Ketahanan Api Ketahanan Kimia

Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. Prosedur pengujian kuat patah adalah sebagai berikut: 1. Sampel berbentuk balok diukur lebar dan tingginya, minimal dilakukan tiga kali pengulangan, kemudian atur jarak titik tumpu span sebesar 10 cm sebagai dudukan sampel, lihat Gambar 3.6. 2. Atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan motor penggerak kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung, alat ukur atau gaya terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol. 3. Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian gaya lihat gambar dan arahkan switch ONOFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mmmenit. 4. Apabila sampel telah patah, arahkan switch ke arah OF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel display, saat beton tersebut patah. Dengan menggunakan persamaan 2.6.7 maka nilai kuat patah dari beton dapat diperoleh.

3.6.8 Ketahanan Api

Uji ketahan api atau Firing test dari material beton adalah untuk mengetahui sejauh mana kamampuan material beton atau kekuatan mekanik setelah mengalami kebakaran oleh nyala api. Pengujiannya dilakukan dengan cara kontak langsung Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. material beton dengan api atau suhu nyala api selama waktu tertentu 30, 60, 120, 180, 240 dan 300 menit. Pada pengujian ini dipilih salah satu sampel beton yang mempunyai sifat fisis dan mekanik yang terbaik, yaitu pada komposisi 80 serbuk kulit kerang dan 20 resin epoksi yang telah dikeringkan selama 8 jam pada suhu 60 o C. Dari hasil ini akan ditunjukkan apakah sampel beton tersebut setelah dibakar, masih kondisi baik atau tidak mengalami degradasi.

3.6.9 Ketahanan Kimia

Pengujian terhadap ketahanan kimia dilakukan dengan cara perendaman kedalam larutan 5 sodium sulfat Na 2 SO 4 dan 10 larutan asam sulfat H 2 SO 4 . Analisa dilakukan dengan mengamati secara visual visual appearance, perubahan massa dan kuat tekan setelah mengalami proses perendaman selama 7, 14, 21, 28 dan 56 hari. Mekanisme pengujian terhadap bahan kimia dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Rendam sampel uji beton dalam masing–masing larutan asam sulfat Na 2 SO 4 dan sodium sulfat H 2 SO 4 untuk rentang waktu yang ditentukan, yaitu 7, 14, 21, 28 dan 56 hari. 2. Setelah 7 hari beton tersebut diamati secara visual apakah terjadi kerusakan terhadap beton karena pengaruh bahan kimia asam sulfat H 2 SO 4 maupun sodium sulfat Na 2 SO 4 . Shinta Marito Siregar : Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap Karakteristik Beton Polimer, 2009. 3. Lakukan penimbangan terhadap sampel beton setelah mengalami perendaman, apakah terjadi perubahan massa dan gunakan neraca digital untuk penimbangan massa sampel. 4. Lakukan pegujian kuat tekan beton setelah mengalami proses perendaman dan gunakan universal testing mechine UTM untuk pengukurannya. 5. Lakukan juga pengamatan secara visual, pengujian perubahan massa dan kuat tekan untuk sampel lainnya setelah perendaman selama 14, 21, 28, dan 56 hari.

3.6.10 Scanning Electron Microscope SEM