Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang abadi yang terangkum dalam teks-teks al-Quran dan sunah Rasulullah saw, sosok yang tak pernah mengucapkan satu kata pun dari mulutnya kecuali wahyu Tuhan semesta Alam. Allah swt dan Rasul-Nya telah mengetahui bahwa umatnya akan berbeda pendapat setelah kepergian beliau. Sehingga atas dasar inilah, al-Quran telah menurunkan obor penerang kepada umat yang dapat digunakan selepas Rasulullah saw, pelita yang dapat menuntun manusia sehingga mengikuti jejak yang pernah ditinggalkan oleh beliau, dan dapat membantu mereka dalam memahami dan menafsirkan arahan-arahannya, obor itu tak lain adalah ahlulbait a.s yakni para sahabat sepeninggalnya. 1 Tak dapat dipungkiri bahwa kepergian Rasulullah SAW telah membawa angin lain dalam kehidupan para sahabat. Terjadinya pertemuan tsaqifah yang menghasilkan pemilihan khalifah pertama meski Rasulullah SAW belum dimakamkan. Pada tahun ke-13 H, khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq, meninggal dunia dan menunjuk khalifah Ustman bin Affan. Pada tahun 35 H, khalifah Ustman terbunuh dan kaum muslimin secara demokrasi memilih serta menunjuk Imam Ali sebagai khalifah dan pengganti Rasulullah SAW dan sejak saat itulah beliau memimpin negara Islam. Selama masa kekhalifahannya yang hampir 4 tahun 9 bulan, Ali mengikuti cara yang digunakan Nabi dan mulai menyusun sistem yang islami dengan 1 Tim The Ahl-Ul Bayt Word Assembly, Teladan Abadi Ali bin Abi Thalib, Jakarta: al-Huda, 2008, cet-1. h.23 1 membentuk gerakan spiritual dan pembaharuan. Hapir sebagian besar hari-hari pemerintahan Imam Ali bin Abi Thalib r.a digunakan untuk peperangan intern melawan pihak-pihak oposisi yang sangat merugikan Negara Islam seperti perang jamal, perang Siffin serta perang Nahrawan. Imam Ali adalah sosok manusia perkasa dengan segala karakteristik yang khas dan sifat-sifatnya yang istimewa, sosok manusia yang paling mengagumkan dan paling sempurna disepanjang sejarah keberadaan manusia. Beliau adalah sosok pahlawan yang menghunus pedang demi membela risalah Allah dan wahyu langit. Perang-perang yang pernah diterjuninya seperti Badar, Uhud, Khaibar serta Ahzab bercerita sendiri tentang bagaimana keberanian, pembelaan, keteguhan, serta ketinggian daya juang beliau. Apabila menceritakan tentangnya dari sudut pandang ilmu dan pengetahuan kita akan tertawan oleh pemikiran-pemikirannya yang cemerlang, yang dipenuhi muatan balaghah dan kefasihan bicara. Beliau merupakan pintu untuk memasuki kota pengetahuan Rasulullah saw. Kunci-kunci syariat berada dalam genggamannya, betapa banyak Syubhat yang telah beliau robohkan dan banyak hal-hal samar yang telah beliau kuak. Betapa banyak persoalan-persoalan rumit dan teka-teki membingungkan yang sudah beliau pecahkan. Ali adalah seorang yang tegas saat bicara dan adil saat memutuskan. Sehingga tak heran, ketika beliau memangku kekhalifahan, kebenaran kembali ke tempat semulanya. Ketidakadilan diluruskan dan segalanya dibagi tanpa perbedaan. Jika mencermati kezuhudan beliau, maka beliaulah yang paling zuhud dan kuat beribadah. Pada dirinya, akan ditemukan sosok seorang sufi yang meninggalkan dunia ini secara keseluruhan sehingga yang ada dibenaknya hanyalah tujuan akhirat semata 2 . Sifat-sifat mulia yang dimiliki Ali tersebut di atas tentunya menjadi modal utama yang harus dimiliki da’I dalam setiap pelaksanaan dakwah. Karena dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapanpun dan dimanapun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan, melainkan harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pikiran dan pendirian. Jika dakwah salah dalam pendekatan maka dapat dipastikan dakwah tidak akan memenuhi sasaran, bahkan mungkin saja muncul efek yang sebaliknya. 3 Memilih cara dan metode yang tepat, agar dakwah menjadi aktual, faktual dan kontekstual, menjadi bagian strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan cara, kegiatan dakwah akan terjerumus kedalam upaya sia-sia. Aktivitas dakwah akan berputar dalam pemecahan problema tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya. 4 Oleh sebab itu, perlu kiranya jika dilakukan penelitian tentang metode- metode apa saja yang dilakukan Ali bin Abi Thalib terkait dengan eksistensinya sebagai Khalifah keempat. Sehingga peneliti akan meneliti dengan judul “METODE DAKWAH ALI BIN ABI THALIB ” 2 Abbas Ali al-Musawi, Ali bin Abi Thalib Manusia Sempurna, Jakarta: Cahaya, 2008 cet 1, h. 10 3 Nana Rukmana D.W. Masjid dan Dakwah, Jakarta: al-Mawardi Prima, 2002 cet 1, h.164 4 Munzir Supatra dan Harjani Hefni ed, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003, h.xiii

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah