Analisis Perbedaan Profitabilitas dan Pengelolaan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi yang Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Empiris Pada BUMN Sektor Telekomunikasi di Indonesia)
SKRIPSI
ANALISIS PERBEDAAN PROFITABILITAS DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI YANG
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(STUDI EMPIRIS PADA BUMN SEKTOR TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA)
OLEH :
ROLAND BIJAKSONO 100501104
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN PROFITABILITAS DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI YANG
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(STUDI EMPIRIS PADA BUMN SEKTOR TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perbedaan signifikan BUMN sektor telekomunikasi sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance yang dilihat dari rasio profitabilitas dan pengelolaan perusahaannya. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data rasio profitabilitas dan laporan tahunan dari perusahaan yang selanjutnya akan dianalisis. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. PT TELKOM Tbk merupakan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalu metode dokumentasi yang berasal dari website perusahaan dan dari sumber-sumber lainnya. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan verifikatif yang terdiri dari uji normalitas dan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pada PT TELKOM Tbk semakin baik walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio profitabilitas sesudah adanya privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
Kata Kunci: Rasio Profitabilitas, Pengelolaan Perusahaan, Privatisasi, Good Corporate Governance, BUMN Sektor Telekomunikasi.
(3)
ABSTRACT
ANALYSIS OF DIFFERENCE PROFITABILITY AND MANAGEMENT OF COMPANY BEFORE AND AFTER THE PRIVATIZATION WHICH
REALIZE GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(EMPIRICAL STUDY ON SOE TELECOMMUNICATIONS SECTOR IN INDONESIA)
The purpose of this research is to find out and analyze the significant difference level of SOE telecommunications sector before and after the privatization which realize good corporate governance which seen from profitability ratios and management of company. Research technics in this research was taken by collected profitability ratios data and annual reports of companies which would be analyzed later. The type of data used is secondary data. PT Telkom Tbk is the sample in this research. Data was collected through documentation method which taken from the company's website and from other sources. Data analysis method used is a verification approach which consists of normality test and paired sample t-test. The result of this research showed that the management company of PT Telkom Tbk getting better even though there are no significant differences in profitability ratios after the privatization which realize good corporate governance.
Keywords: Profitability Ratio, Management Company, Privatization, Good Corporate Governance, SOE telecommunications
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Perbedaan Profitabilitas dan Pengelolaan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi yang Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Empiris Pada BUMN Sektor Telekomunikasi di Indonesia)”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Toiman dan Ibu Sumiati, Kakak penulis drg. Tika Ikke Ivanti, dan Tante penulis Ibu Sumini yang senantiasa mendukung, mendoakan, memberikan semangat dan perhatiannya dalam mengikuti pendidikan hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
(5)
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak Syarief Fauzie, S.E., M.Ak., Ak., dan Bapak Drs. Rakhmat Sumanjaya Hsb, M.Si selaku dosen penguji I dan penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Staff Akademik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
8. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2010 S1 Ekonomi Pembangunan maupun para junior yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam mendampingi penulis hingga selesainya skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna dan masih terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca. Amin ya rabbal alamin.
Medan, Juli 2015
Penulis
Roland Bijaksono NIM: 100501104
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 8
2.1.2 Privatisasi ... 11
2.1.2.1 Teori Monopoli ... 11
2.1.2.2 Teori Property Rights ... 11
2.1.2.3 Teori Pilihan Publik (Public Choice Theory) 12
2.1.2.4 Defenisi Privatisasi ... 13
2.1.2.5 Landasan Hukum Privatisasi ... 15
2.1.2.6 Tujuan Privatisasi ... 16
2.1.2.7 Tata Cara Privatisasi ... 17
2.1.3 Good Corporate Governance ... 18
2.1.3.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 18
2.1.3.2 Defenisi Good Corporate Governance ... 19
2.1.3.3 Prinsip - prinsip Dasar Good Corporate Governance ... 21
2.1.3.4 Tujuan Good Corporate Governance ... 22
2.1.3.5 Pengukuran Terhadap Implementasi Good Corporate Governance ... 23
2.1.4 Rasio Profitabilitas ... 25
2.1.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
2.2 Kerangka Konseptual ... 30
(7)
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Batasan Operasional ... 32
3.3 Defenisi Operasional ... 33
3.4 Pengukuran Variabel ... 34
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
3.5.1 Populasi Penelitian ... 34
3.5.2 Sampel Penelitian ... 34
3.6 Jenis Data ... 35
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.8 Metode Analisis Data ... 36
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Singkat PT TELKOM Tbk ... 38
4.2 Deskriptif Data Penelitian ... 39
4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 40
4.3.1 Uji Normalitas ... 40
4.3.2 Uji Paired Sample T-Test ... 41
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 43
4.5 Pembahasan Pengelolaan Perusahaan ... 44
4.5.1 Pengelolaan Perusahaan Sebelum Good Corporate Governance ... 45
4.5.2 Pengelolaan Perusahaan Sesudah Good Corporate Governance ... 50
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 28
3.1 Awal Penerapan GCG pada BUMN Sektor Telekomunikasi ... 33
4.1 Deskriptif Data Rasio Profitabilitas PT TELKOM Tbk ... 39
4.2 Hasil Uji Normalitas Data ... 40
4.3 Paired Sample T-Test ROA PT TELKOM Tbk ... 41
4.4 Paired Sample T-Test ROE PT TELKOM Tbk ... 42
4.5 Paired Sample T-Test NPM PT TELKOM Tbk ... 42
4.6 Rangkuman Hasil Penelitian ... 43
(9)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 30
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman 1 Data Rasio Profitabilitas PT TELKOM Tbk ... 58 2 Hasil Output Uji Normalitas SPSS ... 59
(11)
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN PROFITABILITAS DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PRIVATISASI YANG
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(STUDI EMPIRIS PADA BUMN SEKTOR TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perbedaan signifikan BUMN sektor telekomunikasi sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance yang dilihat dari rasio profitabilitas dan pengelolaan perusahaannya. Teknik penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data rasio profitabilitas dan laporan tahunan dari perusahaan yang selanjutnya akan dianalisis. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. PT TELKOM Tbk merupakan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalu metode dokumentasi yang berasal dari website perusahaan dan dari sumber-sumber lainnya. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan verifikatif yang terdiri dari uji normalitas dan uji paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pada PT TELKOM Tbk semakin baik walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio profitabilitas sesudah adanya privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
Kata Kunci: Rasio Profitabilitas, Pengelolaan Perusahaan, Privatisasi, Good Corporate Governance, BUMN Sektor Telekomunikasi.
(12)
ABSTRACT
ANALYSIS OF DIFFERENCE PROFITABILITY AND MANAGEMENT OF COMPANY BEFORE AND AFTER THE PRIVATIZATION WHICH
REALIZE GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(EMPIRICAL STUDY ON SOE TELECOMMUNICATIONS SECTOR IN INDONESIA)
The purpose of this research is to find out and analyze the significant difference level of SOE telecommunications sector before and after the privatization which realize good corporate governance which seen from profitability ratios and management of company. Research technics in this research was taken by collected profitability ratios data and annual reports of companies which would be analyzed later. The type of data used is secondary data. PT Telkom Tbk is the sample in this research. Data was collected through documentation method which taken from the company's website and from other sources. Data analysis method used is a verification approach which consists of normality test and paired sample t-test. The result of this research showed that the management company of PT Telkom Tbk getting better even though there are no significant differences in profitability ratios after the privatization which realize good corporate governance.
Keywords: Profitability Ratio, Management Company, Privatization, Good Corporate Governance, SOE telecommunications
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil alih sejumlah perusahaan tersebut, sumber daya manusia di Indonesia ternyata belum mampu untuk mengelola dan mengembangkannya. Hal ini disebabkan perusahaan negara tersebut relatif besar dan seharusnya produktif, sehingga dikerahkan SDM Militer yang saat itu lebih baik.
Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta menunjukkan BUMN berkembang menjadi sumber pendapatan bagi kelompok elit politik dan militer tertentu. Kelompok elit tersebut menyalahfungsikan BUMN untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya yang antara lain melalui kontrak bisnis yang bernuansa KKN (Korupsi,Kolusi,Nepotisme), pengadaan barang dan dana yang tidak transparan, alokasi konsesi dana bidang kehutanan, penyalahgunaan izin konsesi perminyakan dan pertambangan, dan sebagainya. Sebagai akibatnya, sejak tahun 1980-an kinerja BUMN telah memburuk. (Bastian, 2002:95)
Kondisi BUMN menjadi lebih parah dengan laba rata-rata di tahun 1996 dan 1997, hanya 3 % dari modal yang ditanamkan. Pola-pola bisnis yang diterapkan oleh BUMN juga terbukti tidak mampu menghadapi persaingan yang semakin kompleks dalam dunia bisnis. Pola bisnis BUMN yang bersifat
(14)
konvensional dalam bentuk monopoli, subsidi, pajak maupun tarif serta perlindungan industri yang selama ini diterapkan ternyata tidak dapat dipertahankan lagi. BUMN juga tidak mampu untuk berkompetisi secara bebas sehingga menjadi tidak kompetitif dan mulai ditinggalkan oleh pelanggan serta konsumennya. (Bastian, 2002:159)
Semakin buruknya kinerja BUMN mendorong pemerintah untuk segera menemukan solusi. Di masa pemerintahan Habibie, program reformasi BUMN dimulai. Privatisasi yang merupakan salah satu pondasi reformasi BUMN diharapkan mampu memperbaiki kinerja BUMN tersebut dan dapat mengatasi masalah merosotnya perekonomian bangsa Indonesia yang disebabkan oleh krisis ekonomi. Selain itu, privatisasi juga diharapkan dapat membuat BUMN menjadi lokomotif pembangunan ekonomi.
Para penganjur privatisasi turut berpendapat bahwa setidaknya ada empat alasan mengapa reformasi BUMN semakin mendesak untuk dilakukan. Pertama, percepatan privatisasi dilakukan untuk membantu menutup defisit APBN dan mengurangi beban Negara. Kedua, meningkatkan good governance. Ketiga, memperbaiki kinerja perusahaan Negara. Keempat, mengurangi campur tangan pemerintah dan mendorong kepemilikan swasta. (Mudrajad Kuncoro, 2010:431)
Program privatisasi BUMN yang secara langsung menempatkannya di bawah pengawasan publik (public scrunity) memungkinkan penerapan good corporate governance (GCG) yang lebih baik dan konsisten di lingkungan BUMN sehingga pada gilirannya akan menumbuhkan keyakinan investor terhadap BUMN. Bagi Indonesia, dengan aktivitas BUMN yang hampir
(15)
menyentuh berbagai sektor ekonomi nasional, tumbuhnya keyakinan investor terhadap BUMN ini akan sangat berpengaruh terhadap pemulihan perekonomian nasional secara keseluruhan. (I Nyoman Tjager, 2003:206)
Secara teori, privatisasi akan membantu terbentuknya pasar bebas. Mengembangnya kompetisi kapitalis dikarenakan privatisasi akan memberikan harga yang lebih kompetitif kepada publik. Sebaliknya, para sosialis menganggap privatisasi sebagai hal yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akibat penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan profit.
Dalam praktiknya di Indonesia, privatisasi diarahkan bukan semata-mata untuk pemenuhan APBN, tapi lebih diutamakan untuk mendukung pengembangan perusahaan dengan metode utama melalui penawaran umum di pasar modal. Di samping itu, juga untuk lebih mendorong penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG).Privatisasi melalui pasar modal terus dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan transparansi dan kontrol publik, independensi, serta kinerja BUMN dengan tetap mempertahankan kepemilikan mayoritas Pemerintah.
Secara teoritis, praktik good corporate governance dapat meningkatkan nilai (valuation) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Peningkatan kepercayaan investor
(16)
berdampak positif terhadap harga saham, kemudahan mendapatkan modal, dan penurunan biaya modal. (I Nyoman Tjager, 2003:4)
Sebuah survei yang dilakukan oleh McKinsey & Co menunjukkan bahwa corporate governance menjadi perhatian utama para investor menyamai kinerja finansial dan potensi pertumbuhan, khususnya bagi pasar-pasar yang sedang berkembang (emerging market). Dalam hal ini mereka cenderung menghindari perusahaan-perusahaan yang buruk dalam penerapan corporate governance. Corporate governance dipandang sebagai kriteria kualitatif penentu. (I Nyoman Tjager, 2003:5)
Mekanisme pasar memiliki kaitan yang sangat penting dengan corporate governance. Kompetisi pasar memberi tekanan terhadap manajemen untuk bertindak secara efisien, sekaligus menciptakan insentif yang kuat terhadap para pemilik untuk memastikan bahwa mereka menerapkan suatu governance system yang efektif. Kompetisi pasar juga menciptakan kesempatan untuk menilai kinerja manajemen dengan membandingkannya dengan para pesaing dalam hal profitabilitas, pertumbuhan, dan pangsa pasar. Adanya kompetisi tajam untuk jabatan manajerial juga menolong menciptakan dorongan yang kuat bagi para manajer untuk menjadi efisien, dan bagi yang berhasil untuk mencapai penghargaan yang lebih tinggi, dan kembali memungkinkan para pemilik membuat perbandingan dalam hal efektivitas para manajer. (I Nyoman Tjager, 2003:8)
(17)
Sektor telekomunikasi merupakan salah satu sektor non infrastruktur yang dikelola oleh BUMN Indonesia. Sektor ini penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena mendukung peningkatan berbagai aspek, seperti aspek perekonomian, pendidikan, dan hubungan antar bangsa. Melalui privatisasi yang telah dilakukan pada sektor telekomunikasi, efisiensi operasional perusahaan dan kinerjanya semakin meningkat. Hal ini dapat terlihat dari total perolehan laba sektor telekomunikasi yang terus naik setelah 3 tahun dari pelaksanaan privatisasi.
Keuntungan lain yang didapatkan oleh sektor telekomunikasi setelah privatisasi yaitu adanya peningkatan penjualan dan labour share yang lebih baik. Privatisasi yang dianggap telah berperan baik nyatanya tidak hanya memberikan keuntungan saja. Privatisasi juga mendorong peningkatan harga, biaya capital maintenance yang tinggi dan cost to customer yang harus ditanggung oleh antar pelanggan. Selain itu, kenaikan program investasi juga menuntut pengorbanan yang lebih besar dari para pelanggan untuk turut menanggung beban investasi tersebut. (Bastian, 2002:241)
Masalah utama lainnya yang dihadapi oleh perusahaan BUMN sektor telekomunikasi yaitu inefisiensi aktivitas manajemen. Perusahaan harus mengeluarkan pengeluaran modal yang tinggi untuk melaksanakan operasi perusahaan. Kurangnya persaingan dan tingginya ketergantungan terhadap partner dan kinerja cabang mengakibatkan kemampuan manajemen perusahaan menjadi rendah. Dengan demikian, maka perbaikan internal manajemen terutama aktivitas investasi dan capital expenditure akan sangat bermanfaat untuk
(18)
meningkatkan kinerja manajemen. Selain itu, struktur biaya yang lebih baik akan sangat mendukung upaya untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan perbaikan kinerja perusahaan secara menyeluruh. (Bastian, 2002:241)
Dengan melihat masalah utama pada BUMN sektor telekomunikasi, diperlukan pengelolaan yang lebih baik dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu agar terjadinya perubahan yang meliputi kinerja perusahaan maupun tingkat efisiensi perusahaan. Kebijakan privatisasi yang telah dikembangkan diharapkan mampu mendorong prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu prinsip-prinsip yang semula memang diharapkan untuk pengembangan perusahaan agar dapat mengatasi masalah utama tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah profitabilitas dan pengelolaan perusahaan dalam penelitian ini dengan memberi judul “Analisis Perbedaan Profitabilitas dan Pengelolaan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi yang Mewujudkan Good Corporate Governance (Studi Empiris Pada BUMN Sektor Telekomunikasi di Indonesia)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah: bagaimana perbandingan profitabilitas serta pengelolaan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance pada BUMN sektor telekomunikasi di Indonesia?
(19)
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat perbedaan signifikan profitabilitas serta pengelolaan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance pada BUMN sektor telekomunikasi di Indonesia dengan melihat Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta melihat dari perbedaan pada tata kelola perusahaannya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Pemerintah
Dapat memberikan informasi mengenai perkembangan tata kelola perusahaan serta perbedaan profitabilitas sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance terutama bagi Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang berperan di sektor telekomunikasi.
2. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan mendalam tentang penelitian yang dilakukan dan dapat mengetahui langsung praktek yang terjadi pada objek yang diteliti. 3. Bagi pihak lain
Dapat menambah wawasan serta dapat dijadikan referensi atau bahan masukan untuk penelitian yang topiknya sejenis dan berhubungan dengan penelitian ini.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Kehadiran BUMN di Indonesia dimulai dari pembentukan pemerintahan presidensial pada November 1957. Presiden Soekarno mengumumkan penyatuan Irian Barat dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia yang diperkuat oleh penerbitan UU No.19 PRP/1960 tentang Perusahaan Negara (Moeljono, dalam Riri 2010:6).
Dasar pembentukan BUMN adalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 yang berbunyi:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Dalam Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
(21)
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Di dalam UU ini juga disebutkan macam-macam bentuk BUMN yang diatur dalam Pasal 9 UU Nomor 19 Tahun 2003 yaitu terdiri dari Persero dan Perum. Perjan sudah tidak termasuk lagi dalam BUMN menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 tersebut.
Bentuk Badan Usaha Milik Negara menurut fungsi sosial ekonomi (Riri 2010:6) :
1. Perusahaan Umum (Perum)
Menurut PP Nomor 13 Tahun 1998 dan UU Nomor 19 Tahun 2003 adalah BUMN yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 1969 yang mana seluruh dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Sifat usaha perum lebih kepada pelayanan publik namun tetap diharapkan menghasilkan laba untuk kelangsungan usahanya.
2. Perusahaan Perseroan Terbuka (Persero)
Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 dan PP Nomor 12 Tahun 1998 adalah BUMN yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 1969 yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 yaitu minimal 51% sahamnya dimiliki oleh negara dan tujuan utamanya mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dan menyediakan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.
(22)
Pendirian BUMN mempunyai maksud dan tujuan yang dituangkan dalam Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 19 Tahun 2003 yaitu :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
2. Mengejar keuntungan;
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
Dalam KEP-100/MBU/2002 Pasal 5 ayat 3 dikatakan bahwa BUMN non infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya di luar bidang BUMN infrastruktur. Sebagai contoh, yaitu BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi, konstruksi,pariwisata, perkebunan, pertanian, farmasi, niaga, pertambangan dan lain-lain.
Perusahaan BUMN sektor telekomunikasi merupakan perusahaan yang menyediakan dan memberikan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. Sesuai dengan Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, keberadaan sektor telekomunikasi dianggap penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Selain itu, penyelenggaraan telekomunikasi juga mempunyai arti strategis dalam upaya memperkokoh
(23)
persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan, dan meningkatkan hubungan antar bangsa.
2.1.2 Privatisasi 2.1.2.1 Teori Monopoli
Menurut Dunleavy, monopoli adalah segala tindakan negara terhadap masyarakat dan dapat dipaksakan. Teori monopoli menjelaskan BUMN yang pada mulanya memegang bidang usaha yang strategis dan vital maka pemerintah memberi hak monopoli namun menjadi tidak efisien karena kurangnya kompetisi sehingga menyebabkan kegagalan pasar. Efisiensi BUMN yang rendah dan terlalu tergantung pada subsidi serta didorong hak monopoli dari pemerintah menyebabkan kurangnya daya saing dibanding swasta (Lubis, dalam Riri 2010:12).
2.1.2.2 Teori Property Rights
Teori property rights menjelaskan mengenai hak kepemilikan suatu kekayaan sehingga jelas pertanggungjawabannya seperti pada perusahaan swasta yang lebih memiliki kebebasan dalam menggunakan dan memberdayakan aset dan pada akhirnya mampu mendorong agar lebih efisien dalam menjalankan usaha. Property rights menciptakan dorongan bagi terciptanya efisiensi perusahaan sedangkan BUMN adalah perusahaan milik negara yang mana pengertian negara kurang jelas sehingga terjadi kekurangan insentif untuk mendorong efisiensi. Selain itu terjadi keterbatasan dana untuk memenuhi kebutuhan modal investasi, sebagian modal BUMN berasal dari hutang jadi biaya
(24)
modalnya tinggi. Tujuan privatisasi dari perspektif ekonomi menurut Ernst adalah mewujudkan kebebasan ekonomi dan kepentingan konsumen melalui berkurangnya monopoli sehingga konsumen akan meningkatkan efisiensi (Dwidjowijoto dan Wrihatnolo, dalam Riri 2010:13).
2.1.2.3 Teori Pilihan Publik (Public Choice Theory)
Teori pilihan public (Public Choice Theory) merupakan teori dari sudut pandang politik terhadap privatisasi dan berfokus pada masalah keagenan di BUMN antara publik dan politisi yang menjelaskan bahwa politisi dapat membebankan tujuan politik, ekonomi, dan sosial terhadap BUMN. Inefisiensi yang terjadi dalam BUMN adalah akibat kerentanan terhadap intervensi kepentingan politik pihak tertentu yang merugikan bagi perusahaan. Menurut Boycko, Sheilfer dan Vishny (1996) hanya perubahan kontrol dan penyatuan pengaruh politik dan kepentingan perusahaan yang mampu membawa kinerja lebih baik (Dwidjowijoto danWrihatnolo, dalam Riri 2010:12).
Teori pilihan publik juga mengasumsikan bahwa politisi, birokrat, dan manajer perusahaan publik lebih mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utilitasnya. Pendekatan ini mengasumsikan politisi mementingkan kepentingannya sendiri untuk mencapai tujuan ideologis atau personal dengan batasan tidak kehilangan posisi pada pemilu berikutnya. Bagi politisi, tetap berada dalam kekuasaan adalah tujuan yang utama, sehingga politisi akan menggunakan public utilities untuk tujuan pribadinya. Hal ini terlihat pada tidak adanya dorongan bagi politisi untuk melakukan kontrol yang efektif untuk penggunaan sumberdaya negara dan efisiensi perusahaan publik.
(25)
Public utilities memberikan kesempatan bagi politisi untuk mencapai kepentingan pribadinya, yaitu terpilih kembali pada pemilu selanjutnya dengan cara penambahan tenaga kerja dan stabilisasi purchasing power. Jika ‘misuse’ dari public utilities menyebabkan meningkatnya angka tenaga kerja dan pendapatan dalam kurun waktu tertentu, maka sangat mudah bagi pemerintah untuk dapat dipilih kembali dalam pemilihan selanjutnya. Biaya-biaya dari kebijakan yang ‘misuse’ tersebut akan tampak beberapa tahun setelahnya, yaitu adanya defisit pada keuangan perusahaan publik yang kemudian memerlukan campur tangan pemerintah dengan subsidi, yang pada akhirnya akan meningkatkan defisit anggaran negara. (Ardian Ganang 2011:24)
2.1.2.4 Defenisi Privatisasi
Privatisasi memiliki banyak defenisi menurut sudut pandang tersendiri dari para ahli, akademisi maupun praktisi. Pada awalnya konsep privatisasi menguat seiring dengan meningkatnya ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dalam suasana yang demikian, Savas (1982) berpendapat bahwa privatisasi adalah alternatif kebijakan yang dapat memulihkan sikap sinis dan skeptisme masyarakat terhadap buruknya birokrasi pemerintah. Defenisi lain mengatakan bahwa privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta menyadari bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini seharusnya diserahkan kepada sektor swasta (Bastian, 2002:18). Berikut ini adalah berbagai sudut pandang lainnya dari para akademisi dan praktisi terhadap defenisi dari privatisasi:
(26)
a. Peacock (1930-an)
Privatisasi, pada umumnya didefinisikan sebagai pemindahan industri dari milik pemerintah ke sektor swasta yang berimplikasikan bahwa saham dominan dalam pemilikan aktiva akan berpindah ke pemegang saham swasta. Privatisasi juga mencakup perubahan “dari dalam ke luar”, di mana terdapat kontrak pembelian dan jasa pemerintahan. (Indra Bastian, 2000:27)
b. Kay dan Thompson (1970-an)
Privatisasi adalah suatu terminologi yang mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta. (Bastian, 2002: 21)
c. Dunleavy (1980-an)
Privatisasi adalah pemindahan permanen dari aktivitas produksi barang dan jasa yang dilakukan perusahaan negara ke swasta. (Mudrajad Kuncoro, 2010:433)
d. Pirie (1980-an)
Ide privatisasi melibatkan pemindahan produksi barang dan jasa sektor publik ke sektor swasta. Pemindahan ini mengakibatkan perubahan manajemen perusahaan sektor publik ke mekanisme swasta. Privatisasi lebih merupakan metode, bukan semata-mata kebijakan final. Sebuah metode regulasi yang memiliki kecenderungan untuk mengatur ekonomi sesuai mekanisme pasar (Bastian, 2002: 20)
e. Posner (1980-an)
Privatisasi adalah berpindahnya pengelolaan perusahaan dari publik ke swasta. (Mudrajad Kuncoro, 2010:434)
(27)
Di Indonesia, menurut Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, pengertian privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Berdasarkan pengertian privatisasi tersebut, maka Kementerian Negara BUMN mengenai privatisasi adalah: mendorong BUMN untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan guna menjadi champion dalam industrinya serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepemilikan sahamnya. (Ifa Anifawati et all : 2013)
Dari berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan secara umum bahwa privatisasi tersebut adalah pemindahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dari sektor publik ke sektor swasta baik secara penuh ataupun sebagian.
2.1.2.5 Landasan Hukum Privatisasi
Berikut adalah landasan hukum privatisasi yang terlampir pada laporan tentang Privatisasi oleh Kementerian BUMN tahun 2011 :
a. UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN (pasal 74-84)
b. Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perosahaan Perseroan (Persero)
c. Keputusan Presiden No. 18 tahun 2006 tentang Pembentukan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)
(28)
d. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero)
e. Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan Privatisasi dan Penunjukkan Lembaga dan/atau Profesi Penunjang serta profesi lainnya.
2.1.2.6 Tujuan Privatisasi
Tujuan privatisasi yang diartikulasi pemerintah terdapat di berbagai bidang, dijelaskan dalam (Bastian, 2002:127) yaitu:
a. Keuangan
- Meningkatkan penghasilan pemerintah, dengan mempengaruhi tingkat perpajakan dan pengeluaran publik
- Mendorong keuangan swasta untuk ditempatkan dalam investasi publik dalam skema infrastruktur utama
- Menghapus jasa-jasa dari kontrol keuangan sektor publik b. Jasa dan Organisasi
- Meningkatkan efisiensi dan produktifitas
- Mengurangi peran Negara dalam pembuatan keputusan
- Mendorong penetapan harga komersial, organisasi yang berorientasi pada keuntungan dan sikap-sikap bisnis
(29)
c. Ekonomi
- Memperluas wilayah kekuatan pasar dan meningkatkan persaingan dalam perekonomian
- Mengurangi ukuran sektor publik dan membuka pasar baru untuk modal swasta
d. Politik
- Mengendalikan kekuatan perkumpulan dagang dan mencapai pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel
- Mendorong kepemilikan saham untuk individu dan karyawan dan memperluas kepemilikan kekayaan
- Memperoleh dukungan politik dengan memenuhi permintaan industri dan menciptakan kesempatan lebih banyak akumulasi modal spekulatif
- Meningkatkan kemandirian, individualisme, dan merusak secara perlahan kepedulian dan tanggung jawab kolektif
2.1.2.7 Tata Cara Privatisasi
Berdasarkan Pasal 5 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 tentang tata cara privatisasi perusahaan perseroan (persero) hanya terdapat 3 cara privatisasi yang dilakukan di Indonesia, yaitu: 1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, yaitu penjualan saham
melalui penawaran umum (Initial Public Offering/go public), penerbitan obligasi konversi, dan efek lain yang bersifat ekuitas. Termasuk dalam pengertian ini adalah penjualan saham kepada mitra strategis (direct placement) bagi Persero yang telah terdaftar di bursa.
(30)
2. Penjualan saham secara langsung kepada investor, yaitu penjualan saham kepada mitra strategis (direct placement) atau kepada investor lainnya termasuk investor finansial. Cara ini khusus berlaku bagi penjualan saham Persero yang belum terdaftar di bursa.
3. Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan Persero yang bersangkutan, yaitu dalam hal manajemen dan/atau karyawan tidak dapat membeli sebagian besar atau seluruh saham, maka penawaran kepada manajemen dan/atau karyawan dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan mereka. Yang dimaksud dengan manajemen adalah Direksi. 2.1.3 Good Corporate Governance
2.1.3.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam rangka memahami corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer dengan investor. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
(31)
pemegang saham. Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, dalam Anindhita 2010:7)
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain, corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (Anindhita 2010:8)
2.1.3.2 Defenisi Good Corporate Governance
Istilah Good Corporate Governance pertama kali muncul dan diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 di dalam The Report of the Cadbury Committee on Financial Aspects of Corporate Governance: The Code of Best Practise yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan
(32)
ini dipandang sebagai turning point atau titik balik yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. (I Nyoman Tjager, 2003:26)
Berikut ini adalah berbagai defenisi dari Corporate Governance (I Nyoman Tjager, 2003:26-29):
1. Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Defenisi lainnya yaitu merupakan seperangkat peraturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka. (Cadbury Committee)
2. Corporate Governance adalah struktur dimana para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengawasi kinerja. (Organization for Economic Cooperation and Development)
3. Corporate Governance adalah struktur dimana manajer di puncak organisasi dikendalikan oleh dewan direksi, struktur yang terkait, eksekutif insentif, dan skema lain dari pengawasan dan ikatan. (Donaldson and Davis)
4. Corporate Governance adalah hubungan antara kelompok shareholders, board of directors, dan top management dalam menentukan arah dan kinerja korporasi. (Monks and Minow)
Berdasarkan berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(33)
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan pada Pasal 1 yang terdapat di Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER – 01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada badan Usaha Milik Negara, yang dimaksud dengan Good Corporate Governance adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
2.1.3.3 Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance
Terdapat 5 prinsip dasar Good Corporate Governance yang terdapat pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER – 01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada badan Usaha Milik Negara, yaitu:
1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
(34)
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
2.1.3.4 Tujuan Good Corporate Governance
Di dalam Pasal 4 pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER – 01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada badan Usaha Milik Negara, memuat mengenai penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN yang bertujuan untuk:
1.
Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.2.
Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum.3.
Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya(35)
tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
4.
Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.5.
Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional. 2.1.3.5 Pengukuran Terhadap Implementasi Good Corporate GovernanceSesuai dengan ayat (1) Bab XII Pasal 44 tentang Pengukuran Terhadap Implementasi Good Corporate Governance dalam PER — 01 /MBU/2011 , BUMN wajib melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG dalam bentuk: a. penilaian (assessment) yaitu program untuk mengidentifikasi pelaksanaan
GCG di BUMN melalui pengukuran pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilaksanakan secara berkala setiap 2 (dua) tahun;
b. evaluasi (review), yaitu program untuk mendeskripsikan tindak lanjut pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilakukan pada tahun berikutnya setelah penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf a, yang meliputi evaluasi terhadap hasil penilaian dan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan.
Pengukuran terhadap implementasi Good Corporate Governance selain melihat dari kinerja keuangan perusahaan, juga dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator di dalam prinsip dasar Good Corporate Governance yang tertuang dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) , yaitu:
1. Transparency
(36)
b.Visi perusahaan c.Misi perusahaan d.Sasaran perusahaan e.Strategi perusahaan f.Kondisi keuangan g.Susunan pengurus h.Pengelolaan risiko
i.Sistem pengawasan dan pengendalian intern j.Sistem pelaksanaan GCG
2. Accountability
a. Jumlah anggota komite audit paling kurang 3 dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi
b. Reward and punishment system 3. Responsibility
a.Melaksanakan tanggung jawab sosial 4. Independency
a. RUPS minimal 1 (satu) kali dalam satu periode 5. Fairness
a. Keberadaan dewan komisaris independen
b. Uraian untuk memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai homepage sebagai akses informasi
(37)
2.1.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Rasio ini diukur dengan membandingkan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. (Innayah, 2014:13)
Rasio profitabilitas ini terbagi 3, yaitu : 1. Return on Asset (ROA)
Rasio ini membandingkan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aset. Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat aset tertentu, semakin tinggi semakin baik.
Return on Assets (ROA) = (Laba Bersih / Aset) x 100% 2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini membandingkan laba bersih dengan modal sendiri. Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, semakin tinggi semakin baik.
Return on Equity (ROE) = (Laba Bersih / Ekuitas) x 100% 3. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini membandingkan laba usaha atau Earning After Tax (EAT) dibagi penjualan bersih. Menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu, semakin tinggi semakin baik.
(38)
2.1.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Andayani (2006) dengan penelitian yang berjudul analisis kinerja keuangan BUMN yang listed di BEJ sebelum dan sesudah privatisasi menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan current ratio dan quick ratio sebelum dan sesudah privatisasi. Sedangkan pada rasio purchase/sales, rasio profit/value added, rasio utang atas modal, rasio utang atas aktiva, net profit margin, total assets turn over, return on assets (ROA) dan return on Equity (ROE) tidak terdapat perbedaan yang signifikan setelah privatisasi. Hal ini bisa disebabkan karena pasca privatisasi terjadi banyak perubahan di dalam BUMN, baik perubahan struktur organisasi maupun perubahan visi dan misi BUMN, sehingga manajemen BUMN masih memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut. Dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada delapan rasio keuangan dari sepuluh rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini maka tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan pada BUMN setelah diprivatisasi.
2. Setiyowati (2010), dengan penelitian yang berjudul Analisis Perbedaan Efisiensi, Profitabilitas,Leverage dan Likuiditas Sebelum dan Setelah Privatisasi (Studi Empiris pada BUMN Sektor Non Infrastruktur dan Non Jasa Keuangan yang Go Public Tahun 1995-2007) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi dan profitabilitas yang signifikan sedangkan leverage dan likuiditas terdapat perbedaan yang signifikan pada BUMN setelah privatisasi.
(39)
3. Mobilala (2012) dengan penelitian yang berjudul Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good Corporate Governance (Studi Kasus pada PT. Kimia Farma, Tbk.) menunjukkan bahwa: terdapat perbedaan kondisi kinerja keuangan setelah diterapkannya mekanisme Good Corpaorate Governance (GCG). Selain itu rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai pengukur seperti Return On Asset, Net Profit Margin, Current Ratio dan Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan untuk rasio Price Earning Ratio pada penelitian ini berhasil menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan setelah perusahaan menerapkan mekanisme mekanisme Good Corporate Governance (GCG). 4. Widya (2013) dengan penelitian yang berjudul analisis perbandingan
profitabilitas dan ukuran perusahaan yang menerapkan good corporate governance dan yang tidak menerapkan gcg (studi empiris pada perusahaan manufaktur dan jasa yang terdaftar di bursa efek Indonesia) menunjukkan bahwa: ada perbedaan yang signifikan antara profitabilitas dan ukuran perusahaan yang menerapkan GCG dengan yang tidak menerapkan GCG. 5. Sari (2014) dengan penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan
Bank Pemerintah Sebelum dan Sesudah Implementasi Kebijakan Good Corporate Governance (GCG) menyimpulkan bahwa pada Bank Mandiri dan BNI tidak terdapat perbedaan signifikan setelah adanya implementasi GCG. Sedangkan pada BRI dan BTN terdapat perbedaan signifikan setelah adanya implementasi GCG.
(40)
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti dan
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Andayani (2006)
Analisis Kinerja Keuangan BUMN yang Listed di BEJ Sebelum dan Sesudah Privatisasi
Variabel Independen: rasio purchase/sales, profit/value added, current ratio, quick ratio, rasio utang atas modal, rasio utang atas aktiva, net profit margin, total assets turnover, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE)
Variabel Dependen : perbedaan Kinerja Keuangan BUMN yang listed di BEJ sebelum dan sesudah privatisasi
Ada perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan current ratio dan quick ratio
sebelum dan sesudah privatisasi. Sedangkan pada rasio purchase/ sales, rasio profit/ value added, rasio utang atas modal, rasio utang atas aktiva, net profit margin, total assets turn over, return on assets (ROA) dan return on Equity (ROE) tidak terdapat perbedaan signifikan setelah privatisasi. 2. Setiyowati (2010) Analisis Perbedaan Efisiensi, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas Sebelum dan Setelah Privatisasi (Studi Empiris pada BUMN Sektor Non Infrastruktur dan Non Jasa Keuangan yang Go Public Tahun 1995-2007)
Variabel Independen: asset turnover, ROA, ROE, ROS, debt to total asset dan rasio lancar
Variabel Dependen: perbedaan Efisiensi, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas Sebelum dan Setelah
Privatisasi
Tidak terdapat
perbedaan Efisiensi dan profitabilitas yang signifikan sedangkan leverage dan likuiditas terdapat perbedaan yang signifikan pada BUMN setelah privatisasi
(41)
3. Mobilala (2012) Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good Corporate Governance (Studi Kasus pada PT. Kimia Farma, Tbk.)
Variabel Independen: ROA, ROE, NPM, Current Ratio (CR), dan Price Earning Ratio (PER)
Variabel Dependen : perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan GCG
ROA, ROE, NPM, Current Ratio (CR) menunjukkan perbedaan kinerja keuangan yang positif setelah diterapkannya GCG, sedangkan rasio Price Earning Ratio (PER) menunjukkan nilai yang negatif terhadap kinerja keuangan. 4. Widya (2013) Analisis Perbandingan Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan yang Menerapkan Good Corporate Governance dan yang Tidak Menerapkan gcg (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur dan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Variabel Independen: ROA, ROE, NPM dan Ln of Total Assets. Variabel Dependen: perbedaan profitabilitas dan ukuran perusahaan yang menerapkan good corporate governance dan yang tidak menerapkan gcg
Ada perbedaan yang signifikan antara profitabilitas dan ukuran perusahaan yang menerapkan GCG dengan yang tidak menerapkan GCG. 5. Sari (2014) Analisis Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Sebelum dan Sesudah Implementasi Kebijakan Good Corporate
Governance (gcg)
Variabel Independen: LDR, NPL, BOPO, NIM, ROA, ROE, dan CAR Variabel Dependen: perbedaan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Sebelum dan Sesudah Implementasi Kebijakan Good Corporate Governance
Pada Bank Mandiri dan BNI tidak terdapat perbedaan signifikan setelah adanya implementasi GCG. Sedangkan pada BRI dan BTN terdapat perbedaan signifikan setelah adanya implementasi GCG
(42)
2.2 Kerangka Konseptual
.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, penelitian ini memiliki 2 variabel independen atau bebas, yaitu profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance dan profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance. Hal yang akan diuji perbedaannya adalah profitabilitas yang dilihat dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta melihat perbedaan dari pengelolaan perusahaannya, baik sebelum maupun sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
BUMN SEKTOR TELEKOMUNIKASI
SEBELUM PRIVATISASI YANG
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
SESUDAH PRIVATISASI YANG
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE PROFITABILITAS
DAN PENGELOLAAN
PERUSAHAAN BUMN SEKTOR TELEKOMUNIKASI
(43)
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ho: tidak ada perbedaan signifikan pada profitabilitas serta pengelolaan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance pada BUMN sektor telekomunikasi di Indonesia. H1: ada perbedaan signifikan pada profitabilitas serta pengelolaan perusahaan
sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance pada BUMN sektor telekomunikasi di Indonesia.
(44)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah melalui metode statistika untuk mendeskripsikan perkembangan kinerja setiap variabel independen apakah memiliki perbedaan antara sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
Selain penelitian deskriptif kuantitatif, jenis penelitian ini juga dapat digolongkan ke penelitian komparatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua hal, yang di dalam penelitian ini membandingkan profitabilitas serta tata kelola perusahaan pada saat sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
3.2 Batasan Operasional
Batasan operasional pada penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas, yaitu: profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance (X1) dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance (X2). Kedua variabel tersebut akan dilihat melalui pengukuran rasio profitabilitas serta perubahan pengelolaan perusahaan pada BUMN sektor telekomunikasi. Peneliti mengukur ROA, ROE, dan NPM yang diukur untuk mengetahui perbedaan profitabilitas serta melihat dari perubahan
(45)
pengelolaan perusahaan pada BUMN sektor telekomunikasi sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
2. Objek penelitian dilakukan pada BUMN sektor telekomunikasi yang telah diprivatisasi dan menerapkan Good Corporate Governance, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM).
Tabel 3.1
Awal Penerapan GCG pada BUMN Sektor Telekomunikasi No. Nama Perusahaan Tahun Dimulai Penerapan
Good Corporate Governance 1. PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk (TELKOM)
2006
Sumber: Data diolah oleh peneliti
3.3 Defenisi Operasional
Defenisi operasional variabel penelitian ini adalah:
1. Profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance
Profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance yaitu rasio profitabilitas serta pengelolaan perusahaan yang diukur dan dilihat berdasarkan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi yang sudah melaksanakan privatisasi namun belum menerapkan implementasi good corporate governance.
(46)
2. Profitabilitas BUMN sektor telekomunikasi sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance
Profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance yaitu rasio profitabilitas serta pengelolaan perusahaan yang diukur dan dilihat berdasarkan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi yang sudah melaksanakan privatisasi dan sudah menerapkan implementasi good corporate governance.
3.4 Pengukuran Variabel
Variabel pada penelitian ini adalah adalah profitabilitas serta pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance (X1)dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance (X2) yang masing-masing diukur berdasarkan skala rasio seperti ROA, ROE, dan NPM.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah BUMN sektor telekomunikasi yang telah diprivatisasi dan menerapkan Good Corporate Governance.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa
(47)
mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) karena merupakan satu-satunya BUMN sektor telekomunikasi yang telah diprivatisasi dan menerapkan Good Corporate Governance. Sampai saat ini, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) masih merupakan BUMN sektor telekomunikasi yang 50 % lebih sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.
3.6 Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder. Data ini diperoleh berdasarkan dokumen dari perpustakaan, publikasi internet, atau dari jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Data sekunder pada penelitian ini berupa:
1. Sejarah, bentuk, maksud, dan tujuan BUMN.
2. Defenisi, landasan hukum, tujuan, dan tata cara privatisasi.
3. Defenisi, prinsip dasar, tujuan, dan pengukuran good corporate overnance. 4. Jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.
5. Laporan tahunan dari perusahaan BUMN sektor telekomunikasi untuk melihat rasio profitabilitas yang akan diukur dalam penelitian ini.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan mempelajari buku, membaca jurnal dan website terkait dengan pembahasan penelitian ini dimana seluruh data yang telah tersedia juga telah diproses oleh instansi terkait sebagai penelitian yang sudah diteliti seluruhnya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai rasio profitabilitas serta
(48)
pengelolaan perusahaan BUMN sektor telekomunikasi. Data yang digunakan adalah periode sebelum privatisasi yang mewujudkan good corporate governance dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance.
Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM), untuk data privatisasi yang mewujudkan good corporate governance digunakan data laporan keuangan mulai tahun 2003-2005, dan data sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance digunakan periode tahun 2006-2008.
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik, yaitu analisis yang diperlukan untuk menguji hipotesis penelitian sehingga menghasilkan kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian yang ada. Beberapa uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk menguji data yang berdistribusi normal dalam penelitian ini digunakan alat uji normalitas Kolmogrov-Smirnov.Pedoman pengambilan keputusan dengan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari:
a. Apabila nilai signifikan atau angka probability > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
(49)
b. Apabila nilai signifikan atau angka probability < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
2. Uji Paired Sample T-Test
Uji Paired Sample T-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan mean dari dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan (paired). Sebuah sampel akan mengalami dua perlakuan yang berbeda, dimana dalam penelitian ini berupa data profitabilitas sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan good corporate governance dari masing-masing perusahaan BUMN sektor telekomunikasi. Pedoman pengambilan keputusan dengan uji paired sample t-test dilihat berdasarkan:
a. Apabila nilai t-hitung > t-tabel, maka terdapat perbedaan signifikan (H1 diterima).
b. Apabila nilai t-hitung < t-tabel, maka tidak terdapat perbedaan signifikan (H1 ditolak)
(50)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Singkat PT TELKOM Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau PT TELKOM Tbkadalah salah satu perusahaan telekomunikasi yang menyediakan informasi dan komunikasi. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana usaha ini adalah milik Negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Perusahaan ini juga merupakan satu-satunya BUMN telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. 51,20% saham PT TELKOM Tbk dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan sisanya 48,80% dimiliki oleh Publik.
Privatisasi PT TELKOM Tbk dimulai dengan penawaran saham secara Initial Public Offering (IPO) pada 14 November 1995 dengan sisa kepemilikan saham Pemerintah Indonesia sebesar 80%. Kemudian, pada 11 Desember 1996 dengan secara block sale mengubah komposisi saham Telkom menjadi 75,80% milik Pemerintah Indonesia. Di tahun 1999 pada tanggal 17 Mei, komposisi saham Telkom kembali berubah dengan 66,20% yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Selanjutnya kembali dengan secara block sale, pada 7 Desember 2001 saham yang dimiliki Pemerintah Indonesia menjadi 54,30%. Dan pada 16 Juli 2002 hingga sekarang, terdapat 51,20% saham yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.
(51)
4.2 Deskriptif Data Penelitian
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA sebelum 3 11.80 12.90 12.2667 .56862
ROA sesudah 3 11.70 15.90 14.0667 2.15019
ROE sebelum 3 34.30 36.50 35.3333 1.10604
ROE sesudah 3 31.50 39.20 36.6333 4.44560
NPM sebelum 3 19.10 22.40 20.3333 1.80093
NPM sesudah 3 16.60 21.50 19.6333 2.65016
Valid N (listwise) 3
a. Return on Assets (ROA)
Rata-rata ROA sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG secara berturut-turut adalah 12.2667 dan 14.0667. Ini menunjukkan bahwa setelah privatisasi yang mewujudkan GCG terjadi peningkatan pada rasio ROA PT TELKOM Tbk. ROA yang paling rendah sebelum privatisasi yang mewujudkan GCG sebesar 11.80 dan yang tertinggi sebesar 12.90. Sedangkan ROA yang paling terendah setelah privatisasi yang mewujudkan GCG sebesar 11.70 dan yang tertinggi sebesar 15.90.
b. Return on Equity (ROE)
Rata-rata ROE sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG secara berturut-turut adalah 35.3333 dan 36.6333. Ini menunjukkan bahwa setelah privatisasi yang mewujudkan GCG terjadi peningkatan pada rasio ROE PT TELKOM Tbk. ROE yang paling rendah sebelum privatisasi yang
(52)
mewujudkan GCG sebesar 34.30 dan yang tertinggi sebesar 36.50. Sedangkan ROE yang paling terendah setelah privatisasi yang mewujudkan GCG sebesar 31.50 dan yang tertinggi sebesar 39.20.
c. Net Profit Margin (NPM)
Rata-rata NPM sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG secara berturut-turut adalah 20.3333 dan 19.6333. Ini menunjukkan bahwa setelah privatisasi yang mewujudkan GCG terjadi penurunan pada rasio NPM PT TELKOM Tbk. NPM yang paling rendah sebelum privatisasi yang mewujudkan GCG sebesar 19.10 dan yang tertinggi sebesar 22.40. Sedangkan NPM yang paling terendah setelah privatisasi yang mewujudkan GCG sebesar 16.60 dan yang tertinggi sebesar 21.50.
4.3 Analisis Hasil Penelitian 4.3.1 Uji Normalitas
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data BUMN
Sektor Telekomun
ikasi
Rasio Profitab
ilitas
Nilai
Kolmogrov-Smirnov Sig. (2-tailed)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah PT
TELKOM Tbk
ROA 0,488 0,458 0,971 0,985
ROE 0,372 0,667 0,999 0,786
NPM 0,597 0,583 0,868 0,886
a. Return on Assets(ROA)
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi pada = 5%. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,971 untuk sebelum dan 0,985 untuk sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG. Hal ini menunjukkan data terdistribusi secara normal.
(53)
b. Return on Equity (ROE)
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi pada = 5%. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,999 untuk sebelum dan 0,786 untuk sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG. Hal ini menunjukkan data terdistribusi secara normal.
c. Net Profit Margin (NPM)
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi pada = 5%. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,868 untuk sebelum dan 0,886 untuk sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG. Hal ini menunjukkan data terdistribusi secara normal.
4.3.2 Uji Paired Sample T-Test a. Return On Asset (ROA)
Tabel 4.3 Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 ROA sebelum ROA sesudah
-1.80000 2.71846 1.56950 -8.55302 4.95302 -1.147 2 .370
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung= |-1.147| lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai t-tabel (5%,3-1) = 4,302 dengan nilai signifikansi 0,370 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada nilai ROA saat sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG.
(54)
b. Return On Equity (ROE)
Tabel 4.4 Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 ROE sebelum ROE sesudah
-1.30000 3.60971 2.08407 -10.26701 7.66701 -.624 2 .596
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung= |-.624| lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai t-tabel (5%,3-1) = 4,302 dengan nilai signifikansi 0,596 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada nilai ROE saat sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG.
c. Net Profit Margin (NPM)
Tabel 4.5 Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 NPM sebelum NPM sesudah
.70000 1.90788 1.10151 -4.03943 5.43943 .635 2 .590
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung= |-.635| lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai t-tabel (5%,3-1) = 4,302 dengan nilai signifikansi 0,590 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan pada nilai NPM saat sebelum dan sesudah privatisasi yang mewujudkan GCG.
(55)
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 4.6
Rangkuman Hasil Penelitian
Sumber: Data yang telah diolah
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis penelitian, dengan melihat dari rasio profitabilitas perusahaan maka tidak terdapat perbedaan signifikan rasio profitabilitas setelah adanya privatisasi yang mewujudkan GCG. Untuk nilai rata-rata masing-masing rasio tersebut, rasio ROA dan ROE mengalami peningkatan yang tidak signifikan, sedangkan rasio NPM mengalami sedikit penurunan yang tidak signifikan.
Hasil pengujian tersebut menandakan bahwa adanya implementasi GCG berpengaruh terhadap kinerja rasio ROA yang telah menyebabkan perusahaan meningkatkan asset yang dimiliki.
Selanjutnya untuk rasio ROE, peningkatan yang terjadi menandakan bahwa implementasi GCG telah menyebabkan perusahaan mampu memperoleh laba bersih lebih banyak dari yang dimiliki sebelum implementasi GCG tersebut.
Sedangkan untuk rasio NPM, hasil pengujian menandakan adanya sedikit penurunan pada laba bersih perusahaan sesudah pajak setelah adanya implementasi GCG tersebut.
BUMN Sektor Telekomuni kasi Rasio Profita bilitas Rata-rata Nilai Rasio Profitabilitas Hasil Uji Paired Sample T-Test (t-tabel = 4,032) Ada Perbedaan / Tidak Ada Perbedaan Sebelum Sesudah
PT
TELKOM Tbk
ROA 12,2667 14,0667 1,147 Tidak Ada
ROE 35,3333 36,6333 0,624 Tidak Ada
(56)
4.5 Pembahasan Pengelolaan Perusahaan Tabel 4.7
Pengelolaan Perusahaan PT TELKOM Tbk
No Prinsip GCG Indikator Sebelum GCG Sesudah GCG
Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada
1. Transparansi
Waktu Penerbitan
Laporan Keuangan
Visi Perusahaan
Misi Perusahaan Sasaran Perusahaan Strategi Perusahaan Kondisi Keuangan Susunan Pengurus Pengelolaan Resiko Sistem Pengawasan dan Pengendalian Internal Sistem Pelaksanaan
GCG
2. Akuntabilitas
Jumlah anggota komite audit paling kurang 3
dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi Reward and Punisment System
(57)
3. Pertanggungja waban Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
4. Kemandirian
RUPS minimal 1 (Satu) kali
dalam satu periode
5. Kewajaran
Keberadaan Dewan Komisaris Independen Uraian untuk memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta mempunyai homepage sebagai akses informasi
Sumber : Data yang telah diolah
4.5.1 Pengelolaan Perusahaan Sebelum Good Corporate Governance
1. Transparansi
Transparansi atau keterbukaan menjadi pengharapan yang sangat besar bagi setiap orang untuk mengetahui dan memahami sejauh mana sebuah perusahaan di dalam mengelola perusahaannya. Beberapa indikator yang
(58)
transparansi GCG dapat dilihat dari waktu penerbitan laporan keuangan, visi perusahaan, misi perusahaan, sasaran perusahaan, strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan pengurus, pengelolaan resiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal serta sistem pengawasan GCG. Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan perusahaan yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Waktu penerbitan laporan keuangan dipaparkan secara jelas di dalam laporan tahunan dimana laporan keuangan diterbitkan setiap triwulan dan juga terdapat laporan keuangan auditan.
TELKOM merupakan sebuah perusahaan yang memiliki visi dan misi yang baik sehingga perusahaannya lebih terkoordinir untuk melaksanakan segala program kerjanya. Perusahaan tersebut juga memiliki sasaran perusahaan yang sangat jelas sehingga memiliki targetan yang cukup besar. Strategi perusahaan yang dipaparkan juga terkait dengan segala hal yang perlu dilakukan untuk pencapaian sasaran perusahaan serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut. Di dalam strategi perusahaan dipaparkan secara jelas tentang strategi mengurangi berbagai risiko, strategi kesuksesan dalam pengambilan keputusan dan berbagai strategi lainnya.
Pada dasarnya, kondisi keuangan merupakan bagian yang sering dianggap sebagai sesuatu yang sering fiktif. Namun, pemaparannya di dalam laporan tahunan adalah jelas sehingga tidak ada yang bersifat ditutup-tutupi. Pada perusahaan TELKOM, kondisi keuangannya dipaparkan secara rinci
(59)
dan terbuka. Selain itu, transparansi mengenai struktur organisasi juga terlihat jelas, sehingga susunan pengurus dipaparkan didalam laporan tahunan tersebut. Susunan pengurus merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut terkoordinir dengan baik.
Dalam pengelolaan resiko, di paparkan secara jelas di laporan tahunan TELKOM bahwa ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengurangi berbagai risiko yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Selain itu, sistem pengawasan dan pengendalian internal juga terdapat di dalam laporan keuangan tersebut. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki sistem pengawasan dan pengendalian internal yang baik. Dengan demikian, sistem pengawasan dan pengendalian internal cenderung menjadi tolak ukur yang mutlak untuk menentukan transparansi dari sebuah perusahaan terutama terkait pelaporannya di dalam laporan tahunan.
2. Akuntabilitas
Selain transparansi, prinsip GCG lainnya adalah akuntabilitas. Pada dasarnya akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas dapat diukur dengan jumlah anggota komite audit paling kurang 3 dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi. Selain itu juga terdapat indikator yang lain yaitu Reward and Punishment System. Pada TELKOM, anggota komite audit terdiri dari 7 orang yaitu 2 komisaris independen, 1 komisaris dan 4 anggota independen. Sedangkan pada Reward and Punishment System yang diterapkan, TELKOM
(1)
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sektor BUMN yang diteliti. Sehingga diharapkan cakupan hasil analisis akan menjadi lebih luas. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah rasio yang dipergunakan
sehingga tidak terbatas hanya pada profitabilitas, namun juga pada rasio-rasio lain yang akan semakin menambah lengkap hasil penelitian.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah tahun pengamatan sehingga dapat terlihat kecenderungan tren dalam pengungkapan laporan tahunan jangka panjang.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Andayani. 2006. Analisis Kinerja Keuangan BUMN yang Listed di BEJ Sebelum dan Sesudah Privatisasi. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Bastian, Indra. 2000. Model Pengelolaan Privatisasi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Bastian, Indra. 2002. Privatisasi di Indonesia : Teori dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta.
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2003. Analisa Privatisasi BUMN di Indonesia. Jurnal. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
http://www.telkom.co.id/investor-relations/laporan-laporan/laporan-tahunan (22 Apr. 2015)
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum GCG Indonesia. Jakarta.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2012. Pedoman Umum GCG Indonesia. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajaj. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan. Erlangga. Jakarta
Mobilala, Ajidio. 2012. Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Good Corporate Governance (Studi Kasus pada PT. Kimia Farma, Tbk.). Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Malang.
Nurfitriani, Nurul. 2006. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sebelum Dan Sesudah Privatisasi. Skripsi. Universitas Widyatama. Bandung.
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER — 01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara http://bumn.go.id/data/uploads/files/1/PER-09~1.PDF (10 Des. 2014) Privatisasi Pada Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia
(3)
Riyanto, Ardian Ganang. 2011. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Privatisasi Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada BUMN yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Privatisasi 2002-2006). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sabrinna, Ira Anindhita. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sari, Innayah Permata. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Sebelum dan Sesudah Implementasi Kebijakan Good Corporate Governance (gcg). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setiyowati, Riri. 2010. Analisis Perbedaan Efisiensi, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas Sebelum dan Setelah Privatisasi (Studi Empiris pada BUMN Sektor Non Infrastruktur dan Non Jasa Keuangan yang Go Public Tahun 1995-2007). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Tjager, Nyoman et all. 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. PT Prenhallindo. Jakarta. Trihendradi, Cornelius. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik
Menggunakan SPPS 17. ANDI. Yogyakarta.
Umar, Husein. 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/40/264.bpkp (10 Des. 2014) Widya. 2013. Analisis Perbandingan Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan yang
Menerapkan Good Corporate Governance dan yang Tidak Menerapkan gcg (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Wirartha, I Made. 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian. Skripsi, dan
(4)
Lampiran I
Data Rasio Profitabilitas PT TELKOM Tbk Sebelum dan Sesudah Privatisasi yang Mewujudkan Good Corporate Governance
RASIO
SEBELUM SESUDAH
2003 2004 2005 2006 2007 2008
ROA 12.10 11.80 12.90 14.60 15.90 11.70
ROE 35.20 36.50 34.30 39.20 39.20 31.50
(5)
Lampiran II
Hasil Output Uji Normalitas SPSS PT TELKOM Tbk
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA sebelum ROA sesudah
N 3 3
Normal Parametersa,,b Mean 12.2667 14.0667
Std. Deviation
.56862 2.15019
Most Extreme Differences Absolute .282 .265
Positive .282 .198
Negative -.206 -.265
Kolmogorov-Smirnov Z .488 .458
Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .985
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROE sebelum ROE sesudah
N 3 3
Normal Parametersa,,b Mean 35.3333 36.6333
Std. Deviation
1.10604 4.44560
Most Extreme Differences Absolute .215 .385
Positive .215 .282
Negative -.188 -.385
Kolmogorov-Smirnov Z .372 .667
Asymp. Sig. (2-tailed) .999 .766
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(6)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPM sebelum NPM sesudah
N 3 3
Normal Parametersa,,b Mean 20.3333 19.6333
Std. Deviation
1.80093 2.65016
Most Extreme Differences Absolute .345 .337
Positive .345 .241
Negative -.247 -.337
Kolmogorov-Smirnov Z .597 .583
Asymp. Sig. (2-tailed) .868 .886
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.