2. Dakwah Mauidzotul Hasanah
Adapun Dakwah Mauidzoh Hasanah Ali penulis klasifikasikan ke dalam beberap bentuk:
a. Nasihat atau petuah.
Ali menggunakan irama yang panjang dalam menyampaikan nasihat- nasihatnya yang padat dan mengandung argument-argumen berbobot, yang
sanggup menggoncang hati pendengar serta meninggalkan pengaruh yang sangat ,mendalam pada jiwa yang mendengarkan nasihat-nasihatnya.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Umar telah berkata kepada Ali: “Nasihatilah aku Abu hasan” Ali berkata ”jangan jadikan
keyakinanmu menjadi keraguan, ilmumu menjadi kebodohan, dan dugaanmu menjadi hak. Dan ketahuilah, tidak ada jatah bagimu dari dunia ini kecuali apa
yang telah diberikan kepadamu hingga habis, atau dijatahkan untukmu hingga punah, atau yang kamu kenakan hingga lapuk.”
10
Nasihat yang diberikan Ali kepada Umar menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan kesempurnaannya yaitu diberinya manusia hati dan
akal fikiran untuk melengkapi kekhalifahannya di muka bumi. Namun Allah memberinya pula potensi nafsu yang membuat manusia menjadi khilaf dan salah.
Oleh karenanya manusia senantiasa memerlukan peringatan dan nasihat dari orang lain.
b. kabar gembira dan peringatan tabsyir wa tandzir
Bentuk metode ini sangat penting dilakukan, terutama kepada masyarakat yang mempunyai latarbelakang pendidikan yang rendah dan pemahaman
10
Handzalah, Taushiyah Ruhiyah Sahabat, Jakarta: Pustaka Imani, 1995, h.21
keagamaan yang lemah, sehingga perlu adanya motivasi dan harapan dalam beragam melalui bentuk tabsyir dan tandzir.
Pada satu waktu sesekali pernah Yazid bin Qais sangat terlambat dalam pengiriman pajak penghasilan. Kemudian Ali r.a menulis surat kepadanya.
“Jelaskan tentang penundaan pengiriman pajak. Aku menasihatimu agar takut kepada Allah Swt dan memperingatkanmu agar tidak mengulanginya dikemudian
hari, sebaliknya kesalehan kebijakanmu akan hilang dan jihadmu untuk Allah akan rusk. Takutlah kepada Allah Swt dan peliharalah dirimu dari kekayaan yang
tidak sah. Jangan memberiku kesempatan utuk memperingatkan kesalahan lagi.”
11
Contoh diatas menunjukkan bahwa seorang dai harus senantiasa memberikan dorongan kepada mad’unya agar selalu berbuat baik, pemberian
motivasi juga sangat diperlukan untuk mengajak manusia agar berlomba-lomba berbuat bermacam-macam ketaatan. Tetapi, pada sisi yang lain, perlu adanya
tindakan preventif agar umat mudah untuk berbuat kemaksiatan, maka mereka harus diberikan peringatan dan ancaman.
b. Wasiat