Identitas Responden Karakteristik Responden

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Berdasarkan jenis kelamin responden yang paling banyak adalah perempuan 52, hal ini terjadi karena secara umum angka morbiditas perempuan lebih tinggi dan lebih merasakan sakit dibandingkan laki-laki serta sering mengalami keluhan kualitas hidup Situmorang, 2004. Menurut Lumenta 1998, bahwa pasien jenis kelamin laki-laki memiliki harapan atau tuntutan yang lebih besar serta cenderung lebih puas terhadap pelayanan kesehatan, hal ini menyebabkan tingkat utilisasi laki-laki lebih sedikit dibandinkan perempuan. Berdasarkan pendidikan responden yang paling banyak memanfaatkanutilisasi puskesmas adalah yang berpendidikan SLTP 40, hal ini menunjukkan masyarakat yang tingkat pendidikannya lebih rendah mempunyai tingkat pengetahuan rendah pula tentang pentingnya arti kesehatan dibandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Secara teoritis Notoatmodjo 1997 mengatakan bahwa pendidikan formal seseorang beepengaruh terhadap pengetahuan, orang yang berpendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dari orang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya nilai kesehatan dan cenderung menuntut pelayanan dengan kualitas yang lebih baik. 45 Amir Addani : Pengaruh Karakteristik Masyarakat Terhadap Utilisasi Puskesmas di Kabupaten Bireuen..., 2008 USU e-Repository © 2008

5.2 Karakteristik Responden

Penelitian ini yang di pilih menjadi karaktristik responden yang di duga mempunyai pengaruh adalah pengetahuan, akses, pengeluaran biaya dan rasa aman. Dari hasil Uji Regresi Logistik, keempat variabel karakteristik responden secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap utilisasi Puskesmas. Diketahui nilai P = dari 0.05, secara berturut-turut pengetahuan P = 0.000, akses P = 0.003, biaya P = 0.000, rasa aman P = 0.001. Jika ditinjau berdasarkan hasil uji regresi logistik masing-masing variabel mempunyai nilai positif misalnya, pengetahuan B = 3.750, akses B = 2.517, rasa aman B = 2.096. Hal ini menunjukan bahwa karakteristik masyarakat yang memanfaatkan Puskesmas dari aspek pengetahauan, akses dan rasa aman mempunyai pengaruh yang searah dengan utilisasi Puskesmas. Dengan demikian apabila pengetahuan masyarakat ditingkatkan, akses masyarakat ke Puskesmas pada umumnya terjangkau masyarakat memiliki jaminan keamanan lingkungannya pada saat mencapai puskesmas maka hal ini secara ketiga variabel tersebut di atas akan meningkatkan utilisasi Puskesmas di Kabupaten Bireun. Notoatmodjo 1997 mengatakan, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Overt Behavior. Namun sesuai dengan penelitian Festinger Robbins, 2003, mengatakan bisa saja terjadi perbedaan antara pengetahuan dengan prilaku seseorang. Pengetahuan akan mempengaruhi prilaku masyarakat terhadap utilisasi Puskesmas. Akses yang memiliki pengaruh yang searah dimana utilasi akan meningkat. Pengamatan dilapangan menguatkan bahwa masyarakat yang sulit Amir Addani : Pengaruh Karakteristik Masyarakat Terhadap Utilisasi Puskesmas di Kabupaten Bireuen..., 2008 USU e-Repository © 2008 menjangkau tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas maka jumlah kunjungan masyarakat sangat kecil, oleh sebab itu utilisasi Puskesmas tiudak baik. Walaupun pihak Puskesmas telah memberikan pengobatan secara cuma-Cuma gratis. Penelitian ini di perkuat juga oleh hasil penelitian yang dilakukan Afrizal 2003 menyebutkan bahwa transportasi merupakan salah satu faktor pendukung bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian didapatkan 85 mudah dijangkau dan tersedianya angkutan umum yang dilalui oleh masyarakat. Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi dan memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat umumnya mencari yang lebih dekat karena dianggap selain ditinjau dari sudut ekonomis misalnya ongkos, masyarakat juga memperhitungkan tenaga dan waktu yang habis untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaruh distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang selalu terkonsentrasi didaerah perkotaan saja, dan sementara disitu tidak ditemukan masalah seperti didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik Azwar, 1996. Faktor keamanan merupakan faktor utama yang harus dihadapi oleh masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan karena konflik yang berkepanjangan di NAD yang membuat penurunan angka kunjungan ke palayanan kesehatan. Ini dibuktikan dangan hasil penelitian dengan menggunakan Uji Amir Addani : Pengaruh Karakteristik Masyarakat Terhadap Utilisasi Puskesmas di Kabupaten Bireuen..., 2008 USU e-Repository © 2008 Regresi Logistik, rasa aman yang diperoleh masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap pemanfatan pengobatan gratis di Kabupaten Bireun. Seperti yang diungkapkan oleh Maslow dan Blum, walupun kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, namun kebutuhan akan rasa aman dan lingkungan sosial budaya, politik dan ekonomi belum terpenuhi maka individu belum dapat dikatakan telah terpenuhi kebutuhan dasar, walaupun petugas kesehatan telah hadir lebih awal, namun masyarakat pencari pelayanan kesehatan tidak dapat menuju ke Puskesmas. Adapun variabel karakteristik dari hasil uji regresi logistik yang mempunyai nilai negatif adalah pengeluyaran biaya B = -3.478, berarti pengaruh pengeluaran biaya terhadap utilisasi berlawanan arah, jadi semangkin tinggi biaya yang akan dikeluarkan oleh masyarakat untuk memanfaatkan puskesmas maka akan menurunkan tingkat utilisasi puskesmas, walaupun diketahui masyarakat bahwa pengobatan gratis dilaksanakan oleh pihak puskesmas. Hasil penelitian yang dilakukan Siregar 2005 menyatakan bahwa penghasilan yang diperoleh masyarakat masih sangat minim untuk mencari pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan karena pendapatan yang diperoleh dibawah Upah Minimum Provinsi UMP. Senada dengan uraian dalam UNCTAD 1999 yang menyatakan salah satu efek krisis ekonomi di Indonesia dengan status kesehatan adalah kecenderungan mencari pelayanan lebih murah, artinya masyarakat yang sebelum krisis mempunyai penghasilan yang rendah, dengan terjadinya krisis ekonomi Amir Addani : Pengaruh Karakteristik Masyarakat Terhadap Utilisasi Puskesmas di Kabupaten Bireuen..., 2008 USU e-Repository © 2008 menyebabkan penghasilan semakin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk biaya kesehatan. Prayoga 2002 dalam penelitiannya menyatakan tentang akses keluarga miskin ke pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa tempat pelayanan yang banyak dikunjungi untuk rawat jalan yaitu praktek petugas kesehatan perawat sekitar 30,2 dan Puskesmas 28,5.

5.3. Keterbatasan