13 Parameter efek toksik adalah mortalitas, pertambahan berat badan, berat
organ relatif, konsumsi makanan dan minuman, uji laboratorium klinik, serta gambaran histopatologi organ.Berat badan dan konsumsi makanan diukur setiap
minggu.Berkurangnya pertambahan berat badan merupakan indeks efek toksik yang sederhana namun sensitif.Konsumsi makanan juga merupakan indikator
yang berguna, konsumsi makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip manifestasi toksik suatu zat BPOM RI, 2011.Uji laboratorium klinik
biasanya mencakup pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi.Disamping itu, berat relatif organ harus diukur karena merupakan
indikator yang berguna bagi toksisitas Lu, 1994.
2.3.1.2 Toksisitas kronik
Uji toksisitas kronis dilakukan dengan memberikan senyawa uji berulang- ulang selama masa hidup hewan uji atau sebagian besar masa hidupnya Priyanto,
2009. Prinsip toksisitas kronik oral pada umumnya sama dengan uji toksisitas subkronik, hanya pada toksisitas kronik sediaan uji yang diberikan lebih lama
yaitu tidak kurang dari 12 bulan BPOM RI, 2011.
2.3.2 Toksisitas khusus
2.3.2.1 Uji teratogenik
Uji teratogenik adalah suatu pengujian untuk memperoleh informasi adanya abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian suatu zat dalam masa
perkembangan embrio Priyanto, 2009.
Prinsip pengujian ini senyawa uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan kepada beberapa kelompok hewan hamil selama paling sedikit masa
organogenesis dari kehamilan, satu dosis untuk satu kelompok.Sesaat
14 sebelumwaktu melahirkan, uterus diambil dan dilakukan evaluasi terhadap fetus
OECD, 2008. 2.3.2.2
Uji mutagenik
Uji mutagenik adalah uji yang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kemungkinan terjadinya efek mutagenik suatu senyawa.Efek mutagenik
merupakan efek yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sifat genetika sel tubuh makhluk hidup Loomis, 1978.
2.3.2.3 Uji karsinogenik
Uji karsinogenik adalah uji yang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai efek korsinogenik suatu senyawa pada hewan percobaan Lu, 1994 dan
untuk mengetahui apakah zat jika dipakai dalam jangka panjang akan dapat menimbulkan kanker Priyanto, 2009.
2.4Hati 2.4.1 Anatomi hati
Hati adalah organ terbesar di tubuh dengan berat 1,5 kg, organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati merupakan organ tempat
pengolahan dan penyimpanan nutrient yang diserap dari usus halus untuk dipakai oleh bagian tubuh lainnya.Seluruh materi yang diserap melalui usus tiba di hati
melalui vena porta.Pada bagian bawah permukaan hati terdapat pembuluh darah masuk vena porta dan arteri hepatika, duktus hepatikus kiri dan kanan yang
keluar dari organ ini di daerah yang disebut portal hepatis Junqueira dan Carneiro, 2003.Hati terdiri dari dua lobus utama, yakni lobus kanan dan kiri yang
masing-masing
15 terdiri dari dua segmen. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan
posterior.Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral. Menurut Syaifuddin 2006 fungsi hati adalah sebagai berikut:
a. Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dan yang di simpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
b. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urin.
c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. d. Sekresi empedu, garam empedu di buat di hati, dibentuk dalam system
retikuloendotelium, dialirkan ke empedu. e. Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum,
dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin. f. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
2.4.2. Gambaran histopatologi hati