Anatomi Mukosa Rongga Mulut

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7 tidak adanya kehilangan perlekatan, 8 tidak adanya keropos tulang, dan 9 perubahan histologis. Intensitas tanda dan gejala klinis akan bervariasi antar individu serta bergantung pada bagian gigi yang terinfeksi Panagakos FS dan Robin M. Davies, 2011. Periodontitis adalah reaksi inflamasi pada jaringan sekitar gigi, biasanya dihasilkan dari perluasan inflamasi gingiva gingivitis yang disebabkan oleh bakteri yang tinggal di biofilm plak pada permukaan gigi subgingiva. Peradangan ini dapat menyebabkan hilangnya epitel junctional lama di sulkus normal, sehingga membentuk kantong periodontal. Selanjutnya jaringan disekitar gigi mengalami kehilangan perlekatan jaringan ikat, pembentukan cacat antartulang intrabony, dan akhirnya, kemungkinan kehilangan gigi dapat terjadi Andersen, Roger et al., 2007. Keterangan: Bagian kiri: tanda-tanda klinis dari inflamasi kemerahan, edema, perdarahan dan tanda-tanda kehilangan perlekatan periodontal atau kehilangan tulang alveolar tidak jelas. Bagian kanan: Hasil respon inflamasi ditandai dengan kerusakan kolagen dan periodontal serta kehilangan tulang alveolar, dan tanda-tanda klinis dari peradangan. Gambar 2.1. Keadaan Gingivitis dan Periodontitis [sumber : Panagakos FS dan Robin M. Davies, 2011]

2.2 Anatomi Mukosa Rongga Mulut

Oral mukosa tersusun dari lapisan terluar epitel berlapis. Di bawahnya terdapat sebuah membran basal, lamina propria diikuti oleh submukosa sebagai lapisan terdalam Dwivedi et al., 2013. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2. Anatomi Mukosa Rongga Mulut [sumber : Kaul et al., 2011] Epitel sebagai lapisan pelindung untuk jaringan di bawahnya, dibagi menjadi a Permukaan nonkeratin ditemukan pada lapisan mukosa dari langit-langit lunak, permukaan ventral lidah, dasar mulut, mukosa alveolar, vestibulum, bibir, dan pipi. b Epitel keratin ditemukan di palatal keras dan area nonfleksibel dari rongga mulut. Sel-sel epitel yang berasal dari sel-sel basal, matang, mengubah bentuk mereka, dan bertambah besar saat bergerak menuju permukaan Kaul et al., 2011. Ketebalan mukosa mulut bervariasi tergantung situsnya: mukosa bukal memiliki ketebalan 500-800 µm, sementara ketebalan mukosa dari palatal keras dan lunak, dasar mulut, ventral lidah, dan gingiva memiliki ukuran sekitar 100-200 µm. Secara umum, permeabilitas mukosa mulut jika diurutkan sublingual lebih besar dari bukal, dan bukal lebih besar dari palatal. Urutan peringkat ini didasarkan pada ketebalan relatif dan tingkat keratinisasi jaringan ini, dimana mukosa sublingual relatif tipis dan nonkeratin, bukal tebal dan nonkeratin, dan palatal menengah dalam ketebalan tetapi keratin Dwivedi et al., 2013. Terdapat dua rute kemungkinan penyerapan obat melalui epitel berlapis skuamosa dari mukosa mulut Dwivedi et al., 2013 : 1 Transeluler intraseluler, melewati sel. 2 Paraseluler antarsel, lewat di sekitar sel. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam rongga mukosa mulut, pengiriman obat diklasifikasikan menjadi tiga kategori : 1 Pengiriman sublingual: terdiri dari administrasi melalui membran dari permukaan ventral lidah dan dasar mulut. Mukosa sublingual relatif permeabel, memberikan penyerapan yang cepat dan ketersediaan hayati yang dapat diterima banyak obat, nyaman, mudah diakses dan umumnya dapat diterima dengan baik Singh et al., 2011. 2 Pengiriman bukal: terdiri dari administrasi melalui mukosa bukal, terutama terdiri dari lapisan pipi. Mukosa bukal kurang permeabel dibandingkan daerah sublingual, umumnya tidak mampu memberikan penyerapan yang cepat dan ketersediaan hayati yang baik dibandingkan administrasi sublingual Singh et al., 2011. 3 Pengiriman lokal: terdiri dari administrasi melalui semua daerah lain kecuali dua daerah di atas. Pengiriman lokal ke jaringan rongga mulut memiliki sejumlah aplikasi, termasuk pengobatan sakit gigi, penyakit periodontal, infeksi bakteri dan jamur, aphthous, dan stomaitis gigi serta dalam memfasilitasi perpindahan gigi dengan prostaglandin Singh et al., 2011.

2.3 Gingiva

Dokumen yang terkait

Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) Sebagai Sediaan Lokal Penanganan Inflamasi pada Penyakit Periodontal.

3 35 80

Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Sodium Carboxymethylcellulose (SCMC) sebagai Sediaan Lokal Penanganan Inflamasi pada Penyakit Periodontal

4 23 65

FORMULASI PATCH AMOKSISILIN DENGAN KOMBINASI POLIMER HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) DAN PVP (Polivinil Pirolidon) SEBAGAI PENDEKATAN PENANGANAN SARIAWAN

0 4 18

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

14 82 132

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

0 0 2

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

0 1 5

Pembuatan dan Evaluasi secara In Vitro Sediaan Oral Dissolving Film (ODF) Chlorpheniramine Maleate Menggunakan Kombinasi Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Pektin

0 0 58

OPTIMASI FORMULA FLOATING TABLET FAMOTIDIN DENGAN KOMBINASI POLIMER HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA K100M DAN ETIL SELULOSA | Adyanti | Majalah Farmaseutik 27792 61066 1 SM

2 1 16

PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITROSEDIAAN ORAL DISSOLVING FILM (ODF)CHLORPHENIRAMINE MALEATE MENGGUNAKAN KOMBINASI POLIMER HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC) DAN PEKTIN SKRIPSI

0 1 17

PERBANDINGAN PELEPASAN PROPRANOLOL HIDROKLORIDA DARI MATRIKS KITOSAN, ETIL SELULOSA (EC) DAN HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC)

0 0 9