Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan

10 Bab Keempat, pemikiran Ali Mustafa Yaqub terhadap pemahaman hadis Nabi Muhammad saw secara tekstual dan kontekstual. Bab Kelima, Penutup. Sebagai penutup pembahasan ini akan ditarik kesimpulan dan menjawab permasalahan yang telah dibahas di bab-bab sebelumnya sembari menguraikan saran-saran atas permasalahan tersebut. 11 BAB II BIOGRAFI ALI MUSTAFA YAQUB

A. Sosio Kultural dan Sosio Keagamaan

Ali Mustafa Yaqub lahir pada tanggal 2 Maret tahun 1952 di desa Kemiri, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ali hidup dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan berkecukupan. Masa kecil Ali tiap hari sehabis belajar di sekolah dasar SD di desa tempat kelahirannya, ia habiskan untuk menemani kawan yang menggembala kerbau di lereng-lereng bukit pesisir Utara Jawa Tengah. 1 Kebiasaan ini kelak membentuk karakter dan kepribadian Ali yang tegas, kritis, dan peduli. Ayahnya bernama Yaqub, seorang mubaligh terkemuka pada zamannya dan imam di masjid-masjid Jawa Tengah, misinya “Menegakkan Amar Ma’ruf dan memberantas Kemungkaran”. Sejak matahari terbit sampai terbenam ayahnya melakukan rutinitas belajar dan mengajar. Mayoritas penduduk di lingkungan rumahnya sebagian besar adalah orang yang belum mengerti agama secara mendalam. Akhirnya ayah dan kakeknya mendirikan sebuah pondok pesantren yang para santrinya adalah penduduk sekitar. Ayah beliau mengajar tanpa pamrih dan hanya mengharap rida Allah swt, berjiwa besar dan bersahaja namun tegas dalam membela agama Allah swt. 2 Ibunya bernama Zulaikha, seorang ustadzah dan Ibu rumah tangga yang ikut membantu perjuangan suaminya Yaqub. Ibu Ali meninggal pada 1 Ali Mustafa Yaqub, Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, h. 143. 2 Wawancara pribadi dengan Ali Mustafa Yaqub, Jakarta, 22 Januari 2011. 12 tahun 1996. Beliau memiliki tujuh saudara, dari tujuh bersaudara tersebut, dua di antaranya meninggal dunia, dan yang masih hidup lima bersaudara, salah satu dari kakaknya yang bernama Ahmad Dahlan Nuri Yaqub mengikuti jejak ayahnya sama seperti beliau, dan sekarang kakaknya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Darus Salam di Batang, Jawa Tengah. 3 Semula Ali berminat ke pendidikan umum. Namun ayahnya memasukkannya ke pesantren. Setelah belajar di SD dan SMP di desa tempat kelahirannya, dengan diantar ayahnya ia mulai mondok untuk memperoleh ilmu agama di pesantren Seblak, Jombang, sampai tingkat Tsanawiyah. Rentang waktu 1966-1969. Kemudian ia nyantri lagi di pesantren Tebuireng Jombang yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari pondok Seblak, 1969-1972. Selanjutnya pada pertengahan tahun 1972 ia melanjutkan menuntut ilmu pada program studi syari’ah Universitas Hasyim Asy’ari Jombang dan selesai pada tahun 1975. 4 Di Tebuireng ini ia banyak menekuni kitab-kitab kuning 5 di bawah asuhan para kiyai senior antara lain: KH. Idris Kamali, KH. Adhlan Ali, KH. Shobari, dan KH. Syamsuri Badawi. Dari KH. Idris Kamali ia belajar ilmu- ilmu alat bahasa Arab, hadis dan tafsir dengan metode sorogan individual dimana ia diwajibkan menghafal lebih dari sepuluh kitab, antara lain: Alfiyyah 3 Wawancara pribadi dengan Ali Mustafa Yaqub, Jakarta, 22 Januari 2011. 4 Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997, h. 240. 5 Dinamakan kitab kuning karena buku tersebut dicetak di atas kertas berwarna kuning. Sebagian penerbit bahkan mencetak kitab di atas kertas berwarna kuning yang diproduksi khusus untuk mereka oleh beberapa perusahaan Indonesia karena tampaknya kitab berwarna kuning ini menjadi lebih klasik di pikiran para pemakainya. Lihat Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Bandung: Mizan, 1999, h. 142. 13 Ibnu Malik, al-Baiqûniyyah, al-Waraqât, dan lain-lain. Sebagai prasyarat untuk boleh membaca kitab di hadapan beliau- dari KH. Adhlan ia belajar ilmu akhlak dan lain-lain. Dari KH. Shobari ia belajar ilmu hadis dan ilmu lain-lain. Sementara dari KH. Syamsuri Badawi ia belajar hadis dan ilmu usûl al-Fiqh. Di tebuireng dia juga pernah belajar dengan Abdurrahman Wahid Gusdur 6 khususnya untuk bidang studi bahasa Arab dan kitab Qatr al-Nada. 7 Di samping belajar, Ali Mustafa juga mendapat tugas mengajar di almamaternya tersebut untuk kajian kitab-kitab kuning dan bahasa Arab, sampai awal tahun 1976. Pada pertengahan tahun 1976 atas beasiswa penuh dari pemerintah Arab Saudi, Ali Mustafa mencari ilmu lagi di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Imâm Muhammad bin Sa’ûd, Riyâd, Saudi Arabia, sampai tamat dengan ijazah Licance Lc tahun 1980. Masih di kota yang sama ia melanjutkan studi lagi di Universitas King Sa’ud Departemen Studi Islam jurusan Tafsir Hadis sampai tamat dengan ijazah master tahun 1985. Dipilihnya Fakultas Syari’ah S1 dan Departemen Tafsir Hadis S2 oleh Ali Mustafa bukanlah sebuah kebetulan, tetapi karena dalam pandangannya kedua ilmu ini Syari’ah dan Hadis sangat diperlukan masyarakat. 8 6 Lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940, wafat di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun. Beliau adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Lihat Syamsul Hadi, Gus Dur, KH. Abdurrahman Wahid; Guru Bangsa, Bapak Pluralisme, Jombang: Zahra Book, t.t., h. 11. 7 Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat Dalam Perspektif al-Qur’an Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000, h. 105. 8 Wawancara pribadi dengan Ali Mustafa Yaqub, Jakarta, 22 Januari 2011.