26
6. Loan to Deposit Ratio LDR
Menurut Riyadi 2006:146 LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun
oleh Bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut:
a. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat. b. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan,
tidak termasuk pinjaman subordinasi. c. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari
tiga bulan. d. Surat berharga yang ditebitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih
dari tiga bulan. e. Modal pinjaman.
f. Modal inti. Berdasarkan rumus di atas, yang dimaksud jumlah kredit yaitu kredit
yang diberikan bank yang sudah ditarik atau direalisasi. Sedangkan dana pihak ketiga meliputi
simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan, dan berbagai jenis deposito, KLBI yang diberikan Bank Indonesia kepada bank
yang bersangkutan, serta modal inti dari bank yang bersangkutan.
27 Rasio ini juga merupakan teknik yang sangat umum digunakan
untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. Rasio ini merupakan indikator kerawanan maupun kemampuan suatu bank. Sebagian
praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 dan 100
Dendawijaya, 2006:118. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kondisi likuiditas
bank. Bank Indonesia member nilai nol 0 bagi bank yang memiliki rasio sebesar 115 atau lebih berdasarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan
bank untuk faktor likuiditas Siamat, 2005:344. Maka dapat disimpulkan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan.
7. Non Performing Loan NPL
Menurut Darmawan dalam Artwienda 2009:21 NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mengkover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Siamat 2005:358 NPL dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur. Dari pengertian di atas dapat katakan
bahwa NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank.
Menurut Siamat 2005:361 persyaratan yang ketat dalam kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah, namun
28 tidak akan menghilangkan timbulnya masalah-masalah seperti terjadinya
default atau penunggakan pembayaran. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 330DPNP tanggal
14 Desember 2001 besarnya NPL dihitung sebagai berikut :
Penggolongan kredit atau kolektibilitas kredit berdasarkan kategori tertentu guna memantau kelancaran pembayaran kembali angsuran oleh
debitur. Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KepDIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva
produktif pasal 6 ayat, membagi tingkat kolektibilitas menjadi : a. Kredit lancar.
Kredit yang perjalanannya lancar atau memuaskan, artinya segala kewajiban bunga atau angsuran utang pokok diselesaikan oleh nasabah
secara baik. b. Kredit dalam perhatian khusus.
Kredit yang selama 1-2 bulan mutasinya mulai tidak lancar, debitur mulai menunggak.
c. Kredit tidak lancar. Kredit yang selama 3 atau 6 bulan mutasinya tidak lancar, pembayaran
bunga atau utang pokoknya tidak baik. Usaha-usaha approach telah dilakukan tapi hasilnya tetap kurang baik.
29 d. Kredit diragukan.
Kredit yang telah tidak lancar dan telah jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan.
e. Kredit macet. Sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengaktifan kembali
kredit yang tidak lancar dan usaha itu tidak berhasil, barulah kredit tersebut dikategorikan kedalam kredit macet.
Menurut Mabruroh dalam Artwienda 2009:22 NPL berpengaruh negatif terhadap perubahan laba. Semakin tinggi NPL maka semakin
menurun perubahan laba. Hal ini sejalan dengan Dendawijaya 2006:102 dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan
aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan income dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba
bank.
8. Pengaruh Kinerja Perbankan terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito