Toksisitas subkronik Toksisitas umum

12

2.3.1.2 Toksisitas subkronik

Uji toksisitas subkronik adalah suatu pengujian untuk mengetahui efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis yang diberikan secara oral pada hewan uji, biasanya setiap hari atau lima hari dalam seminggu selama 28 hari BPOM RI, 2011. Tujuan toksisitas subkronik oral adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, informasi kemungkinan adanya efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu OECD, 2008, untuk memberikan informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik dan mempelajari adanya efek reversibilitas zat tersebut BPOM RI, 2011. Prinsip uji toksisitas subkronik oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari OECD, 2008, bila diperlukan ditambahkan kelompok satelit untuk melihat adanya efek yang bersifat reversibel BPOM RI, 2011. Studi subkronik dapat dilakukan pada tikus dan mencit dengan rute pemberian yang lazim yaitu oral.Sekurang-kurangnya digunakan tiga kelompok dosis yang berbeda, 1 kelompok kontrol dan 2 kelompok satelit kelompok dosis tinggi dan kelompok kontrol.Dosis sediaan uji yang paling tinggi harus menimbulkan efek toksik tetapi tidak menimbulkan kematian atau gejala toksik yang berat, dosis menengah menimbulkan gejala toksik yang lebih ringan sedangkan dosis yang paling rendah tidak menimbulkan gejala toksik BPOM RI, 2011. 13 Parameter efek toksik adalah mortalitas, pertambahan berat badan, berat organ relatif, konsumsi makanan dan minuman, uji laboratorium klinik, serta gambaran histopatologi organ.Berat badan dan konsumsi makanan diukur setiap minggu.Berkurangnya pertambahan berat badan merupakan indeks efek toksik yang sederhana namun sensitif.Konsumsi makanan juga merupakan indikator yang berguna, konsumsi makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip manifestasi toksik suatu zat BPOM RI, 2011.Uji laboratorium klinik biasanya mencakup pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi.Disamping itu, berat relatif organ harus diukur karena merupakan indikator yang berguna bagi toksisitas Lu, 1994.

2.3.1.2 Toksisitas kronik