Distribusi Tanggapan Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program BLT

istri, hal ini dikarenakan banyak kepala keluarga yang menyalahgunakan dana BLT seperti hanya memberi setengah dari uang BLT yang diterima dan berjudi. Responden meminta pemerintah untuk menaikkan dana BLT kepada masyarakat miskin, karena BLT yang diberikan sejumlah Rp. 300.000bulan tidak dapat mengurangi beban responden untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pendataan kembali orang-orang yang berhak menerima BLT karena banyak masyarakat tidak mampu belum pernah mendapatkan BLT begitu juga dengan warga yang sudah meninggal agar tidak mendapatkan BLT lagi.

5.2.13 Distribusi Tanggapan Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program BLT

Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program BLT NO Kategori Frekuensi Persentase 1 2 Baik Buruk 15 25 37,5 62,5 Jumlah 40 100 Sumber : Hasil Kuesioner Penerima BLT, Desember 2009 Program BLT di Kelurahan Bantan dimulai pada tahun 2007 sampai tahun 2008. Adapun perumusan masalah yang menjadi pokok penelitian adalah bagaimana pelaksanaan Program BLT di Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar. Tabel 36 menunjukkan mayoritas responden yaitu 25 orang yang telah mengikuti Program BLT mengatakan bahwa pelaksanaan BLT di Universitas Sumatera Utara Kelurahan Bantan adalah buruk. Alasannya adalah pada tahun 2008 periode Juni sampai Agustus mereka hanya menerima BLT Rp.200.000,-. Terjadi pemotongan Rp.100.000,- yang tidak tahu sebabnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan BLT dalam penyaluran dana tidak berjalan dengan baik. Responden mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi secara resmi yang dilakukan petugas dalam Program BLT. Informasi adanya BLT mereka peroleh dari masyarakat setempat dan televisi. Pelaksanaan BLT berdasarkan tepat waktu tidak terlaksana dengan baik. Pada saat pembagian BLT, sering terjadi pengunduran jam ataupun hari yang telah ditentukan sebelumnya. Pihak petugas BLT juga tidak memberikan informasi bila terjadi pengunduran jadwal, keadaan ini membuat responden menjadi kesal. Dana BLT sebesar Rp. 300.000bulan tidak efesien untuk mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat miskin, apalagi untuk meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Harga kebutuhan pokok sangatlah tinggi. Sebagai contoh harga beras yang paling murah saja adalah Rp. 6.500kg dan minyak tanah yang begitu langka dengan harga yang tinggi, ditambah lagi kebutuhan pokok seperti lauk pauk, sayur dan lain sebagainya. Pelaksanaan BLT berdasarkan pengaduan masyarakat terhadap pelayanan petugas BLT kurang memuaskan. Alasan responden adalah jika mereka mendapatkan hambatan dalam pengambilan dana BLT atau tidak membawa kartu BLT dan mengeluh mengenai jadwal BLT yang tidak tepat waktu, petugas BLT tidak mau dan tidak jelas memberikan informasi atau alternatif lain agar responden tetap dapat menerima dana BLT. Responden juga pernah mendapatkan Universitas Sumatera Utara perlakuan yang kurang baik dari petugas seperti, mendahulukan responden penerima BLT yang datang belakangan dikarenakan responden tersebut adalah saudara petugas. Pelaksanaan BLT yang berjalan dengan baik di Kelurahan Bantan adalah penyaluran dana BLT tepat sasaran kepada masyarakat miskin sesuai dengan 14 indikator kriteria rumah tangga miskin oleh BPS. Distribusi tanggapan responden berdasarkan tepat sasaran pemberian BLT pada tabel 18 menunjukkan bahwa penerima BLT di Kelurahan Bantan adalah benar-benar orang miskin dan orang tua yang sudah lansia. Mereka juga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan BPS. Tujuan Program BLT adalah membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi Depsos RI, 2008. Berdasarkan jawaban responden dan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, tujuan pemerintah melalui Program BLT untuk membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari tidak tercapai. BLT juga tidak memberi manfaat kepada masyarakat miskin melainkan membuat mereka menjadi malas, karena terus mengharapkan bantuan dari orang lain tanpa harus bekerja keras. Dalam pengambilan dana, tidak jarang terjadi perselisihan antar responden penerima bantuan dan petugas BLT. Masalah kecil kadang dibesar-besarkan, sebagai contoh karena sudah lama mengantri BLT, salah satu warga marah dan warga lainnya ikut-ikutan membuat kerusuhan. Dari keadaan di lapangan menunjukkan bahwa BLT tidak memberikan manfaat apapun kepada masyarakat miskin. Universitas Sumatera Utara Hanya sebahagian kecil dari warga penerima BLT yaitu 15 orang yang mengatakan pelaksanaan BLT berjalan dengan baik. Mereka rata-rata adalah orang tua yang sudah lansia, mereka tidak begitu mengerti dan perduli bagaimana sebenarnya pelaksanaan BLT yang terjadi di Kelurahan Bantan. Dari jawaban responden dan penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pelaksanaan BLT di Kelurahan Bantan tidak berjalan dengan baik. Adapun indikator-indikator dikatakan pelaksanaan BLT di Kelurahan Bantan tidak berjalan dengan baik dapat kita lihat pada distribusi responden tentang sosialisasi, penyaluran dana, tepat waktu, efesiensi dana BLT sejumlah Rp.300.000,-3bulan, pengaduan masyarakat, tujuan dan manfaat BLT. Hanya satu pelaksanaan BLT di Kelurahan Bantan yang berjalan dengan baik yaitu tepat sasaran kepada masyarakat miskin. Data-data tersebut dapat kita lihat pada distribusi tabel-tabel tanggapan responden terhadap Program BLT.

5.3 Distribusi Tanggapan Petugas BLT Berdasarkan Pelaksanaan Program BLT