Metode dan Tehnik Analisis Data

20 diperdalam sesuai data yang dibutuhkan. Informasi yang diperoleh selanjutnya dicatat dan direkam secara bersamaan. Kemudian, ketika terjadi komunikasi antara narasumber dengan peneliti sendiri. Dalam proses pemerolehan informasi tersebut peneliti juga sekaligus menyimak apa yang disampaikan informasi. Metode simak adalah pengumpulan data yang digunakan dengan teknik penyimakan. Sebagai suatu penanda Dayok Binatur dibahas dengan teknik penyimakan dengan diwujudkan peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian penyadapan yaitu: penyadapan survai, wawancara, libat cakap, dan memeriksa, serta mengkaji suatu sistem tanda. Yang dapat menentukan makna serta pengungkapan petanda pada Dayok Binatur. Selanjutnya data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui sumber-sumber tertulis sperti: buku cetak, artikel, makalah, dan bentuk karya tulis lainya untuk mengambil informasi tambahan yang terkait dengan topik penelitian ini. Selanjutnya pengumpulan data dengan memeriksa, membaca, kemudian mencatat dokumen-dokumen yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

3.5 Metode dan Tehnik Analisis Data

Pada dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu objek. Penganalisaan data dilakukan dengan mendeskripsikan tampilan dan makna terhadap nilai budaya yang ada pada masyarakat Simalungun. Sudaryanto 1998:5 mengatakan bahwa untuk mencapai keobjektifan, maka peneliti menggunakan perangkat tepat dan tajam dalam mengukur sesuatu yang hendak diteliti. Data yang telah disusun didistribusikan ke dalam sistematika penulisan Universitas Sumatera Utara 21 dan dilanjutkan dengan prediksi dan kontrol serta pemahaman yang berlangsung terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian, kemudian data yang telah dianalisis disajikan berupa uraian kata secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi dengan menggunakan bahasa dan teks gambar yang mudah dipahami yang berupa narasi. Dayok Binatur adalah gambaran hidup sebagaimana ayam hidup. Sesuai degan alasan mengapa ayam dijadikan makanan adat karena memiliki sifat atau ciri yang baik dalam kehidupan yang dapat ditiru salah satunya ayam berkokok pada pagi hari. Menurut Saussure bahasa itu merupakan suatu sistem tanda sign. Suara ayam yang berkokok dapat dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan menyatakan menyampaikan ide-ide pengertian-pengertian tertentu. Bunyi suara ayam yang berkokok memiliki makna bagi masyarakat Simalungun. Apabila kita kaji maknanya berdasarkan signifire penanda dapat kita ketahui bunyi suara ayam jantan yang berkokok disebut sebagai signifire penanda artinya suara kokokan ayam memberikan suatu makna yaitu menyatakan hari telah pagi yang kita sebut sebagai signified petanda. Suara tersebut merupakan bagian dari sistem konvensi, sistem kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. Apabila kita lihat dari tampilan Dayok Binatur yaitu sajian masakan yang terbuat dari daging ayam yang dipotong-potong sesuai dengan aturan dalam masyarakat Simalungun. Potongan daging yang kemudian disusun teratur dalam piring. Hal ini kita sebut sebagai penanda. Karena bentuknya disusun seperti ayam yang hidup atau sajian yang berupa Dayok Binatur tadi mewakili ayam. Makna dari Dayok Binatur itu adalah sebagai petanda. Universitas Sumatera Utara 22 Maka ketika pemberian Dayok Binatur disebutkan pernyataan ”songon paraturni dayok on ma paratur ta hunjon huatas an” yang artinya ”seperti teraturnya Dayok Binatur inilah teraturnya kehidupan kita dari sekarang sampai kemudian hari” representament adalah sebagai pernyataan harapan yaitu suatu tanda kehidupan yang teratur, menyatu, dan harmonis yang saling melengkapi satu dengan yang lain interpresentament. Universitas Sumatera Utara 23 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tampilan sebagai Interpretasi Dayok Binatur