Kuat Patah Ketahanan Api Ketahanan Kimia Scanning Electron Microscope SEM

Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. dengan: P : Gaya tarik kgf A : Luas penampang cm 2

2.6.7 Kuat Patah

Pengukuran kuat patah flexural strength, jika batang uji ditumpu pada R1 dan R2 dan beban tekuk P diberikan di tengah, maka tegangan maksimum pada titik nol ditengah atau kuat patah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut Tata Surdia et al, 1984. 3 x P x l Kuat Patah = ------------ ………………………….............. 2.6.7 2 x b x h 2 dengan: P = Gaya penekan kgf l = Panjang span cm b = Lebar penampang cm h = Tinggi penampang cm

2.6.8 Ketahanan Api

Uji ketahanan api beton dilakukan berdasarkan standar SNI 03-1741-1989, dari komposisi sampel yang dibuat dengan kualitas yang terbaik saja. Pengujian dilakukan dengan cara mengamati lamanya waktu sampel beton tersebut setelah dikenai nyala api, suhunya sekitar 700 – 800 C secara langsung dan kemudian diukur kekuatan mekanik atau kuat tekannya. Dari hasil pengujian dapat ditunjukkan apakah sampel beton tersebut setelah dibakar masih dalam kondisi baik atau terjadi degradasi. Suatu material beton akan dikatakan tahan terhadap nyala api firing test Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. bila nilai kuat tekan beton setelah terkena api selama 4 jam tidak mengalami degradasi yang terlalu besar Ongah R. et al, 2008

2.6.9 Ketahanan Kimia

Pengujian terhadap ketahanan kimia dari beton perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi beton tersebut dapat diterapkan pada kondisi lingkungan ekstrim. Adapun larutan yang digunakan sebagai media uji adalah 5 sodium sulfat Na 2 SO 4 dan 10 asam sulfat H 2 SO 4 . Analisis dilakukan dengan mengamati secara visual, perubahan massa dan kuat tekan setelah mengalami proses perendaman selama 7, 14, 21, 28 dan 56 hari Eglinton S. M, 1987. Dari hasil pengujian ini akan diperlihatkan pengaruh perubahan nilai massa dan kuat tekan dari beton tersebut setelah proses perendaman.

2.6.10 Scanning Electron Microscope SEM

Pengujian mikrostruktur dari beton berbasis serbuk kulit kerang dilakukan dengan teknik Scanning Electron Microscope SEM untuk melihat bentuk dan ukuran partikel penyusunnya. Scanning Electron Microscope SEM merupakan mikroskop elekteron yang banyak digunakan untuk analisa permukaan dari suatu material. SEM juga dapat digunakan untuk menganalisa data kristalografi, sehingga dapat dikembangkan untuk menentukan elemen atau senyawa. Prinsip kerja SEM dapat dilihat pada Gambar 2.3, dimana dua sinar elektron digunakan secara simultan. Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. Satu strike specimen digunakan untuk menguji dan strike yang lain adalah CRT Cathode Ray Tube untuk memberi tampilan gambar. SEM menggunakan prinsip scanning yaitu berkas elektron di arahkan dari titik ke titik pada objek. Gerakan berkas elektron dari satu titik ke titik yang lain pada suatu daerah objek menyerupai gerakan membaca. Gerakan membaca ini disebut dengan scanning. Komponen utama SEM terdiri dari dua unit, electron column B dan display console A. Electron column merupakan model electron beam scanning. Sedangkan display console merupakan elektron skunder yang di dalamnya terdapat CRT. Pancaran elektron energi tinggi dihasilkan oleh electron gun yang kedua tipenya berdasar pada pemanfaatan arus chan, 1993. A A B B Scan Generator Detector Scan Detector Scan Deflector Signal Amp Incident Beam Gambar 2.4 Skema prinsip dasar SEM Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin, Tanjung Morawa dan LIPI Serpong Jakarta 3.2. Bahan Baku dan Peralatan 3.2.1 Bahan Baku