Agregat BAHAN CAMPURAN BERASPAL

Tabel. 2.1. Ketentuan Sifat–sifat Campuran Laston AC Sifat-sifat Campuran Laston WC BC Base Penyerapan Aspal Maks 7,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 Rongga dalam campuran Min 3,5 Maks 5,5 Rongga dalam agregat VMA Min 15 14 13 Rongga terisi aspal Min 65 63 60 Stabilitas Marshal kg Min 800 1500 Maks - - Kelelehan mm Min 3 5 Maks - - Marshal Quetient kgmm Min 250 350 Stabilitas Marshall Sisa setelah perendaman selama 24 jam, 60 o C Min 75 Rongga dalam campuran pada Kepadatan membal refusal Min 2,5 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum 2007

2.2. BAHAN CAMPURAN BERASPAL

2.2.1. Agregat

1. Agregat Kasar Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk di dalamnya antara lain kerikil alam, agregat hasil pemecahan oleh stone crusher, abu batu dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya berkisar antara 90 - 95 dari berat total campuran, atau 75 -85 dari volume campuran The Asphalt Institute, 1983. Mutu, keawetan dan daya dukung perkerasan sangat dipengaruhi oleh karakteristik agregat. Oleh karena itu, sebelum digunakan sebagai bahan campuran dalam perkerasan jalan, harus dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui karakteristiknya 11 . Universitas Sumatera Utara Menurut BS.594 1992, agregat kasar mempunyai peran sebagai pengembang volume mortar, menjadikan campuran lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan mortar terhadap kelelehan flow dan meningkatkan stabilitas. Campuran dengan kandungan agregat kasar yang rendah mempunyai daya tahan yang lebih baik dari kandungan yang lebih tinggi, karena membutuhkan kadar aspal yang lebih banyak. Tabel. 2.2. Ketentuan Agregat Kasar Pengujian Standart Nilai Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-4428-1997 Maks. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-4428-1997 Min. 95 Angularitas agregat kasar SNI 03-6877-2002 9590 Partikel pipih dan lonjong RSNI T-01-2005 Maks. 10 Material lolos saringa n No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 Catatan : 9590 menunjukkan 95 agregat kasar mepunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum 2007 2. Agregat Halus Agragat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 8 2.36 mm yang terdiri dari batu pecah tersaring atau pasir alam yang bersih, keras dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan dalam tabel II.3. Menurut BS 594 1985, fungsinya adalah untuk mendukung stabilitas dan mengurangi deformasi permanen. Stabilitas campuran diperoleh melalui ikatan saling mengunci interlocking dan pergeseran dari partikel. Tabel 2.3 Pengujian dan Sifat – Sifat Teknis Agregat Halus Pengujian Standart Nilai Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50 Material lolos saringa n No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8 Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 Sumber : Departemen Pekerjaan Umum 2007 Universitas Sumatera Utara 3. Filler Bahan Pengisi Filler dapat terdiri dari debu batu kapur limestone dust, sement portland, fly ash, abu tanur semen, abu batu atau bahan non plastis lainnya. Fungsi filler dalam campuran adalah 11 : • Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang • Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan mengikat agregat halus yntuk membentuk mortar • Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan sdan kestabilan. Tujuan awal filler adalah mengisi rongga dalam campuran VIM, tidak hanya oleh bitumen tetapi material yang lebih murah. Pada kadar aspal konstan, penambahan filler akan memperkecil VIM. Dalam perkembangan selanjutnya, terbukti bahwa filler tidak hanya mengganti fungsi bitumen mengisi rongga, tetapi juga memperkuat campuran Edward, 1988. Untuk suatu kadar aspal yang konstan jumlah filler yang sedikit akan menyebabkan rendahnya koefisien marshall karena viskositas bitumen masih rendah dengan filler yang sedikit tersebut. Selanjutnya koefisien marshall meningkat dengan penambahan filler sampai nilai maksimum, kemudian menurun akibat kemampuan pemadatan campuran tanpa menimbulkan retak. Filler juga berpengaruh terhadap nilai kadar aspal optimum melalui luas permukaan dari partikel mineralnya. Penggunaan jenis dan proporsi filler juga mempengaruhi kualitas dari campuran beraspal. Penggunaan filler yang terlalu banyak cenderung menghasilkan campuran yang getas dan mudah retak. Di sisi lain, kandungan filler yang terlalu rendah juga akan menjadikan campuran lebih peka terhadap temperatur dimana campuran akan terlalu lunak pada cuaca panas. Universitas Sumatera Utara Gradasi agregat yang digunakan adalah Laston dengan jenis campuran lapis aus AC-WC yang berpedoman kepada Spesifikasi Baru Campuran Aspal Panas Departemen Pekerjaan Umum 2007.

2.2.2. Sifat-sifat Fisik Agregat dan Hubungannya dengan Kinerja Campuran Beraspal