Episode 150 ANALISIS PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP

Setelah itu, lalu dilakukanlah mastering, yakni transfer dari hardisk komputer untuk selanjutnya dikirimkan pada stasiun televisi untuk ditayangkan. Alur flow chart editing ini dapat dilihat pada lampiran. Durasi dalam satu kali tayang adalah 60 menit, namun pihak stasiun televisi memberikan waktu sekitar 42 menit untuk cerita, sehingga editor membagi ke dalam lima segmen untuk jeda iklan dengan durasi rata-rata per satu segmen pada episode ini, adalah sebagai berikut:  Segmen pertama : -+ 10 menit  Segmen kedua : -+ 8 menit  Segmen ketiga : -+ 8 menit  Segmen keempat : -+ 10 menit  Segmen kelima : -+ 6 menit 18

2. Episode 150

a. Proses Pra Produksi Episode 150 1 Penemuan dan Pengembangan Gagasan Setelah mencapai hingga episode 100, tim kreatif beserta penulis skenario melakukan terobosan terbaru agar sinetron Islam KTP ini tetap diminati masyarakat. Salah satunya dengan cara pengembangan ide cerita, yang secara otomatis mengisi sinetron tersebut dengan pemain-pemain baru secara silih berganti. 18 Durasi cerita episode ini adalah 42 menit dengan pembagian waktu persegmen seperti diungkapkan di atas dari durasi tayang program keseluruhan selama 60 menit. Karena 18 menit yang lain digunakan oleh stasiun televisi untuk commercial break atau iklan. Berbeda dengan cerita di awal penayangannya, kali ini cerita dibuat memiliki judul masing-masing pada tiap episodenya. Sebagai sebuah drama komedi satire yang memang berisi sindiran tajam, judul cerita diambil dari kejadian yang memang terjadi dalam masyarakat, misalnya nabi palsu, pengobatan alternatifdukun, dana BOS, kisah menelantarkan orang tua, makelar tanah, dll.

2 Materi Produksi

Episode 150 ini, berkisah tentang keutamaan bulan Muharram. Bertepatan dengan datangnya bulan Muharram, penulis skenario secara aktif langsung menuangkannya dalam salah satu episode. Ide cerita memang muncul dari penulis skenario, namun dalam penyelesaiannya, penulis skenario mendapatkan materi dari hadits, buku-buku keislaman, serta diskusinya dengan guru spiritualnya yang biasa dipanggil habib. Episode kali ini becerita tentang anjuran untuk mengusap kepala anak yatim memberi santunan pada anak yatim pada bulan Muharram. Tokoh Ma’dit, yang memang haus pujian dari orang-orang sekitar, memerintahkan hansip untuk mencari anak-anak yatim untuk disantuni. Seperti wataknya pada episode terdahulu, Ma’dit memang hanya ingin memberi santunan untuk mendapatkan pujian. Tidak lupa diberi sentuhan komedi dengan para yatim yang berupa orang-orang tua. Kisah lain ada pada Dulmatin, mantan seorang copet yang kini mulai taubat. Kisah taubatnya meresahkan istri dan bapak mertuanya, karena oleh masyarakat sekitar, taubatnya Dulmatin sebagai salah satu tanda ia akan meninggal dunia. Tebe, anak Dulmatin bersama teman-temannya merayakan malam tahun baru Islam dengan berjalan berkeliling kampung dengan membawa lampion dan lantunan sholawat. Tebe, yang akrab dengan “kata bapak Tebe” mengajak teman-temannya yang yatim mendatangi tetangga- tetangganya untuk menerima santunan. Bulan Muharram yang identik dengan hijrah, menjadi bahan diskusi Mamad dan Karyo bersama bang Ali. Keingintahuan yang besar dari kedua pemuda kampung itu membawa mereka untuk menemui bang Ali demi mengetahui arti hijrah yang sesungguhnya. Bahwasanya hijrah bukan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, akan tetapi perpindahan hati dari yang tadinya buruk menjadi lebih baik. b. Proses Produksi Episode 150 Pada episode ini, pengambilan gambar diambil sepenuhnya di komplek Tirta Gede dan jalan IPTN, Cibubur. Prosesnya berlangsung setelah zuhur, sekitar pukul 14:30 WIB-05:00 WIB. Pada episode ini, shooting dilakukan dalam waktu satu hari. Naskah atau skenario diterima pemain dan kru paa saat kru dan pemain tiba di lokasi. Penulisan skenario sendiri menghabiskan waktu sekitar lima jam. Dimulai pada pukul 05:00 WIB hingga pukul 10:00 WIB. Tahap persiapan dimulai sejak persiapan seluruh peralatan yang diperlukan dalam proses produksi, perizinan lokasi, hingga setting penataan lokasi pengambilan gambar sesuai skenario dan latihan para artis dan kru. Persiapan seluruh peralatan dimulai sebelum produksi. Orang- orang yang bertanggung jawab atas peralatan mengatur semua keperluan shooting dan menuliskannya dalam sebuah daftar peralatan. Selain daftar peralatan juga dibuat daftar properties yang berisi dengan barang-barang atau alat-alat yang dibutuhkan sebagai sarana penunjang yang dibutuhkan selama proses pengambilan gambar. Sebelum proses shooting dilakukan, para kru menyiapkan set yang sesuai dengan skenario. Sutradara mengarahkan para kru untuk menata set, dimana letak kamera, dimana letak lighting, dimana letak VTR, dimana letak mic, bagaimana menata ruang pengambilan gambar, serta mengetes kualitas suara mic. Para kru menyiapkan alat sesuai dengan yang menjadi tanggung jawabnya. Lokasi pengambilan gambar selalu terdiri dari outdoor luar ruangan dan indoor dalam ruangan. Tahapan persiapannya pun berbeda namun tidak terlalu mencolok. Dalam proses outdoor, para penata cahaya mengatur kualitas cahaya dengan cara menyalakan beberapa lampu yang menyorot pemain dari arah depan dan ditambahkan dengan mengelilingi pemain dengan stereofoam dan tirai tipis di atasnya agar tidak terlalu tersorot matahari. Namun, dalam proses indoor biasanya penata cahaya hanya mengatur kualitas cahaya dengan menyalakan beberapa lampu yang dibutuhkan, biasanya cahaya lampu disorot di depan, samping kiri, dan belakang pemain, itupun sesuai kebutuhan. Jika dirasa sudah cukup, kemungkinan tidak terlalu banyak lampu yang menyorot ke arah pemain. Selain perbedaan lighting, perbedaan dalam penataan suara juga terasa pada saat pengambilan gambar indoor, dalam proses ini dilengkapi dengan speaker atau pengeras suara. Namun, pada proses outdoor hanya dilengkapi mic boom saja, tanpa speaker. Suara hanya dikontrol oleh soundman yang duduk di samping sutradara. Pada proses produksi episode ini, tidak lagi dibutuhkan pencatatan time code, karena alat perekamnya tak lagi menggunakan kaset Betacam, melainkan menggunakan memory card kartu memori. 19 c. Proses Pasca Produksi Episode 150 Berbeda dengan episode sebelumnya, pada episode ini proses editing sedikit berbeda karena alat perekam yang digunakanpun berbeda. Jika pada episode sebelumnya, menggunakan kaset Betacam, maka pada episode ini menggunakan memory card atau kartu memori. Menurut supervisi editor, Bayu Pamungkas, perbedaan ini diakibatkan penyesuaian perusahaan dengan kemajuan teknologi yang ada. Kini pada proses editing tidak lagi membutuhkan proses fading atau membuat klip, karena kartu memori telah merekam adegan berupa klip- klip tersendiri. Divisi editing hanya membutuhkan tambahan card reader untuk input data dari kartu memori ke dalam komputer. 19 Wawancara pribadi dengan Bayu Pamungkas, supervisi editing Islam KTP, Kamis, 9 Desember 2010, pkl. 13:00 WIB Namun, proses selanjutnya tetap sama, yakni menyambung dialog, memangkas adegan yang dianggap tidak mempengaruhi cerita selanjutnya, melakukan pemadatan-pemadatan adegan agar sesuai dengan durasi yang dibutuhkan. Mixing dengan ilustrasi musik, lalu QC oleh pimpinan produksi, dan terakhir mastering. Pada episode ini, durasi menjadi lebih panjang dari episode yang lainnya, yakni menjadi 90menit, dengan rincian durasi persegmen sebagai berikut:  Segmen pertama : -+ 10 menit  Segmen kedua : -+ 11 menit  Segmen ketiga : -+ 12 menit  Segmen keempat : -+ 10 menit  Segmen kelima : -+ 11 menit  Segmen keenam : -+ 12 menit 20

E. FAKTOR PENGHAMBAT PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP