Mematahkan pendapat alas an dengan serang balik. Apologik dan Elentika Jawaban yang lugas, langsung pada apa yang ditanyakan.

2. Menggunakan ilustrasiKiasangambaran

Ilustrasi adalah sarana untuk mendekatkan lawan bicara agar lebih yakin terhadap argument yang kita sampaikan. Ilustrasi berguna untuk melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraan. Pada suatu hari Aqil dating ke rumah Ali dan memohon dipinjami uang dari baitul Mal untuk memenuhi kebutuhan dan rasa lapar anak-anaknya. Tapi Ali menolaknya mentah-mentah bahkan mendekatkan sebuah besi ketubuhnya. Ketika Aqil berteriak ketakutan, maka Ali berkata “Kamu merasa keberatan atau kehilangan anak, hei Aqil apakah engkau mengerang ketakutan menghadapi besi yang dijaga oleh pemiliknya untuk mainan, dan engkau menarik aku ke dalam api neraka yang menyala-nyala penuh api. Apakah engkau mengerang ketakutan menghadapi kemelaratan, tapi berani menghadapi neraka?” 20

3. Mematahkan pendapat alas an dengan serang balik.

Langkah ini diambil apabila lawan sudah melampaui batas. Akan tetapi, tetap memperhatikan norma-norma dan etika dalam berdialog. Dalam perdebatan antara Thalhah bin Syaibah dengna Abbas bin Abdul Muthalib, Thalhah mengatakan, “Aku adalah orang yang paling mulia atas Baitullah ini, sebab kunci-kuncinya berada ditanganku.” Abbas menjawab “Tidak, akulah yang lebih mulia. Sebab, akulah yang memberi minum orang-orang yang mengerjakan ibadah haji” 20 Abdul Halim Uweis Musthafa ‘Asyur, Sayidina Ali Khalifah keempat yagn dideskriditkan, Jakarta: yayasan lumni timur Tengah Indonesia,1997, h. 104 Ketika kedua orang itu beradu mulut, lewatlah Imam Ali, yang kemudian mengakhiri perdebatan mereka berdua dengan mengatakan “Aku sudah shalat sebelum orang lain mengerjakannnya, dan akulah pemilik jihad.” 21

4. Apologik dan Elentika

Diskusi kadang menghadapi pihak lawan yang mudah menerima argument yang kita sampaikan. Dialog yang demikian kadang terjadi dalam satu agama dan tidak fanatic terhadap faham yang dianutnya. Perdebatan sengit antara Ali dan Abdullah al-AKiwa tentang keputsan arbitrase. Ali berkata “Apa kamu tidak tahu bahwa aku mengutusnya seorang muslim, lalu ia kafir –menurut kamu- setelah pengiriman itu? Apa kamu tahu bahwa rasulullah jika mengutus seornag muslim kepada orang-orang kafir untuk memanggil mereka ke alan Allah –Sebagaimana terjadi pada masa Rasulullah- lalu orang itu mengajak kepada jalan selain Allah. Apakah Rasulullah juga menanggung dosa terhadap kelakuan orang itu? Kata Abdul Kiwa “Tidak”. Kata Ali “lalu apakah saya harus menanggung dosa, jika Abu Musa tersesat? Dengan ketersesatan Abu Musa itu, apa lalu boleh kamu sekalian mengangkat pedang lalu memerangi manusia.” 22 Mereka pun berlalu meninggalkan Ali karena mereka merasa kalah dengna pernyataan mereka sendiri.

5. Jangan marah.

Diskusi dialog kadang-kadang dihadapkan dengan persoalan yang rumit dimana lawan bicara tidak mau menerima atau bahkan mencaci terhadap da’i. Oleh akrena itu, da’I tidak boleh terpancing untuk marah. Karena terjadi adalah kebuntuan dialog tersebut, dan ini berarti kebuntuan dakwah. Padahal dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. 21 Ahsin Muhammad dan Afif Muhammad, para pemuka ahlu Bayt Nabi, Jakarta: Pustaka Hidayah, 2004,h.46 22 Abdul Halim Uweis Musthafa ‘Asyur, Sayidina Ali Khalifah keempat yagn dideskriditkan, Jakarta: yayasan lumni timur Tengah Indonesia,1997, h. 91 Setelah perang jamal reda. Kemudian Ali berkunjung kepada Aisyah dirumahnya, dan duduk dihadapannya. Lalu Syatiyah binti Thalhah berteriak berkali-kali kepada Ali: “Semoga Allah meyatimkan anak-anakmu sebagaimana kamu telah meyatimkan anak-anakku” Ali diam saja. Ada seseorang yang marah mendengar caci maki Syafiyah, lalu berkata kepada Ali. “Hai amirul mukminin, apakah anda diam saja menghadapi wanita ini” Ali menjawab “Kita diperintahkan untuk menahan diri terhadap kaum wanita yang musyrik. Apalagi terhadap kaum wanita yang muslimah”. 23

b. As-Ilah Wa Ajwibah Tanya jawab

Tanya jawab merupakan salah satu metode di dalam berdakwah. Ia merupakan bagian dari metode dialogis dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Kesan yang ditimbulkan melalui metode Tanya jawab ini lebih kuat bila dibandingkan hanya dengan berkomunikasi satu arah. Berikut penulis cantumkan bentuk-bentuk As-Ilah Wa Ajwibah yag dilalukan Ali bin Abi Thalib.

1. Jawaban yang lugas, langsung pada apa yang ditanyakan.

Seorang Yahudi bertanya kepada Ali “Ceritakan kepadaku apa yang tidak dimiliki Allah? Ceritakan pula kepadaku sesuatu yang tidak ada pada Allah dan yang tidak diketahui Allah” Ali menjawab “Pertanyaanmu tetnang apa yang tidak ada disisi Allah, jawabannya adalah Allah tidak memiliki kedzaliman kepada 23 Abdul Halim Uweis Musthafa ‘Asyur, Sayidina Ali Khalifah keempat yagn dideskriditkan, Jakarta: yayasan lumni timur Tengah Indonesia,1997, h. 79 hamba-hambanya. Pertanyaanmu tantang apa yang tidak dimiliki Allah, jawabannya adalah Allah tidak memiliki sekutu” Saat itu juga yahudi berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, bahwa Muhammad adalah Rasulullah” 24 2. Jawabannya dalam bentuk pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban lisan, tetapi cukup direnungi dan dihayati maksudnya. Ketika Ali r.a hampir wafat, orang banyakpun bertanya kepadanya: “Apakah anda akan membaiat Hasan, putera Anda?” maka beliau menjawab “Aku tidak memerintahkan kepada kalian dan tidak melarang kalian, kalian lebih mengerti” 25

3. Jawaban yang sama dari pertanyaan yang sama dan berulang-ulang.