Tampilan sebagai Interpretasi Dayok Binatur

23 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tampilan sebagai Interpretasi Dayok Binatur

Dayok Binatur adalah tanda dasar ground berupa sajian masakan, yaitu terbuat dari daging ayam yang biasanya disajikan pada acara adat masyarakat Simalungun. Dayok Binatur disamping berfungsi sebagai lauk makanan tetapi memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Simalungun khususnya. Yaitu makanan adat yang harus didahulukan pada acara adat untuk menyampaikan pesan, nasehat, atau berupa petuah dari pihak keluarga tertentu ke pihak keluarga yang akan diberi Dayok Binatur. Dayok Binatur adalah suatu sajian masakan yang dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan harapan supaya di dalam kehidupannya ia menjalankan pesan maupun petuah yang terdapat pada Dayok Binatur. Apabila hal tersebut dijalankan maka kehidupannya akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, orang Simalungun menjadikan Dayok Binatur disebut sebagai lambang makanan adat Simalungun supaya umat manusia dapat mengetahui memahami dan melaksanakan dalam hidupnya pesan berupa nilai-nilai kehidupan yang dapat dilihat dari ayam. Dayok Binatur dijalankan masyarakat Simalungun pada beberapa acara adat. Misalnya, disajikan pada acara perkawinan pesta peresmian rumah baru, pesta syukuran dan pada acara adat kematian. Disamping itu juga sering juga disajikan pada acara khusus seperti pada waktu syukuran, memberangkatkan anak bersekolah, selesai ujian, menjelang ujian, menjelang Universitas Sumatera Utara 24 testing, memberangkatkan anak ke perantauan, bebas atau jauh dari marabahaya, karena keberuntungan atau sukses dalam suatu pekerjaan ataupun sukses dalam usaha ekonomi, dan karena banyak rejeki yang diterima. Tampilan Dayok Binatur yaitu daging ayam yang terbagi menjadi sepuluh potongan ’gori’. Makanan adat Dayok Binatur dapat pula dilengkapi dengan makanan spesifik yang terdiri dari daging ayam dan diolah menjadi tujuh jenis masakan yaitu: panggang, naniloppah, hinasumba, naipahpahkon, nailomang tinombu, selenggam, dan namatah. Hanya saja ketujuh jenis masakan ini hanya digunakan sebagai pelengkap Dayok Binatur dan dibuat apabila dibutuhkan dalam acara adat tertentu atau tergantung selera yang membuatnya. Dayok Binatur yang terdiri dari potongan-potongan daging ayam yang disusun teratur di atas piring inilah sebagai tanda dasar ground. Potongan- potongan daging bagi orang Simalungun disebut gori. Menurut adatnya gori terdiri dari sepuluh yaitu: kepala’ulu’, leher’borgok’, tulang dada’tuppak’, rempelo’bilalang’, sel telur ayam’tuahni’, sayap’habong’, pangkal paha’tulan bona’, paha ayam’tulan parnamur’, ceker’kais-kais’, buntut’ihur’. Setiap gori dapat ditampilakan pada Dayok Binatur dengan bentuk susunanya yaitu, yang pertama disusun sebagian potongan daging-daging kecil tok-tok yang diserap di piring, bagian depan ada kepala ulu yang disokong dengan tulang dada tuppak, bagian kiri dan kanannya sebelah pinggir diletakkan pangkal paha tulan bolon, kemudian paha tulan parnamur, disamping paha di letakkan sayap habong yang sejajar dengannya, urutan berikutnya ceker ayam kais-kais kemudian di gagian belakang adalah ekor ihur. Di tengah-tengah ada leher borgok setelah urutan kepala ulu, bagian tubuh ayam yang menghasilkan Universitas Sumatera Utara 25 sel telur tuahni, kemudian rempelo atei-atei atau dekke bagas. Jadi, setiap potongan daging ayam yang bisa kita lihat pada gambar 4.1 yaitu tersusun dan diatur menurut adatnya yang kemudian membentuk satu kesatuan yang menggambarkan sebagaimana ayam hidup sekaligus sebagai tanda dasar ground Dayok Binatur. Gambar 4.1 Tanda dasar ground Dayok Binatur Interpretasi dari tanda dasar ground Dayok Binatur pada gambar 4.1 telah menempatkan nilai-nilai kehidupan dari ayam penanda yaitu sebagai hal yang dapat ditiru apabila dikaitkan dalam kehidupan manusia. Sajian makanan adat Dayok Binatur yang ditampilkan disusun teratur menurut adatnya yang menggambarkan seperti ayam hidup petanda. Representasi yang dibentuk pada Dayok Binatur telah menggambarkan kehidupan ayam. Apabila kita melihat dari sajian Dayok Binatur penanda itu sendiri ada beberapa hal yang menjadi petanda bagi orang Simalungun yang memiliki Universitas Sumatera Utara 26 pemahaman atau kosep yang terdapat dalam tanda itu. Pertama, Dayok Binatur atau dayok atur maggoluh adalah lambang makanan adat Siamalungun. Dayok Binatur dapat memberikan makna, yaitu pemahaman yang dinyatakan sebagai suatu petuah atau nasehat yang sangat berharga apabila di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar bertumbuh subur tangguh dan ulet sebagai interpretasi. Dayok Binatur terdiri dari potongan-potongan daging ayam yang disusun seperti ayam hidup. Misalnya ada bagian kepala yang bisa menentukan arah jalan ayam, yaitu dengan menggunakan mata yang terdapat pada kepala, ada bagian cakar yang fungsinya untuk berjalan atau alat untuk mencari makanan, sayap berfungsi untuk melindungi anaknya dan bagian-bagian lainnya sebagai representasinya. Apabila dikaitkan dalam kehidupan manusia yaitu, manusia itu berbeda-beda dan beraneka ragam. Misalnya hal yang membedakannya di bidang pekerjaan, jabatan sebagai kepala atau atasan atau bawahan, kedudukannya sebagai anggota atau ketua, status, atau sebagai posisi apapun. Kemudian hal ini diintepresentasikan masyarakat Simalungun yang menyatakan ’Hotma bani hundulan mu janah pongkut horjahon nolihmu’ yang artinya tempati posisimu dan laksanakan penuh tugasmu misalnya: sebagai bapak, ibu, anak, atau orang tua. Dibidang pekerjaan ada sebagai guru, petani, buruh, pegawai, dan lain-lain. Misalnya, sebagai petani hendaknya berlagak seperti petani, petani membutuhkan cangkul untuk mengolah lahannya dan menekuni pekerjaannya. Contoh lain kalau dia seorang bapak hendaknya lah ia seperi seorang bapak yang baik yang bertanggung jawab menafkahi keluarganya. Apabila dia seorang kepala atau ketua Universitas Sumatera Utara 27 harus bisa menjadi pemimpin yang mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dan dapat mengarahkan anggota-anggotanya. Hal ini juga tergambar pada tradisi Simalungun, yaitu yang dikenal dengan istilah adatnya ’tolu sahundulan lima saodoran’ artinya ’tolu sahundulan’ ialah tiga kelompok dalam satu kedudukan yang utuh dan menyeluruh dan ’lima saodoran’ artinya ialah lima tapi satu rombongan perjalanan hidup. ’tolu sahundulan’ terdiri dari : hasuhuton, tondong, dan boru. ’Lima saodoran’ adalah pengembangan dari ’tolu sahundulan’ yaitu, tondong ni tondong dan boru ni boru. Jadi ’lima sodoran’ meliputi: hasuhuton, tondong, tondong ni tondong, boru, dan boru ni boru. Hasuhuton terdiri dari sanina sapangahonon, pariban sapanganonkon, dan pariban. Maka dalam masyarakat Simalungun ada istilah mengatakan ”sanina pangalopan riah, tondong pangalopan podah, boru pangalopan gogoh” yang artinya, sanina yang bisa diajak kerjasama, tondong sebagai pemberi nasehat, dan boru sebagai pelaksana tehnik dalam pekerjaan adat. Maksudnya, setiap posisi ini memiliki fungsi dan tugas masing-masing sebagaimana telah disepakati bersama oleh masyarakat Simalungun. Setiap bagian tubuh dari ayam yang satu sama lainnya saling melengkapi salah satu potongan’gori’ tidak ada, tidak bisa dikatakan Dayok Binatur semua potongan menjadi satu kesatuan yang utuh yang saling melengkapi. Sebagai interpretasi setiap bagian atau potongan-potongan tubuh ayam yang lengkap itu adalah suatu gambaran atau lambang yang dapat mengingatkan kita manusia supaya membina hubungan yang saling membutuhkan. Contoh: gigi seseorang sakit, maka seluruh unsur tubuh merasakan, kecantikan wajah yang diberi Universitas Sumatera Utara 28 bedaklipstik adalah skecantikan seluruh tubuh. Artinya, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain dan saling melengkapi satu dengan yang lain Dayok Binatur tersebut dapat diinterpretasikan sebagai petuah atau pesan supaya menghindari adanya saling menghujat, propokator negatif, saling fitnah, saling curiga-mencurigai, menang sendiri, menghalalkan segala cara dll. Karena di hadapan Tuhan tidak ada yang tersembunyi dan janganlah berpura-pura. Selain itu juga diingatkan bahwa hidup dunia adalah sementara dan dimanfaatkan itu untuk mendapat tempat yang kekal selama-lamanya di akhirat. Transferlah ajaran itu dalam hidup kita, sebarluaskan perbuatan yang baik, saling menasehati dalam kelemahan. Kenapa sering terjadi dan selalu terjadi perpecahanperang seperti dalam keluarga, masyrakat, SARA, bangsa dan Negara. Maka diharapkan supaya belajar pada dayok atur manggoluh, yang didapati dalam adat budaya Simalungun. Maka semua harapan, nasehat, maupun petuah itu disatukan dalam lambang makanan adat yaitu Dayok Binatur. Interpretasi dari Dayok Binatur yang ditampilkan, yaitu dari susunannya yang teratur mengandung makna bagi masyarakat Simalungun. Hal ini disampaikan ketika pemberian Dayok Binatur dengan menyatakan ”songon paraturni dayok on ma paratur ta hunjon huatas an” yang artinya ”seperti teraturnya Dayok Binatur inilah teraturnya kehidupan kita dari sekarang sampai kemudian hari”. Kehidupan ayam yang teratur digambarkan memelalui Dayok Binatur yang disusun teratur. Sebagai interpretasinya adalah yaitu suatu pernyataan harapan yaitu suatu tanda kehidupan yang teratur, menyatu, dan harmonis yang saling melengkapi satu dengan yang lain. Universitas Sumatera Utara 29

4.2 Tampilan Representasi dan Interpretasi sosial Dayok Binatur