xxviii tiada taranya. Di neraka, selain para manusia yang melakukan dosa dan
kejahatan, para setan pun akan ikut dijebloskan ke dalamnya terutama Angra Mainyu.
Doktrin eskatologi dalam agama Zoroaster dipandang memiliki kaitan yang sangat erat terhadap ajaran Yahudi, Kristen, dan Islam.
Khususnya pada kebangkitan dari kematian, civento peretu titi ujian, paridaeza
surga dan gehannama neraka. Banyak istilah-istilah dari agama Zoroaster telah menjadi perbendaharaan kata dari ajaran-ajaran
agama Yahudi dan Kristen, seperti istilah setan, mesias, dan sebagainya.
32
b. Agama Hindu 1400 SM dan Buddha 560 SM
Agama Hindu dan Buddha memiliki corak yang hampir sama ketika membicarakan masalah akhir hidup manusia. Kedua agama ini tidak
memiliki konsep eskatologi yang panjang dan rumit. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia adalah moksa, yang dicapai manusia setelah mereka
melalui kehidupan berkali-kali punarbawa. Mereka yang telah melakukan catur marga bakti, jnana, karma, yoga dengan baik tidak
akan melalui kehidupan terus menerus tetapi akan mencapai moksa, yaitu bersatu dengan Brahman.
Upanisad menerangkan bahwa surga dan neraka bukan suatu
tempat dan bukan pula suatu bentuk yang pasti melainkan suatu state of mind
yaitu keadaan-keadaan pikiran, yakni pikiran bahagia atau pikiran menderita. Kalau pikiran dalam keadaan senang dan bahagia maka itulah
surga. Bila pikiran sedih dan menderita maka itulah neraka. Surga dan
32
Umairoh, Konsep Eskatologi Menurut Agama Zoroaster dan Pengaruhnya Terhadap Eskatologi Agama-agama Ibrahim, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2002, h. 55-56 ; lihat juga Sueb, Agama-agama Besar di Dunia, h. 255.
xxix neraka ada dalam pikiran, baik pikiran pada waktu masih hidup, maupun
pikiran yang membungkus roh sesudah mati. Sebagaimana diketahui bahwa roh seseorang semasih hidup dibungkus oleh pikiran sukma
sarirastula sarira yang tidak lain adalah jasad atau tubuh manusia itu
sendiri. Pada waktu meninggal stula sarira hancur menjadi abu karena dibakar, tetapi jiwaroh dan pikiran tidak bisa terbakar dan lepas seperti
angin yang tetap dibungkus oleh pelembungan. Orang yang sudah mati, jika pikirannya masih melekat dengan
dunia, ia akan tertarik kembali ke dunia atau lahir kembali. Sebaliknya jika roh dan pikirannya telah menghilangkan kemelakatan duniawi dengan
menjalankan catur marga, ia akan bersatu dengan Brahman, yaitu moksa. Roh tidak akan mengalami kelahiran kembali serta mencapai kebahagiaan
tertinggi.
33
Dalam Agama Buddha, ajaran tentang eskatologi baik di dalamnya menyangkut surga dan neraka atau kehidupan setelah kematian tidak
pernah ada. Bikkhu Acharn Suchar Abhijato
34
mengungkapkan bahwa dosa akan dibalas di kehidupan ini atau yang akan datang. Akibatnya akan
langsung dirasakan dalam pikiran. Adapun surga dan neraka sudah berada dalam diri seseorang, di kehidupan ini dan juga setelah kehidupan ini
berakhir. Surga dan neraka bukan sebuah tempat tapi sebuah perasaan. Bila manusia melakukan sesuatu yang buruk, maka ia merasa buruk, inilah
33
Cudamani, Pengantar Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi Jakarta: Yayasan Wisma Karma, 1987, h. 99.
34
Acharn Suchart Abhijato, Kenikmatan Inderawi adalah Menyakitkan, Kumpulan Ceramah Dhamma
Jakarta: Kalyasiri, 2007, h. 88-90.
xxx neraka dan tepat di kehidupan ini, begitu pula dengan surga. Surga dan
neraka adalah keadaan pikiran.
35
Bila semua bentuk keinginan dibasmi, daya kemampuan kamma berhenti bekerja, maka seorang terlepas dari lingkaran kelahiran dan
kematian dan mencapai nibbana, yaitu tujuan hidup paling puncak dan berkah yang paling tinggi. Dalam lingkaran kelahiran ini manusia akan
melewati 31 alam kehidupan. Kelahiran bisa terjadi di alam yang lain berdasarkan pada karma baik atau buruk dari makhluk yang bersangkutan.
Jika manusia telah melenyapkan semua kotoran batin, meraka tidak akan terlahir kembali di salah satu dari 31 alam tersebut.
36
Perbedaan yang sangat tajam antara moksa dan nibbana adalah bahwa konsep moksa dalam Hindu masih terdapat unsur jiwa atau roh
manusia yang nantinya akan bersatu dengan Brahman, tetapi dalam Buddha tidak dikenal istilah jiwa, karena yang ada hanyalah pikiran atau
kesadaran semata. Walaupun begitu salah satu persamaannya adalah tentang konsep surga dan neraka yang merupakan keadaan perasaan dan
pikiran seseorang bukan sebuah tempat tersendiri.
c. Agama Tao 640 SM dan Konghucu 551 SM