakni : a. Teresterial, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya berada di lantai hutan, jarang sekali berada pada tepian sungai, memanfaatkan genangan air atau di kolam di lantai hutan serta di antara serasah daun yang tidak berair tetapi mempunyai kelembaban tinggi dan stabil untuk meletakkan telur. Contohnya Megophrys aceras, M. nasuta dan Leptobracium sp. b. Arboreal, spesies-spesies amfibi yang hidup di pohon dan berkembang biak di genangan air pada lubang-lubang pohon di cekungan lubang pohon, kolam, danau, sungai yang sering dikunjungi pada saat berbiak. Beberapa spesies arboreal mengembangkan telur dengan membungkusnya dengan busa untuk menjaga kelembaban, menempel pada daun atau ranting yang di bawahnya terdapat air. Contohnya seperti Rhacophorus sp, Philautus sp dan Pedostibes hosii. c. Aquatik, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya selalu berada pada badan air, sejak telur sampai dewasa, seluruh hidupnya berada pada perairan mulai dari makan sampai berbiak. Contohnya antara lain Occidozyga sumatrana dan Rana siberut. d. Fossorial, spesies yang hidup pada lubang-lubang tanah, spesies ini jarang dijumpai. Amfibi yang termasuk dalam kelompok ini adalah suku Microhylidae yaitu Kaloula sp dan semua jenis sesilia Mistar, 2003. Menurut Iskandar 1998, kelompok amfibi ini hidup tersebar luas di mana amfibi dapat hidup di tempat yang beragam, mulai dari hutan primer sampai tempat yang ekstrim sekali. Walaupun demikian habitat yang paling disukai adalah daerah berhutan karena Universitas Sumatera Utara membutuhkan kelembaban yang stabil, dan ada juga yang tidak pernah meninggalkan perairan sama sekali Mistar, 2003.

2.4 Manfaat dan Peranan Amfibi