3.8. Keluhan Musculoskeletal
Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan muskuloskeletal. Kelelahan muskuloskeletal
merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan
muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan
efisien. Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai proses menurunnya
efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatanketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa faktor yang
berbeda-beda seperti berikut : 1.
Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang
berlebihan. 2.
Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada otot visual mata. Mata yang terkonsentrasi secara terus-menerus pada
suatu objek layar monitor. 3.
Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas visik, melainkan lewat kerja
mental proses berfikir sebagi contoh. Lelah mental ini sering disebut sebagai lelah otak.
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan yang berulang-ulang sering terjadi di tempat kerja. Hal βhal yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah:
1. Static positions posisi yang tetap
2. Body movements pergerakan tubuh
3. Handling β lifting pengangkatan dan penanganan benda
4. Pushingpulling and carrying loads pekerjaan menarik, mendorong, dan
mengangkat beban 5.
Use of a localised force penggunaan gaya setempat 6.
Repeated efforts usaha yang berulang β ulang energy expenditure pengeluaran energi yang berlebihan
Untuk mengatasi mesalah tersebut ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam upaya penilaian dan pengendalian teerhadap resiko kelelahan
otot serta ketidaknyamanan pada proses kerja. 1.
Identifikasi resiko 2.
Penilaian resiko 3.
Evaluasi resik Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu : 1.
Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statik, namun demikian keluhan tersebut akan
hilang apabila pembebanan terhentikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Keluhan menetap persistent, yaitu keluahan otot yang bersifat
menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Healt Administration OSHA, mengatasi masalah keluhan otot skeletal tersebut ada dua
langkah yaitu rekayasa teknik desain stasiun kerja dan rekayasa manajemen kriteria dan organisasi kerja. Langkah β langkah pencegahan ini dimaksudkan
untuk mengeliminir kesalahan kerja dan sikap kerja yang tidak alamiah. 1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan dengan memilih beberapa alternatif sebagai berikut :
a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini
jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
b. Subsitusi, yaitu mengganti alatbahan lama dengan yang baru lebih aman,
menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur peralatan.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dan pekerja,
sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang pekerja lainnya dan sebagainya.
d. Ventilasi, yaitu dengan menambahkan ventilasi utnuk mengurangi resiko
sakit misalnya, akibat suhu udara panas. 2. Rekayasa Manajemen
Universitas Sumatera Utara
a. Pendidikan dan pelatihan, dengan cara ini pekerja akan memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan
terhadap resiko sakit akibat kerja. b.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerja,
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
c. Pengawasan yang intensif, dapat dilakukan pencegahan lebih dini terhadap
segala kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
3.9. Standard Nordic Body Map Quistionnaire SNQ