48 terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5, jika nilai F
hitung
F
tabel
maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 untuk tingkat signifikansi=5, maka variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka
variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen. 2 H
a
: β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
varibel independen terhadap variabel dependen.
4. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya keterikatan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui
besarnya Santoso, 2010:163. Metode yang digunakan untuk menganalisis
skripsi ini adalah menggunakan model analisis regresi berganda, dengan beberapa pengujian data yang berasal dari BEI. Variabel-variabel yang
terdiri dari variabel terikat Y dan variabel bebas X. Variabel terikat terdiri dari satu variabel, yaitu “nilai perusahaan”, dan Variabel bebas yang
terdiri dari return on asset dan kebijakan deviden Dari variabel-variabel
49 tersebut akan diteliti suatu analisa apakah adanya pengaruh variabel X
terhadap Variabel Y dalam analisis regresi. Dalam analisis akan menggunakan alat analisis berupa suatu software SPSS.20.
Y = a + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ + β
3
X
3
+ β
4
X
4
+ ε
i
Keterangan : a
: Konstanta Y
: Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Tiga Bulan b
1
- b
2
: Koefisien Regresi X
1
: Capital Adequacy Ratio X
2
: Return on Asset X
3
: Loan Deposit Ratio X
4
: Non Perfoming Loan ε
i
: Standard Error
5. Koefisien Determinasi Adjusted R²
Menurut Ghozali 2009:177 menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R ². Adjusted R²
ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh 0,5, maka
model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model
tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
50
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Tingkat bunga deposito berjangka adalah suatu harga penggunaan uang yang dapat diukur dari besarnya penggunaan uang dalam jangka waktu
tertentu yang disesuaikan dengan tingkat permintaan dalam pasar dana investasi sebagai imbalan atas penanaman dana pada deposito berjangka.
Variabel ini dinyatakan dalam persen. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga deposito
mulai bulan Maret 2004-Desember 2012.
2. Variabel Independen
a. Capital Adequecy Ratio CAR
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR
paling sedikit 8. CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Return on Assets ROA
Menurut Riyadi 2006 :137 “Return on Assets ROA adalah
rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi
51 pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan”. Adapun
rumus dari return on asset adalah sebagai berikut:
c. Loan to Deposit Ratio LDR
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh Bank. Rasio
ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
d. Non Performing Loan NPL
NPL menunjukan kemampuan kolektibilitaas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas.
NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet. NPL mempunyai hubungan yang
negatif terhadap kredit. NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
52
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator
Satuan Skala
Capital Adequacy Ratio CAR X
1
Sumber: Riyadi, 2006:149 Persen Rasio
Return on Asset ROA X
2
Sumber: Riyadi 2006:137 Persen
Rasio
Loan Deposit Ratio LDR X
3
Sumber: Riyadi 2006:146 Persen
Rasio
Non Performing Loan NPL X
4
Sumber: Siamat 2005:361 Persen
Rasio
Tingkat Bunga Deposito Berjangka Y
Sumber: Kasmir, 2012:65 Rata - rata tingkat
suku bunga deposito berjangka
tiga bulan pada Bank Persero
Persen Rasio
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia.
a. Periode 1988 - 1996
Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 Pakto 88, antara lain berupa relaksasi ketentuan permodalan untuk pendirian bank
baru telah menyebabkan munculnya sejumlah bank umum berskala kecil dan menengah. Pada puncaknya, jumlah bank umum di Indonesia
membengkak dari 111 bank pada Oktober 1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994
‐1995, sementara jumlah Bank Perkreditan Rakyat BPR meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.310 BPR pada
tahun 1996.
b. Periode 1997
– 1998
Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996
berbalik arah ketika memasuki periode 1997 - 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan
juga lembaga ‐lembaga internasional berupaya keras menanggulangi
krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp. 400 triliun terhadap 27 bank dan
melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya.
54 Secara spesifik langkah
‐langkah yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan perbankan tersebut adalah:
1 Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI
2 Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank ‐bank yang masih memiliki
potensi untuk melanjutkan kegiatan usahanya dan bank ‐bank yang
memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakannya 3 Menutup bank
‐bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi perbankan dengan melakukan merger
4 Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di industri perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional
BPPN 5 Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam Pengawasan
perbankan melalui penetapan Undang ‐Undang No. 231999 tentang
Bank Indonesia yang menjamin independensi Bank Indonesia dalam penetapan kebijakan.
c. Periode 1999 - 2002
Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997 - 1998 memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan
pembenahan di sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegah terulangnya krisis. Langkah penting yang
dilakukan sehubungan dengan itu adalah:
55 1 Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana
implementasi yang jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision yang menjadi standar internasional
bagi pengawasan bank 2 Meningkatkan
infrastruktur sistem
pembayaran dengan
mengembangkan Real Time Gross Settlements RTGS 3 Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi simpanan
masyarakat di bank 4 Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan oleh BPPN,
Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt Restrukturing Agency INDRA
5 Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk bank ‐ bank
BUMN dan bank ‐bank yang direkap
6 Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.
d. Periode 2002 - Sekarang
Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada pemberian
kredit yang mulai meningkat pada inovasi produk yang mulai berjalan, seperti pengembangan produk derivatif antara lain credit linked notes,
serta kerjasama produk dengan lembaga lain reksadana dan bancassurance.
56
2. Bank Persero