30
3. Faktor Protektif Resiliensi
Faktor protektif memerankan peran penting dalam mengurangi efek negatif dari kesulitan hidup dan menguatkan resiliensi. Beberapa individu berhasil
mengatasi rintangan dan menghancurkan lingkaran setan. Penelitaian sebelumnya meunjukkan bahwa tiga variabel yang berperan sebagai faktor protektif yang
menghalangi dampak dari pengalamana yang menyulitkan. Faktor-faktor ini adalahSchoon dalam Schoon, 2006:
a. Atribut-atribut individu
Atribut-atribut individual yang menunjukkan faktor protektif individu seperti menunjukkan performa yang baik saat tes akademik di sekolah, lebih
sedikit menunjukkan masalah perilaku, memiliki banyak hobi, jarang menjadi orang yang mudah diserang oleh teman sebaya, menunjukkan keyakinan yang
kuat akan kemampuan diri sendiri, individu menunjukkan perencanaan yang baik dengan rekan kerja dan pilihan berkarir, dan memiliki pandangan yang positif
pada hidup. b.
Karakteristik keluarga Karakteristik keluarga diasosiasikan dengan penyesuaian positif selama
masa kanak-kanak dan remaja termasuk lingkungan keluarga yang stabil dan mendukung hal ini dikarakteristikan dengan orang tua yang mampu memahami
anak, aktif dan ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak dan perencanaan karir. c.
Aspek konteks sosial yang lebih luas Aspek konteks sosial yang lebih luas termasuk orang-orang diluar orang
tua yang memberikan dukungan seperti guru yang mampu menyadari
31
kemampuan murid serta mendorong dan mendukung perjuangan pendidikan dan pekerjaan murid. Lingkungan sekolah juga berperan penting dalam membantu
perkembangan adaptif. Selain itu, dorongan komunitas yang positif seperti dukungan tetangga dan rasa saling memiliki dalam komunitas.
4. Fungsi Resiliensi
Penelitian menunjukkan bahwa manusia memiliki empat penggunaan resiliensi dalam kehidupan yaitu Reivich dan Shatte, 2002
1. Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil
Setiap orang membutuhkan resiliensi untuk mengatasi dampak-dampak kejadian buruk yang terjadi pada masa kecil kita dan bertanggung jawab untuk
menciptakan masa dewasa yang kita inginkan. Seseorang tidak bisa mengubah masa lalunya tetapi seseorang bisa tetap bebas dari kesulitan masa lalunya dan
bekerja keras untuk keluar dari kesulitan tersebut. Ini membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan membuat perbedaan antara bagian mana yang bisa dikontrol
dan bagian mana yang tidak bisa. 2.
Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan keseharian Kita setiap hari membutuhkan resiliensi karena setiap orang berhadapan
dengan masalah, tekanan dan pertengkaran. Orang yang resilien menggunakan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengatasi pekerjaan berat yang terus
menerus dialaminya. Hidup penuh dengan tekanan dan pertengkaran, jika kita resilien kita tidak akan membiarkan kesukaran tiap hari mengganggu
produktivitas dan kesejahteraan kita. 3.
Bangkit kembali dari kehidupan yang traumatis
32
Dalam kehidupan dewasa, adakalanya kita hidup dengan melawan kesulitan besar, sebuah kejadian besar yang mengubah kehidupan kita seoerti
kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian dan lain-lain. Kondisi adalah krisis mau ta mau yang membutuhkan resiliensi. Dr. Judith Herman, penulis Trama and
Recovery menjelaskan bahwa resilien meningkatan resistensi kepada tekanan dan kesempatan untuk PTSD berkembang. Mereka menunjukkan gaya coping task
oriented – incremental Bergantung kepada resiliensi kita, kita akan merasa tidak
berdaya atau kita melambung dan menemukan jalan keluar. 4.
Mencapai prestasi terbaik Kita juga akan mengembangkan kegunaan keempat dari resiliensi yang
lebih penting dari keinginan untuk melindungi dan menjaga diri kita. Orang yang ingin mencapai tujuan dan menemukan makna baru dan tujuan hidup dan terbuka
kepada pengalaman juga tantangan dapat menggunakan resiliensi untuk reach out sehingga bisa mencapai apa yang kita mampu kerjakan.
B.Social Support 1.
Definisi Social Support
Cobb dalam Winnubst Schabraq 1996 mendefinisikan bahwa social support mendefinisikan sejumlah informasi yang meyakinkan seseorang bahwa
orang lain peduli kepada mereka care support menghormati dan menghargai affirmative support dan bahwa mereka adalah bagian dari satu komunitas yang
saling mendukung network support. Social support sering didefinisikan dengan jumlah teman yang ada bagi individu tersebut. Akan tetapi, sudah dikembangkan
33
bahwa social support bukan hanya menyangkut jumlah teman tetapi kepuasan dangan dukungan yang diberikanSarason dalam Ogden, 2000.
Odgen menyatakan 2000, istilah dukungan sosial secara umum mengacu kepada kenyamanan, kepedulian dan penghargaan individu yang dirasakan dari
orang lain Ogden, 2000. Hal ini didukung oleh pendapat Will dalam Sarafino 2008 yang menyatakan social support mengacu pada kenyamanan yang diterima,
perhatian, menghargai, atau membantu penerimaan diri seseorang dari orang lain ataupun kelompok. Dukungan ini datang dari berbagai sumber, pasangan atau
kekasih, keluarga,
teman, rekan
sekerja, dokter,
atau organisasi
komunitasMenurut Sidney Cobbdalam Sarafino, 2008, orang dengan social support yang tinggi percaya mereka dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dinilai
berarti dan bagian dari sebuah grup seperti keluarga atau organisasi yang bisa saling menyediakan kebutuhan, melayani dan menjaga ketika dibutuhkan atau
dalam bahaya Sarafino, 2008. Social support juga dikaitkan dengan kemampuan yang membantu
seseorang menghadapi stress. Lazarus dan Folkman mendefinisikannya sebagai sumber dari personal dan sosial yang membuat individu mampu melakukan
coping. Thoits mengkonseptualisasikan social support sebagai sumber bantuan untuk coping
, seperti „dana sosial‟dari orang-orang saat menangani tekanan. Baron Byrne 1997 mengemukakan social support sebagai rasa nyaman baik
secara fisik dan psikologis, yang diberikan oleh para sahabat dan keluarga kepada orang yang menghadapi stress, sehingga dengan dukungan sosial tersebut orang
cenderung untuk berada dalam keadaan kesehatan fisik yang lebih baik dan dapat
34
mengatasi stres yang dialaminya. Dan hal ini ditegaskan oleh Broman dalam Taylor dkk 2000 bahwa social support secara efektif menurunkan tekanan
psikologis dalam masa-masa yang sulit. Berdasarkan defenisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa social
support adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga,
sahabat, teman, saudara, rekan kerja ataupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan
tujuan individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan dan didukung sehingga mampu mengatasi masalah yang dia hadapi.
2. Bentuk-bentuk Social Support