2. Argumentatif dan Logis
Diskusidialog adalah bertujuan akhir agar lawan menyadari atau mengikuti daripada apa yang kita inginkan. Maka sangatlah nisbi apabila di dalam
menyuguhkan bantahan atau alas an tidak masuk akal. Oleh sebab itu, jawaban yang argumentative dan logislah yang mampu membawa lawan untuk
menerimanya. Sekali waktu ia menghadapi seorang Yahudi dalam sebuah perkelahian,
dan duduk diatas dada orang yahudi tersebut untuk membunuhnya. Orang yahudi tersebut meludahi wajahnya. Ali seketika bangkit meninggalkannya. Ali berkata,
“Aku memb unuhmu karena Allah, tetapi ketika engkau meludah di wajahku, keikhlasanku telah dikalahkan perasaan pribadi.” Mendengar hal ini, orang
Yahudi tersebut dengan segera menyatakan menerima Islam.
14
3. Bertujuan untuk mencapai kebenaran
Setiap individu atauppun keompok harus mencapai tujuan yaitu menampakkan dan menjelaskan kebenaran masalah yang diperselisihkan.
Abu Sufyan tidak setuju terhadap pengangkatan Abu baker. Ia berkata kepada Ali. Namun Ali memberikan pernyataan yang membuatnya amat kecewa
dengna jawabannya yang keras: “Sungguh anda tetap sebagai musuh Islam dan kaum muslimin meskipun sikap itu tidak mampu mendatangkan kerugian Bagi
islam atau kaum muslimin sedikitpun”.
15
14
Majid Ali Khan, Sisi hidup para khalifah saleh, Surabaya: Risalah Gusti,2000, h.247
15
Abul ‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, Bandung: Penerbit Mizan Anggota IKAPI, 2000,h.127
4. Tawadlu
Didalam berdiskusi kadang terjadi ketidak tawadluan dalam mengemukakan pendapat atau alasannya, karena ia meras apaling benar, paling
bisa apalagi paling berkuasa. Pada suatu ketika pernah orang-orang menangkap lima orang perusuh,
diantara mereka yangmencaci-maki dengan terang-terangan, bahkan seorang diantara mereka bersumpah dihadapan orang banyak akan membunuh Ali.
Sungguhpun demikian, Ali telah melepaskan mereka dan tidak mengambil suatu tindakan untuk menghukum mereka.
16
5. Memberi kesempatan pada pihak lawan
Dalam sebuah perdebatan tentuya terjaid saling pendapat antara kedua belah pihak, hal semacam ini tidak akan menemui titik temu jika tidak ada pihak
yang mau mengalah dalam berargumen. Mka sebaiknya sebagai seorang da’I harus senantiasa memberikan kesempatan pada pihak lawan dalam berargumen.
Seperti yang dicontohkan Ali ketika dating seorang Yahudi dari MAdinah yang mengaku dirinya keturunan Harun saudara Musa bin Imran, Ia berkata “Aku
bertanya kepadamu tentang tiga pertanyaan, bila jawabanmu benar, satu pertanyaan lagi akan aku ujarkan, bila engkau salah menjawab tiga soal
pertama, engkau tidak akan melanjutkan pertanyaannku”. Ali menjawab seluruh pertanyaan yang ditanyakan. Si Yahudi pun masu Islam.
17
16
Abul ‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, Bandung: Penerbit Mizan Anggota IKAPI, 2000,h.129
17
Mahdi Faqih Imani, Mengapa Mesti Ali, Jakarta: Lentera Citra, 2006, h.143
Berikut langkah-langkah atau cata dalam berdialog yang dilakukan Ali bin Abi Thalib dalam penyampaiab dakwahnya.
1. Mendengarkan pihak lawan dengan Arief, bijak dan seksama.