seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Bedasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah sikap seseorang yang berasal dari penilaian mereka mengenai aspek- aspek dalam pekerjaannya.
2. Teori-teori kepuasan kerja
a. Discrepancy theory
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter dalam As’ad, 1998. Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang
seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke dalam As’ad, 1998 menerangkan bahwa kepuasan
kerja seseorang bergantung kepada discrepancy antara should be expectation, needs or values, dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah
diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas
kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka
orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang
dirasakan itu dibawah standar minimum sehingga menjadi negative discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan.
b. Equity theory
Universitas Sumatera Utara
Equity theory dikembangkan oleh Adams dalam As’ad, 1998, prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung
apakah ia merasakan adanya keadilan equity atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh dengan cara
membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekantor maupun di tempat lain. c.
Two Factor theory Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Herzberg dalam As’ad, 1998.
Berdasarkan atas hasil penelitian beliau membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu kelompok
satisfier atau motivator dan kelompok dissatisfier atau hygiene factors. Satisfier motivator ialah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikan
sebagai sumber kepuasan kerja, yang terdiri dari: achievement, recognition, work it self, responsibility and advancement. Dikatakan bahwa tidak hadirnya faktor ini
tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan, tetapi kalu ada, akan membentuk motivasi kuat yang akan menghasilkan prestasi kerja yang baik.
Dissatisfier hygiene adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, dan kondisi
kerja. Keberadaan kondisi ini tidak selalu menimbulkan kepuasan kerja, tetapi ketidakberadaannya dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan
Universitas Sumatera Utara
3. Aspek-aspek kepuasan kerja