Episode 35 ANALISIS PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP

D. ANALISIS PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP

1. Episode 35

a. Proses Pra Produksi Episode 35 1 Penemuan dan Pengembangan Gagasan Ide atau gagasan awal yang muncul pada tahapan perencanaan pertama sebelum proses produksi dalam sinetron Islam KTP ini merupakan sebuah ide yang muncul dari tim kreatif pada PT. Multivision Plus. Selanjutnya ide atau gagasan tersebut dikembangkan menjadi sebuah skenario yang utuh oleh penulis skenario yakni Warid AS. Pada prosesnya, penulis skenario terus berhubungan dengan tim kreatif untuk pengembangan ide cerita pada setiap episodenya, selain tim kreatif penulis scenario juga menampung semua ide yang disampaikan oleh sutradara. Ketika muncul ide tentang poligami, penulis skenario mendiskusikan ide tersebut kepada pimpinan tim kreatif, dalam hal ini adalah Martias Syamas. Setelah tim kreatif menyetujui, barulah penulis skenario memulai pembuatan skenario episode ini. Dalam episode ini, pembuatan skenario dilakukan dalam tim yang berjumlah enam orang yang pekerjaannya sesuai dengan jumlah karakter yang ada dalam episode tersebut.

2 Materi Produksi

Episode ini bercerita tentang Caroline dan Mutia yang mencari Jami, yang pergi meninggalkan rumah karena pertengkarannya dengan sang ayah. Jami memutuskan untuk tinggal di musholla. Sedangkan cerita lain tentang Jamilah yang mengikhlaskan suaminya, Ma’dit Musyawarah, yang sedang mendekati Gina untuk dijadikan istri kedua. Berbagai cara dilakukan oleh Ma’dit untuk bisa mendapatkan cinta Gina, termasuk menyogok Amsani kakak dari Gina yang tak lain adalah ibunda Mamad. Amsani yang merasa orang paling dekat dengan Gina memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan uang sebanyak- banyaknya dari Ma’dit, sejak saat itulah hingga seterusn ya Ma’dit menyebut Amsani sebagai orang yang pengeretan suka meminta uang dari orang lain. Pada tokoh lain, ada Mamad yang bertengkar dengan Karyo karena tidak setuju Karyo mendekati Gina, encing Mamad. Sebagaimana harapan penulis dan tim kreatif untuk dapat menampilkan pelajaran-pelajaran Islam pada tiap episodenya. Pada episode ini yang paling mencolok adalah masalah poligami dalam Islam. Bahwasanya suami yang telah mendapatkan izin dan ridho dari istri pertama boleh melakukan poligami. Karena dalam agama Islam sendiri, seorang laki-laki boleh menikahi maksimal empat orang istri. Namun, dengan syarat benar-benar mampu berlaku adil. Bukan berpoligami dengan alasan mengikuti hawa nafsu semata. Dan sebagai wanita, hendaknya kita berpikir matang sebelum menerima tawaran poligami, seperti yang dialami Gina, seorang wanita cantik yang ingin dijadikan istr i kedua oleh Ma’dit Musyawarah. 3 Persiapan Pada episode 35 ini, membutuhkan pemain tambahan selain pemain-pemain yang telah ikut serta pada episode-episode sebelumnya. Pemain tersebut semuanya dipilihkan oleh pihak perusahaan, dalam hal ini koordinator pemain dalam sinetron Islam KTP termasuk pemain figurancameo seluruhnya menjadi tanggung jawab perusahaan yang telah memiliki kerjasama dengan beberapa agency. Para tokoh yang terlibat dalam proses produksi episode ini adalah: Idrus Madani, sebagai Ali Nurdin; Martina Aisyah, sebagai Sabrina; Lionil Hendrik, sebagai Jami; Aiman Ricky, sebagai Karyo; Reza Aditya, sebagai Mamad; Qubil AJ, sebagai Ma’dit; Tiffani, sebagai Gina; Yovana, sebagai Mutia; Dian, sebagai Caroline; Yulianto, sebagai pak RW; Yanda Djaitov, sebagi pak RT; Tubagus Indra, sebagai TB; Taufik Lala, sebagai Dulmatin; Lolita, sebagai Enting Sukaesih; serta enam orang pemain dari sebuah agency yang berperan sebagai ABG yang menggoda Jami’. Dalam produksi Islam KTP ini, lokasi pengambilan gambar bertempat di Taman Wiladatika Cibubur, Jalan IPTN, Cibubur, serta komplek Tirta Gede, Cibubur. Sehingga, memudahkan pemain dan kru untuk perpindahan set, mengingat sinetron Islam KTP ini merupakan sinetron kejar tayang yang proses produksinya setiap hari. Untuk perizinan lokasi di Taman Wiladatika, persiapan dilakukan oleh koordinator lapangan pada hari pelakasanaan produksi, sebelum produksi tersebut dimulai. Setelah perizinan didapat, kru langsung menyiapkan segala sarana yang dibutuhkan dalam proses pengambilan gambar. Namun, pada set yang berlokasi di rumah, perizinan telah dilakukan sejak jauh hari, dengan mengontrak rumah tersebut untuk jangka waktu tertentu. Pada tahapan sebelum proses shooting dilakukan, para kru menyiapkan set yang sesuai dengan skenario, make up dan latihan para pemain, sebelum akting mereka direkam kamera sekaligus latihan untuk penentuan angle kamera. Latihan dilakukan langsung oleh para pemain yang terlibat dalam satu adegan dalam satu set yang telah tertata rapi. Sutradara memberikan arahan kepada para pemain apa dan bagaimana suatu adegan harus dimainkan. Bersamaan dengan latihan para artis, sutradara juga menginstruksikan kameramen untuk latihan menentukan angle serta latihan pergerakan kamera mengikuti pergerakan pemain. Setelah dirasa cukup, proses perekaman gambar baru dilakukan. b. Pelaksanaan Produksi Episode 35 Dalam proses pengambilan gambar dalam sinetron Islam KTP ini, kru dibagi menjadi dua bagian. Pembagian ini berdasarkan pertimbangan waktu. Sinetron Islam KTP adalah sinetron kejar tayang yang harus tayang setiap harinya. Demi menyelesaikan seluruh scene dalam skenario, maka pengambilan gambar dilakukan oleh dua tim sekaligus dengan pembagian kerja secara adil. Adil, maksudnya adalah membagi rata scene yang tertulis dalam skenario. Jika dalam satu episode tertulis 30 scene, maka tim satu harus menyelesaikan 15 scene dan sisanya, yakni 15 scene yang lainnya diselesaikan oleh tim dua. Alat perekam menggunakan kaset Betacam. Pada saat pelaksanaan produksi tersebut, co.sutradara yang mengetuai tim dua selalu berkoordinasi dengan sutradara yang mengetuai tim satu. Jarak untuk pengambilan gambar antara dua tim tersebut menjadi pertimbangan khusus untuk memudahkan koordinasi dan perpindahan pemain. Meski tim dipecah menjadi dua, namun segala keputusan tetap ada di satu tangan, yakni sutradara, karena sutradara dalam sebuah produksi atau pengambilan gambar layaknya seorang nahkoda yang memiliki wewenang tertinggi dan semua kru dan pemain yang terlibat harus tunduk padanya. Misalnya saja, saat ditemui di Taman Wiladatika, Cibubur. Saat itu skenario tertulis mushalla, namun di dekat lokasi tidak ada mushalla, maka Putri menemui Syaiful dan meminta persetujuan untuk menggunakan ruang lain untuk mengambil latar mushalla. Selain itu di tempat yang sama, skenario tertulis rumah minimalis, karena di taman tersebut tidak nampak rumah minimalis, maka Putri meminta penyelesaiannya pada Syaiful. Karena pada hari tersebut syuting kedua tim sedikit berjauhan, maka koordinasi antara sutradara tim 1 yang bertempat di komplek Tirta Gede dengan sutradara tim 2 yang bertempat di Taman Wiladatika dilakukan melalui telepon. Pengambilan gambar pada episode ini seluruhnya dilakukan di daerah Cibubur. Di jalan IPTN, komplek Tirta Gede, dan Taman Wiladatika Cibubur. Dalam satu scene dibutuhkan beberapa kali take agar memenuhi standar perusahaan PT. Multivision Plus. Shooting seharusnya dimulai pada pukul 14:00 WIB, namun karena keterlambatan property yang dibutuhkan dalam shooting tersebut, maka shooting baru dimulai sekitar pukul 16:00 WIB. Dan berakhir pada pukul 23:00 WIB. Karena masih terdapat stock adegan pada divisi editing, maka shooting episode ini memakan waktu hingga 2 hari. Pada scene 15, yang bercerita tentang Ma’dit yang memarahi pak RW karena idenya untuk memberikan Gina hadiah demi mendapatkan cinta Gina ternyata tidak berhasil. Adegan yang harus dilakukan adalah Ma’dit memukul wajah RW yang sedang tertidur pulas dengan sebuah buku. Adegan tersebut diambil hingga enam kali take. Take pertama diambil dengan sudut lebar wide angle yang menggambarkan keadaan keseluruhan tempat terjadinya dialog. Take kedua diambil untuk elemen utama pengambilan gambar televisi yaitu close up masing-masing pemain yang sedang berdialog. Namun, harus diulang hingga enam kali karena sutradara menganggap akting mereka kurang bagus. Menariknya, tempat yang menjadi latar dalam cerita tersebut adalah sebuah ruang tamu. Namun dalam proses pengambilan gambarnya, ruangan yang digunakan sebenarnya adalah ruangan garasi tempat parkir mobil. Dengan kejelian sutradara dan kreatif tim artistik dalam menata ruangan tersebut, ruang garasi bisa beralih fungsi menjadi ruang tamu yang meyakinkan. Tim artistik menata ruang sesuai dengan continuitas cerita dari awal. Misalnya, ruang tamu biasa dilengkapi dengan hiasan dinding berupa lukisan air terjun, maka lukisan air terjun akan selalu dihadirkan apabila di skenario tertulis ruang tamu. Hal ini menjadi penting untuk menjaga continuitas latar cerita. Yang tidak dapat dianggap sepele adalah pencatatan time code saat berlangsungnya produksi. Catatan ini yang nanti digunakan untuk memudahkan dalam pelaksanaan proses editing dalam pasca-produksi. Yang bertugas mencatat time code ini adalah bagian asisten penyutradaraan, termasuk juga petugas klapper yang mencatat scene yang sedang direkam. 15 Catatan time code ini yang nantinya dibawa bersama video hasil shooting dan diberikan kepada divisi editor untuk diedit sedemikian rupa sehingga menjadi runtutan cerita yang bisa dinikmati oleh penonton di televisi. Sarana yang digunakan pada proses produksi sinetron ini adalah: 15 Wawancara dengan Asep Zaetu, Editor Sinetron Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010 di Kantor Multivision Plus. 1 2 buah Kamera; 2 2 buah Tripod dan Dolly; 3 2 buah kaset Betacam; 4 1 unit VTR; 5 Lighting; 1 buah lampu berkekuatan 1000watt, dan 3 buah lampu berkekuatan 500watt. 6 3 buah Stereofoam dan satu buah kain tipis untuk shooting outdoor; 7 1 buah Mic boom; 8 1 unit Audio mixer; 9 1 buah Klapp; 10 1 unit Genset untuk shooting outdoor; 11 Sarana transportasi untuk shooting outdoor; 12 Tiang dan kabel untuk keperluan tertentu. 16 Sedangkan prasarana yang digunakan meliputi ruang meeting, ruang editing, ruang mastering, serta segala perlengkapan properties yang dibutuhkan demi kelancaran shooting. Seperti, lukisan, sofa dan kursi, karpet, hiasan dinding, telepon seluler, foto, dan lain-lain. c. Pelaksanaan Pasca Produksi Episode 35 Pelaksanaan pasca produksi merupakan proses editing dari gambar yang telah diambil di lokasi. Proses editing dalam satu episode 16 Keduabelas sarana tersebut adalah sarana yang digunakan dalam satu tim produksi. Maka, dalam dua tim produksi Islam KTP ini membutuhkan dua kali lipat sarana yang disebutkan di atas. menghabiskan waktu hingga satu hari karena banyaknya jumlah scene serta kesulitan-kesulitan untuk memenuhi standar perusahaan. Awalnya, proses ini dilakukan oleh editor offline yakni melakukan fading atau membuat laporan berupa klip ke dalam komputer, lalu memasukkan atau input gambar dan suara ke dalam komputer melalui kaset betacam dari lokasi ke dalam harddisk komputer. Setelah selesai oleh editor offline, proses dilanjutkan oleh editor, yakni Asep Zaetu, dia yang menyambung adegan satu dengan adegan yang lain, membuang adegan-adegan yang tidak memiliki nilai pada episode selanjutnya, serta melakukan pemadatan-pemadatan dialog yang dianggap tidak penting. Pada proses inilah editor berusaha menampilkan cerita yang runtut dan menarik dengan memasangkan shot-shot terbaik. 17 Setelah editor selesai mengedit, selanjutnya adalah proses mixing, yakni menyambung gambar, suara dengan musik. Editor melakukan penyeimbangan gambar dan suara dari lokasi shooting dengan menambahkan ilustrasi musik pada adegan-adegan tertentu. Setelah proses ini selesai, ruangan berpindah pada ruang mastering, di ruang inilah, pimpinan produksi, Sigit Gustav, melakukan QC atau Quality Control, yakni memeriksa kembali hasil editing, didampingi oleh supervisi produksi, Arie Aziz, serta Susan. 17 Wawancara dengan Asep Zaetu, Editor Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010 pkl.13:15 WIB Kantor Multivision Plus Setelah itu, lalu dilakukanlah mastering, yakni transfer dari hardisk komputer untuk selanjutnya dikirimkan pada stasiun televisi untuk ditayangkan. Alur flow chart editing ini dapat dilihat pada lampiran. Durasi dalam satu kali tayang adalah 60 menit, namun pihak stasiun televisi memberikan waktu sekitar 42 menit untuk cerita, sehingga editor membagi ke dalam lima segmen untuk jeda iklan dengan durasi rata-rata per satu segmen pada episode ini, adalah sebagai berikut:  Segmen pertama : -+ 10 menit  Segmen kedua : -+ 8 menit  Segmen ketiga : -+ 8 menit  Segmen keempat : -+ 10 menit  Segmen kelima : -+ 6 menit 18

2. Episode 150