2.5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bukan saja menentukan lokasi tumor, tetapi juga untuk menentukan kelainan lainnya pada tubuh penderita, misalnya tumor di daerah leher, supraklavikula,
aksila, payudara dan dinding dada, intraabdominal atau pembesaran prostat pada laki-laki. Dengan pemeriksaan teliti dapat memprediksi kegawatan, misalnya tanda- tanda sindrom
vena kava superior karena penekanan tumor. Tanda-tanda lainnya adalah edema pada wajah dan lengan kanan disertai peningkatan tekanan vena jugularis dan tampak venektasi di dada.
2.5.3. Pemeriksaan Laboratorium
47
Pemeriksaan laboratorium dapat menjadi indikasi yang bermanfaat dalam menilai kemungkinan adanya metastasis misalnya: fungsi hati meningkat, kemungkinan telah
terjadi metastasis ke hati, peningkatan alkalin fosfatase kemungkinan menunjukkan telah terjadi metastasis ketulang. Pemeriksaan laboratorium juga dapat menilai kelainan
metabolik dan paraneoplastik misalnya: hiperglikemia, hipokalemia. Penurunan laktat dehidrogenase dan albumin merupakan pentanda prognosa yang jelek pada kanker paru.
2.5.4. Pemeriksaan Radiologi
40
Gambaran pancitraan pada kanker paru, dapat dipertimbangkan sebagai tumor yang terdapat disentral dan tumor yang terdapat di perifer. Tumor yang terdapat di sentral adalah
tumor yang berada dekat dengan hilusbronkus sekmentalis denganatau tampa adanya kollaps atau konsolidasi paru bagian distal. Dapat ditemukan adanya gambaran berikut ini:
1. Golden S Singn
48
Universitas Sumatera Utara
2. Pembesaran hilus
3. Konsolidasi lobus yang luas
4. Massa di sentral
5. Berkurangnya ukuran saluran napas
6. Pneumonia persisten
7. Pneumonia berulang
Tumor yang terdapat diperifer adalah tumor yang terdapat diluar dari tumor hilus tumor bronkus sekmentalis. Dapat ditemukan gambaran berikut ini:
1. Biasa tumor berukuran besar dan berbentuk tidak beraturan
48
2. Pada foto toraks ukuran 1cm jarang dapat dilihat
3. Biasanya tumor berbentuk bulat, oval atau lobulated
4. Sudut tumor biasanya lobular atau tidak beraturan, pada kasus yang jarang dapat
menyerupai pneumonia 5.
Korona radiata kurang spesifik 6.
Dapat terlihat sebagai mucocele 7.
16 kasus dapat terlihat sebagai kavitas pada foto toraks, pada CT scan toraks dapat terlihat lebih sering.
8. Air bronchogram dan cystlike lucencies jarang terlihat pada foto toraks walaupun
25 kasus dapat terlihat pada CT scan toraks. 9.
Kalsifikasi sebenarnya jarang terlihat pada foto toraks dan sejumlah kecil dapat terlihat pada CT scan toraks.
Universitas Sumatera Utara
A. Foto Toraks
Diperlukan foto toraks posteroanterior dan lateral, kelainan dapat dilihat jika ukuran massa tumor lebih dari 1 cm. Pemeriksaan foto toraks, dapat memberikan informasi tentang
ukuran, bentuk, kepadatan dan lokasi tumor. Pemeriksaan foto toraks juga dapat memberikan informasi tentang limfadenopati toraks, efusi pleura, efusi perikardial, infiltrat,
pneumonia dan konsolidasi. Perubahan bentuk mediastinum akibat limfadenopati, metastasis ke iga dan struktur tulang lainnya juga dapat dilihat.
16,20,44
Foto toraks juga dapat memberi petunjuk tentang kemungkinan jenis histologi tumor, karsinoma sel skuamousa cendrung sebagai massa berukuran besar, berlokasi di
sentral hilar atau para hilar, menyebabkan nekrosis luas dan pada sepertiga kasus karsinoma sel skuamosa didapati adanya kavitas, apabila berada diperifer biasanya sebagai
nodul atau massa yang besar. Dua pertiga adenokarsinoma ditemukan di perifer dengan diameter tumor biasanya lebih dari 4 cm tetapi dapat juga di temukan di sentral atau tumor
endobronkial. Tabel 3. Gambaran foto toraks berdasarkan tipe histologi kanker paru.
16,20,49 50
Gambaran radiologi
Karsinoma sel skuamosa
Adenokarsinoma Karsinoma
sel kecil Karsinoma sel
besar
Nodul
≤ 4cm
14 46
21 18
Lokasi perifer 29
65 26
61
Lokasi sentral 64
5 74
42 Massa
Hilarparahilar 40
17 78
32
Kavitas 5
3 4
Keterlibatan pleuradinding
dada 3
14 5
2
Adenopati hilar 38 19
61 32
Adenopati mediastinal
5 9
14 10
Universitas Sumatera Utara
B. CT scan Toraks
CT-scan toraks Computed Tomographic Scan dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik dibandingkan dengan foto toraks, dalam mendeteksi pembesaran kelenjar
getah bening hilus dan mediastinum, efusi pleura, efusi perikardial, invasi tumor ke dinding toraks dan struktur mediastinum, dapat mendeteksi tumor dengan ukuran kurang dari 1cm.
Diameter kelenjar getah bening lebih besar dari 1cm dianggap tidak normal dan ketika diameternya lebih besar dari 1.5 cm maka CT-scan memiliki spesifisiti hampir 85 di dalam
menentukan metastasis ke kelenjar limfe mediastinum.
16,40,42
C. PET Positron Emission Tomography atau PET-CT
Adalah prosedur yang tidak invasif dalam menilai pembesaran kelenjar getah bening, dengan sensitifitas 74 dan spesisifiti 85, namun jika pembesaran kelenjar getah bening
lebih besar sensitifitasnya dapat menjadi 100 dengan spesifiti 79.
D. MRI Magnetic Resonance Imaging Scan
17
Dengan pemeriksaan MRI scan dapat memberikan informasi lebih rinci tentang invasi tumor ke struktur toraks, pada pancoast tumor, sangat penting untuk menilai invasi
tumor ke vaskular, saraf plexus brakialis dan ketika kanker paru direncanakan untuk tindakan operasi.
E. CT scan Abdomen
17
Jarang diperlukan secara rutin, karena dengan CT scan toraks pada umumnya telah mencakup pemeriksaan abdomen bagian atas sehingga telah dapat mengevaluasi metastasis
ke hati.
40
Universitas Sumatera Utara
F. Pemeriksaan Radiologi Tambahan
Dalam menentukan stadium kanker paru, diperlukan pemeriksaan radiologi tambahan.
40
Untuk mendeteksi metastasis yang jauh diperlukan pencitraan yang tepat dengan :
1. CT atau MRI kranial dengan kontras
17
2. Bone Scientigraphy
3. Ultrasonografi
4. CT atau MRI hati dan adrenal
5. PET atau PET- CT
2.5.5. Diagnosis Berdasarkan Pemeriksaan Histologi
Diagnosis akhir kanker paru adalah pemeriksaan histologi yang menyatakan adanya keganasan. Diagnosis keganasan pada penderita yang disangkakan menderita kanker paru,
diperlukan prosedur yang kurang invasif untuk mengambil jaringan untuk pemeriksaan histologi.
a. Sitologi sputum
40
Adalah pemeriksaan sederhana dan tidak invasif dalam menentukan kanker paru, sangat tergantung kepada ukuran tumor, jarak tumor dengan saluran napas besar dan
kemampuan penderita untuk mengeluarkan dahak, sebagai bahan pemeriksaan yang memadai. Pada lesi berukuran kecil yang terdapat di perifer, hasil pemeriksaan
sitologi sputum kurang dari 20. Sel-sel ganas dalam sputum dapat ditemukan pada 50 penderita.
20,40
Universitas Sumatera Utara
b. Aspirasi Jarum Halus AJH
Pada penderita dengan pembesaran kelenjar getah bening superfisial atau metastasis dermal, aspirasi jarum halus menghasilkan diagnosis positif dengan resiko
pemeriksaan yang ringan, sedangkan pada penderita efusi pleura, torakosintesis diagnostik adalah prosedur pemeriksaan dengan resiko rendah tetapi hasil
pemeriksaan yang tinggi. c.
Bronkoskopi
40
Dengan bronkoskopi serat optik lentur BSOL, dapat menentukan jenis histologi dan stadium kanker paru. BSOL merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan
jenis histologi kanker paru primer, dengan sensitivitas 88 pada tumor yang terdapat di sentral dan 78 pada tumor yang terletak di perifer.
17
Dengan bronkoskopi lesi di sentral dapat dilihat secara langsung, bahan pemeriksaaan dapat
diambil dengan menggunakan biopsi forsep, bilasan dan sikatan bronkus. Sedangkan lesi di perifer bahan pemeriksaan dapat diambil dengan tindakan biopsi
transbronchial needle aspiration TBNA, bilasan dan sikatan, dan hasil pemeriksaan tergantung pada ukuran lesi misalnya lesi lebih keci dari 2 cm; hasil
pemeriksaan positif sekitar 20 dan lesi lebih besar dari 4 cm hasilnya dapat mencapai lebih dari 80.
d. Transthorasic Needle Aspiration TTNA
40
Digunakan pada lesi yang terletak di perifer, dan kelenjar getah bening mediastinum yang tidak dapat diakses dengan BSOL.
43
Lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm maka TTNA dapat dilakukan dengan bantuan flouroskopi atau USG.
Universitas Sumatera Utara
Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTNA dengan tuntunan CT-Scan.
16
2.6. Histologi Kanker Paru
Karsinoma bronkogenik dibagi menjadi empat jenis histologi yang utama berdasarkan sifat biologi dan penanganan dan prognosisnya yaitu:
17,20
1. Kanker paru karsinoma bukan sel kecil KPKBSK sebanyak 70
- Karsinoma sel skuamosa 52
- Adenokarsinoma 13
- Karsinoma sel besar 5
2. Kanker paru karsinoma sel kecil KPKSK sebanyak 30
2.6.1. Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa dikenal juga sebagai karsinoma epidermoid, karena mengandung struktur keratin menyerupai kulit. Karsinoma sel skuamousa timbul dari epitel
skuamousa pada saluran napas yang besar dan berkembang secara cepat, paling sering berlokasi di sentral dan parahilar, ditemukan paling banyak pada laki-laki perokok dalam
waktu yang lama dan rata-rata usia ketika ditemukan sekitar 57 tahun. Bukti terbaru mengatakan bahwa human papilomavirus dapat menyebabkan karsinoma sel skuamousa.
6,44
2.6.2. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma sering ditemukan pada perempuan berusia lebih tua dan bukan perokok. Adenokarsinoma berhubungan erat dengan fibrosis paru yang luas dan haneycomb
lung. Adenokarsinoma timbul dari sel-sel glandular, seperti sel-sel goblet, sel pneumosit tipe
Universitas Sumatera Utara