peradangan di paru, dimana kondisi tersebut dapat berperan sebagai katalisator terhadap terjadinya neoplasma di paru dan tampaknya berhubungan dengan kanker paru.
38
Infeksi juga meningkatkan airway remodeling yang dapat meningkatkan karsinogenesis.
37
Pada orang perokok, paparan asap rokok dapat memicu respon inflamasi pada saluran napasnya. Asap rokok memicu pelepasan berbagai jenis mediator inflamasi dan faktor
pertumbuhan termasuk TGF- β, EGFr, IL-1, IL-8 dan G-CSF melalui stress oksidatf dan
peradangan yang terjadi dapat berlangsung selama puluhan tahun setelah berhenti merokok. PPOK meningkatkan risiko kanker paru hingga 4.5 kali lipat pada perokok dalam jangka
waktu yang lama. Sejauh ini PPOK adalah faktor risiko terbesar terhadap berkembangnya kanker paru pada orang perokok dan PPOK ditemukan pada 50-90 penderita kanker paru.
2.4. Patologi
39
Secara keseluruhan kanker paru, lebih banyak ditemukan pada paru kanan dibandingkan paru kiri. Berikutnya kanker paru lebih sering terjadi pada lobus atas daripada
lobus bawah paru. Pasokan darah ke tumor, diperoleh melalui arteri bronkial dari epitel bronkus. Bentuk penyebaran yang khas pada kanker paru adalah pertama sekali kanker paru
menyebar ke kelenjar limfe hilus, kemudian masuk ke kelenjar limfe mediastinum biasanya ipsilateral. Kanker paru dapat menyebar secara hematogen ke hati, adrenal, paru, tulang,
ginjal dan otak. Metastasis ke tulang biasanya adalah osteolytic.
2.5. Diagnosis Kanker Paru
12
Seseorang yang disangkankan menderita kanker paru, maka tujuan pemeriksaan klinis adalah menentukan jesis histologi dan stadium kanker paru tersebut, hal ini penting
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat. Komponen dalam pemeriksaan klinis tersebut adalah:
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
40
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Foto toraks
d. CT scan toraks
e. Pencitraan tambahan lain yang diperlukan
f. Biopsi diagnostik
2.5.1. Manifestasi Klinis
Parenkim paru tidak memiliki serat saraf sensorik, karena itu gejala klinis kanker paru biasanya timbul setelah ada penekanan, invasi atau metastasis tumor ke organ atau
struktur lainnya.
41
A. Manifestasi Lokal Kanker Paru Intrapulmonal Intratorakal
Manifestasi klinis dapat dibagi menjadi:
Gejala lokal yang timbul berupa batuk berdahak, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, obstruksi saluran napas biasanya terjadi setelah tumor berukuran besar.
40,41,42
1. Batuk disebabkan oleh tumor endobronkial, pneumonia atau efusi pleura. Batuk
biasanya kronis dan tidak berdahak. Batuk berdahak yang berlebihan biasanya didapati pada bronkoalveolar sel karsinoma. Obstruksi pada bronkus utama atau bronkus lobaris,
dapat mengganggu pengeluaran sputum, menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dan akan menimbulkan pneumonia.
2. Batuk darah biasanya ditemukan pada lesi endobronkial, tetapi dapat juga terjadi
sebagai konplikasi kanker paru itu sendiri, misalnya emboli paru dan pneumonia.
Universitas Sumatera Utara
3. Nyari dada, pada umumnya terjadi sebagai akibat invasi tumor ke pleura, ke dinding
dada dan ke mediastinum. Invasi lokal tumor ke struktur yang berdekatan, seperti tulang rusuk dan tulang belakang dapat menyebabkan nyeri dada yang menetap.
4. Sesak napas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penyakit pada
endobronkial, atelektasis, emboli paru, penyebaran tumor ke kelenjar limfe dan efusi perikardial yang menyebabkan aritmia dan temponade.
B. Manifestasi Intratorakal Ekstrapulmonal
1. Sindroma Vena Kava Superior SVKS
2. Tumor yang berlokasi di lobus atas paru kanan atau kelenjar mediastinum, dapat
menginvasi atau menekan vena kava superior. Gambaran klinis SVKS adalah sesak napas, bengkak pada muka, leher dan lengan, batuk, orthopnue, nyeri dada dan sakit
kepala, sedangkan tanda klinis SVKS adalah pelebaran vena dileher, wajah sembab, venektasi vena dileher, daerah dada maupun punggung, bengkak pada lengan dan
edema. 3.
Sindroma Horner
40,41,43 ,
Tumor yang berada di apikal dapat meluas, melibatkan saraf simpatis dan menyebabkan sindroma Horner
s
,
s kelopak mata jatuh, pupul mengecil, tidak berkeringat pada satu sisi wajah.
41,43,44
Tumor apikal juga dapat melibatkan plexus brakialis, menyebabkan nyeri pada bahu dan leher, terjadinya atropi pada otot-otot kecil
di tangan.
41
4. Suara Serak
Tumor pada paru kiri, dapat menekan nervus laringeus rekurens yang berada tepat diatas arcus aorta menyebabkan paralisis pita suara sebelah kiri.
41
Tumor mediastinum
Universitas Sumatera Utara
yang besar, dapat menyebabkan paralisis pita suara bilateral, menyebabkan stridor akibat sumbatan pada saluran napas bagian atas.
5. Disfagia
40
Invasi tumor secara langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan penekanan pada oesophagus, menyebabkan disfagia.
C. Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis
45
Kira-kira 10-20 penderita kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik, hal ini terjadi bukan karena invasi tumor secara langsung, melainkan karena polipeptida yang
dihasilkan oleh sel-sel tumor, yang menyerupai hormon.
45,46
Tabel 2. Sindroma paraneoplastik.
Sering terjadi
41
Jarang terjadi Anoreksia
Secara umum Kaheksia
Penurunan berat badan Jari tabuh
HPAO Demam
Endokarditis mirantik
Hiperkalsemia Endokrin
SIADH
Anemia Hematologi
Polisitemia
Sindroma miastenia Lambert-Eaton
Neurologi
Neuropati perifer
Dermatomiositispolimiolitis Jaringan ikat vaskulitis
Sistemik Lupus Eritematosus
Acanthosis nigricans Kulit
Iktiosis didapat Keratoderma palmoplantar
didapat Dermatomiositis
Eritema annulare Dermatitis eksfoliatif
Pemfigus Pruritis
Akromegali Endokrin
Sindroma karsinoid Sindroma Cushing
Genekomastia Hiperkalsitonemia
Hipoglikemia Hipofosfatemia
Asidosis laktat
Amiloidosis Hematologi
Eosinofilia Lekositosis
Reaksi lekoeritroblastik Polisitemia
Trombositopenia
Neuropati otonomik Neurologi
Degenerasi serebelar Encefalitis limbic
Miolinosis pontin Retinopati
Glomeronefritis Ginjal
Tubulointerstitial
Universitas Sumatera Utara
D. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Kanker paru lebih sering bermetastasis ke adrenal, kelenjar, hati, tulang dan ke susunan saraf pusat SSP.
1. Metastasis ke adrenal
12,40
Metastasis ke adrenal, paling banyak ditemukan pada KPKSK, sering tampa gejala dan jarang ditemukan pada pemeriksaan fisik, namun ditemukan pada pemeriksaan
radiologi secara rutin foto toraks dan CT scan toraks, metastasis adrenal yang luas dapat menyebabkan nyeri punggung dan bilateral metastasis adrenal dapat
menyebabkan terjadinya insufisiensi adrenal. 2.
Metastasis ke hati
40
Metastasis kanker paru ke hati lebih sering ditemukan pada penderita KPKSK dari pada penderita KPKBSK. Keluhan paling sering ditemukan adalah anoreksia,
perasaan tidak nyaman, dan penurunan berat badan dan gejala klinis yang jarang ditemukan adalah ikterik, nyeri perut kanan atas berhubungan dengan hepatomegali.
3. Metastasis ke susunan saraf pusat
40
Sering ditemukan pada KPKBSK terutama adenokarsinoma maupun pada KPKSK. Gejala klinis metastasis ke otak adalah nyeri kepala, perubahan status
mental, kejang, mual dan muntah, defisit fokal motorik dan sensorik. 4.
Metastasis ke tulang
40
Sepertiga dari penderita kanker paru, bermetastasis ke tulang, gejala paling sering berupa nyeri tulang, biasanya asimptomatik, diketahui pada saat melakukan CT-
tulang atau adanya hiperkalsemia.
40
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bukan saja menentukan lokasi tumor, tetapi juga untuk menentukan kelainan lainnya pada tubuh penderita, misalnya tumor di daerah leher, supraklavikula,
aksila, payudara dan dinding dada, intraabdominal atau pembesaran prostat pada laki-laki. Dengan pemeriksaan teliti dapat memprediksi kegawatan, misalnya tanda- tanda sindrom
vena kava superior karena penekanan tumor. Tanda-tanda lainnya adalah edema pada wajah dan lengan kanan disertai peningkatan tekanan vena jugularis dan tampak venektasi di dada.
2.5.3. Pemeriksaan Laboratorium
47
Pemeriksaan laboratorium dapat menjadi indikasi yang bermanfaat dalam menilai kemungkinan adanya metastasis misalnya: fungsi hati meningkat, kemungkinan telah
terjadi metastasis ke hati, peningkatan alkalin fosfatase kemungkinan menunjukkan telah terjadi metastasis ketulang. Pemeriksaan laboratorium juga dapat menilai kelainan
metabolik dan paraneoplastik misalnya: hiperglikemia, hipokalemia. Penurunan laktat dehidrogenase dan albumin merupakan pentanda prognosa yang jelek pada kanker paru.
2.5.4. Pemeriksaan Radiologi
40
Gambaran pancitraan pada kanker paru, dapat dipertimbangkan sebagai tumor yang terdapat disentral dan tumor yang terdapat di perifer. Tumor yang terdapat di sentral adalah
tumor yang berada dekat dengan hilusbronkus sekmentalis denganatau tampa adanya kollaps atau konsolidasi paru bagian distal. Dapat ditemukan adanya gambaran berikut ini:
1. Golden S Singn
48
Universitas Sumatera Utara
2. Pembesaran hilus
3. Konsolidasi lobus yang luas
4. Massa di sentral
5. Berkurangnya ukuran saluran napas
6. Pneumonia persisten
7. Pneumonia berulang
Tumor yang terdapat diperifer adalah tumor yang terdapat diluar dari tumor hilus tumor bronkus sekmentalis. Dapat ditemukan gambaran berikut ini:
1. Biasa tumor berukuran besar dan berbentuk tidak beraturan
48
2. Pada foto toraks ukuran 1cm jarang dapat dilihat
3. Biasanya tumor berbentuk bulat, oval atau lobulated
4. Sudut tumor biasanya lobular atau tidak beraturan, pada kasus yang jarang dapat
menyerupai pneumonia 5.
Korona radiata kurang spesifik 6.
Dapat terlihat sebagai mucocele 7.
16 kasus dapat terlihat sebagai kavitas pada foto toraks, pada CT scan toraks dapat terlihat lebih sering.
8. Air bronchogram dan cystlike lucencies jarang terlihat pada foto toraks walaupun
25 kasus dapat terlihat pada CT scan toraks. 9.
Kalsifikasi sebenarnya jarang terlihat pada foto toraks dan sejumlah kecil dapat terlihat pada CT scan toraks.
Universitas Sumatera Utara
A. Foto Toraks
Diperlukan foto toraks posteroanterior dan lateral, kelainan dapat dilihat jika ukuran massa tumor lebih dari 1 cm. Pemeriksaan foto toraks, dapat memberikan informasi tentang
ukuran, bentuk, kepadatan dan lokasi tumor. Pemeriksaan foto toraks juga dapat memberikan informasi tentang limfadenopati toraks, efusi pleura, efusi perikardial, infiltrat,
pneumonia dan konsolidasi. Perubahan bentuk mediastinum akibat limfadenopati, metastasis ke iga dan struktur tulang lainnya juga dapat dilihat.
16,20,44
Foto toraks juga dapat memberi petunjuk tentang kemungkinan jenis histologi tumor, karsinoma sel skuamousa cendrung sebagai massa berukuran besar, berlokasi di
sentral hilar atau para hilar, menyebabkan nekrosis luas dan pada sepertiga kasus karsinoma sel skuamosa didapati adanya kavitas, apabila berada diperifer biasanya sebagai
nodul atau massa yang besar. Dua pertiga adenokarsinoma ditemukan di perifer dengan diameter tumor biasanya lebih dari 4 cm tetapi dapat juga di temukan di sentral atau tumor
endobronkial. Tabel 3. Gambaran foto toraks berdasarkan tipe histologi kanker paru.
16,20,49 50
Gambaran radiologi
Karsinoma sel skuamosa
Adenokarsinoma Karsinoma
sel kecil Karsinoma sel
besar
Nodul
≤ 4cm
14 46
21 18
Lokasi perifer 29
65 26
61
Lokasi sentral 64
5 74
42 Massa
Hilarparahilar 40
17 78
32
Kavitas 5
3 4
Keterlibatan pleuradinding
dada 3
14 5
2
Adenopati hilar 38 19
61 32
Adenopati mediastinal
5 9
14 10
Universitas Sumatera Utara
B. CT scan Toraks
CT-scan toraks Computed Tomographic Scan dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik dibandingkan dengan foto toraks, dalam mendeteksi pembesaran kelenjar
getah bening hilus dan mediastinum, efusi pleura, efusi perikardial, invasi tumor ke dinding toraks dan struktur mediastinum, dapat mendeteksi tumor dengan ukuran kurang dari 1cm.
Diameter kelenjar getah bening lebih besar dari 1cm dianggap tidak normal dan ketika diameternya lebih besar dari 1.5 cm maka CT-scan memiliki spesifisiti hampir 85 di dalam
menentukan metastasis ke kelenjar limfe mediastinum.
16,40,42
C. PET Positron Emission Tomography atau PET-CT
Adalah prosedur yang tidak invasif dalam menilai pembesaran kelenjar getah bening, dengan sensitifitas 74 dan spesisifiti 85, namun jika pembesaran kelenjar getah bening
lebih besar sensitifitasnya dapat menjadi 100 dengan spesifiti 79.
D. MRI Magnetic Resonance Imaging Scan
17
Dengan pemeriksaan MRI scan dapat memberikan informasi lebih rinci tentang invasi tumor ke struktur toraks, pada pancoast tumor, sangat penting untuk menilai invasi
tumor ke vaskular, saraf plexus brakialis dan ketika kanker paru direncanakan untuk tindakan operasi.
E. CT scan Abdomen
17
Jarang diperlukan secara rutin, karena dengan CT scan toraks pada umumnya telah mencakup pemeriksaan abdomen bagian atas sehingga telah dapat mengevaluasi metastasis
ke hati.
40
Universitas Sumatera Utara
F. Pemeriksaan Radiologi Tambahan
Dalam menentukan stadium kanker paru, diperlukan pemeriksaan radiologi tambahan.
40
Untuk mendeteksi metastasis yang jauh diperlukan pencitraan yang tepat dengan :
1. CT atau MRI kranial dengan kontras
17
2. Bone Scientigraphy
3. Ultrasonografi
4. CT atau MRI hati dan adrenal
5. PET atau PET- CT
2.5.5. Diagnosis Berdasarkan Pemeriksaan Histologi
Diagnosis akhir kanker paru adalah pemeriksaan histologi yang menyatakan adanya keganasan. Diagnosis keganasan pada penderita yang disangkakan menderita kanker paru,
diperlukan prosedur yang kurang invasif untuk mengambil jaringan untuk pemeriksaan histologi.
a. Sitologi sputum
40
Adalah pemeriksaan sederhana dan tidak invasif dalam menentukan kanker paru, sangat tergantung kepada ukuran tumor, jarak tumor dengan saluran napas besar dan
kemampuan penderita untuk mengeluarkan dahak, sebagai bahan pemeriksaan yang memadai. Pada lesi berukuran kecil yang terdapat di perifer, hasil pemeriksaan
sitologi sputum kurang dari 20. Sel-sel ganas dalam sputum dapat ditemukan pada 50 penderita.
20,40
Universitas Sumatera Utara
b. Aspirasi Jarum Halus AJH
Pada penderita dengan pembesaran kelenjar getah bening superfisial atau metastasis dermal, aspirasi jarum halus menghasilkan diagnosis positif dengan resiko
pemeriksaan yang ringan, sedangkan pada penderita efusi pleura, torakosintesis diagnostik adalah prosedur pemeriksaan dengan resiko rendah tetapi hasil
pemeriksaan yang tinggi. c.
Bronkoskopi
40
Dengan bronkoskopi serat optik lentur BSOL, dapat menentukan jenis histologi dan stadium kanker paru. BSOL merupakan pemeriksaan utama untuk menentukan
jenis histologi kanker paru primer, dengan sensitivitas 88 pada tumor yang terdapat di sentral dan 78 pada tumor yang terletak di perifer.
17
Dengan bronkoskopi lesi di sentral dapat dilihat secara langsung, bahan pemeriksaaan dapat
diambil dengan menggunakan biopsi forsep, bilasan dan sikatan bronkus. Sedangkan lesi di perifer bahan pemeriksaan dapat diambil dengan tindakan biopsi
transbronchial needle aspiration TBNA, bilasan dan sikatan, dan hasil pemeriksaan tergantung pada ukuran lesi misalnya lesi lebih keci dari 2 cm; hasil
pemeriksaan positif sekitar 20 dan lesi lebih besar dari 4 cm hasilnya dapat mencapai lebih dari 80.
d. Transthorasic Needle Aspiration TTNA
40
Digunakan pada lesi yang terletak di perifer, dan kelenjar getah bening mediastinum yang tidak dapat diakses dengan BSOL.
43
Lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm maka TTNA dapat dilakukan dengan bantuan flouroskopi atau USG.
Universitas Sumatera Utara
Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTNA dengan tuntunan CT-Scan.
16
2.6. Histologi Kanker Paru
Karsinoma bronkogenik dibagi menjadi empat jenis histologi yang utama berdasarkan sifat biologi dan penanganan dan prognosisnya yaitu:
17,20
1. Kanker paru karsinoma bukan sel kecil KPKBSK sebanyak 70
- Karsinoma sel skuamosa 52
- Adenokarsinoma 13
- Karsinoma sel besar 5
2. Kanker paru karsinoma sel kecil KPKSK sebanyak 30
2.6.1. Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa dikenal juga sebagai karsinoma epidermoid, karena mengandung struktur keratin menyerupai kulit. Karsinoma sel skuamousa timbul dari epitel
skuamousa pada saluran napas yang besar dan berkembang secara cepat, paling sering berlokasi di sentral dan parahilar, ditemukan paling banyak pada laki-laki perokok dalam
waktu yang lama dan rata-rata usia ketika ditemukan sekitar 57 tahun. Bukti terbaru mengatakan bahwa human papilomavirus dapat menyebabkan karsinoma sel skuamousa.
6,44
2.6.2. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma sering ditemukan pada perempuan berusia lebih tua dan bukan perokok. Adenokarsinoma berhubungan erat dengan fibrosis paru yang luas dan haneycomb
lung. Adenokarsinoma timbul dari sel-sel glandular, seperti sel-sel goblet, sel pneumosit tipe
Universitas Sumatera Utara
II, dan sel klara. Jenis sel ini paling banyak berhubungan dengan pekerjaan dan 90 adenokarsinoma terjadi antara umur 40-69 tahun, usia rata-rata ketika di diagnosis adalah
53.3 tahun. Karena letak tumor di perifer jarang menyebabkan gejala obstruktif dan biasanya tidak ada gejala klinis.
2.6.3. Karsinoma Sel Besar
20
Lokasi karsinoma sel besar berubah-ubah, tetapi biasanya berlokasi di sentral. Lesi di perifer ukurannya lebih besar dari adenokarsinoma. Kanker ini dapat juga menyebabkan
batuk berdahak atau batuk darah. Ketika terdapat pada saluran napas utama, dapat menyebabkan obstruksi pneumonia.
2.6.4. Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil
20
Kanker paru karsinoma sel kecil KPKSK memiliki hubungan yang sangat kuat dengan kebiasaan merokok.
35
Jenis kanker ini berkembang dan bermetastasis secara cepat, umumnya ditemukan sebagai massa di sentral hilar atau para hilar dengan atau tampa
adanya kollaps labaris, sering menyebar mengakibatkan perbesaran kelenjar getah bening mediastinum, dan obstruksi vena kava superior.
12
KPKSK timbul dari sel-sel endokrin, sel- sel kulchitsky dan sistem membran amine precursor uptake decarboxylase APUD.
KPKSK adalah keganasan yang paling progresif dari semua karsinoma bronkogenik.
2.7. Penderajatan Staging Kanker Paru
46
Setelah ditegakkan diagnosis sebagai kanker paru karsinoma bukan sel kecil KPKBSK, maka stadium yang akurat harus ditentukan, berdasarkan sistim TNM T untuk
tumor primer; N untuk kelenjar getah bening regional; M untuk metastasis jauh karena hal tersebut sangat penting untuk menentukan terapi yang akurat. Secara konvensional stadium
Universitas Sumatera Utara
kanker paru, paling sering ditentukan berdasarkan CT scan toraks dan abdomen bagian atas. Namun demikian pencitraan CT memiliki sensitiviti terbatas, dan sering sering tidak dapat
membedakan, apakah pembesaran kelenjar getah bening mediastinum disebabkan oleh keganasan atau karena reaksi hiperplasi jinak. Sangat berbeda dengan PET dengan fluorine
18-labeled fluorodedeoxyglucosa, memiliki sensitivitas yang lebih tinggi untuk mendeteksi metabolisme keganasan yang aktif dan dapat mengakibatkan perubahan stadium dan rencana
pengobatan pada KPKSBK. Tumor marker tidak dilakukan untuk diagnosis kanker paru, tetapi hanya bermanfaat
untuk evaluasi hasil terapi. Pada kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun telah dilakukan berbagai prosedur diagnosa, maka torakotomi eksplorasi dapat dilakukan.
1,17
47,51
Tabel 4. Sistim TMN versi 6 2002 dengan versi 7 2009 dalam penderajatan KPKBSK.
17,48
Versi 6 Versi 7
TX Tumor primer sulit dinilai, atau
terdapat sel ganas pada sputum atau cairan bronchial lavage,
tetapi tidak tampak secara radiologis atau bronkoskopik
Tx Tumor primer sulit
dinilai, terdapat sel ganas pada sputum
atau cairan bronchial lavage, tapi tidak tampak secara radiologis dan
bronkoskopik
T0 Tidak ada bukti adanya tumor
primer T0
Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma in situ Tis
Karsinoma in situ
T1 Diameter tumor ukurannya
T1 Diameter tumor ukurannya
≤3cm,
Universitas Sumatera Utara
≤3cm, dikelilingi oleh jaringan paru atau pleura viseral, tidak
ada bukti secara bronkoskopik infiltrasi proximal ke bronkus
lobaris
belum sampai ke bronkus utama
dikelilingi oleh jaringan paru atau pleura viseral, tidak ada bukti
secara bronkoskopi infiltrasi
proximal ke bronkus lobaris belum sampai ke bronkus utama.
T1a Diameter tumor
≤ 2 cm T1b
Diameter tumor 2cm tapi ≤ 3 cm
T2 Tumor 3cm diikuti oleh satu
dari gambaran berikut ini : - tumor primer mengenai bronku
utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina
- invasi tumor ke pleura viseral - berhubungan dengan atelektasis
atau pneumonitis
obstruktif yang
meluas kedaerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
T2 Tumor 3cm tetapi
≤7cm diikuti oleh satu dari gambaran berikut
ini : - tumor primer mengenai bronku
utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina
- invasi tumor ke pleura viseral - berhubungan dengan atelektasis
atau pneumonitis
obstruktif yang
meluas kedaerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
T2a Diameter terbesar tumor 3cm
tetapi ≤ 5cm
T2b Diameter terbesar tumor 5 cm
tetapi ≤ 7cm
T3 Tumor dengan berbagai ukuran
dengan invasi secara langsung pada salah satu struktur berikut
ini:
- dinding dada termasuk
tumor sulkus superior -
diafragma -
nervus frenikus -
pleura mediastinum -
perikardium parietal atau tumor terdapat
dalam bronkus utama yang jaraknya
kurang dari 2cm sebelah distal karina, tetapi belum mengenai
karina;
atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh
paru. T3
Diameter tumor 7cm atau tumor berbagai ukuran dengan invasi
secara langsung pada salah satu struktur berikut ini:
- dinding dada termasuk tumor
sulkus superior -
diafragma -
nervus frenikus -
pleura mediastinum -
perikardium parietal atau tumor terdapat dalam
bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2cm sebelah distal
karina, tetapi belum mengenai karina;
atelektasis atau
pneumonitis obstruktif seluruh paru, atau nodul tumor satelit
pada lobus yang sama.
T4 Tumor berbagai ukuran yang
menginvasi salah satu struktur berikut:
- mediastinum
- jantung
T4 Tumor berbagai ukuran yang
menginvasi salah satu struktur berikut ini:
- mediastinum
- jantung
Universitas Sumatera Utara
- pembuluh darah besar
- trakea
- nervus
laryngeal reccurent
- esofagus
- vertebra
- karina
atau penyebaran nodul tumor pada lobus yang sama atau tumor
dengan efusi pleura ganas atau efusi perikardial
- pembuluh darah besar
- trakea
- nervus laryngeal reccurent
- esofagus
- vertebra
- karina
atau penyebaran tumor nodul satelit pada lobus
berbeda ipsilateral.
N X
Kelenjar getah bening regional belum dapat di evaluasi
NX Kelenjar getah bening regional
belum dapat di evaluasi
N0 Tidak ada metastasis kelenjar
getah bening regional N0
Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1 Metastasis pada kelenjar getah
bening peribronkial danatau
hilus ipsilateral, termasuk
perluasan tumor secara langsung. N1
Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial danatau hilus
ipsilateral, termasuk perluasan
tumor secara langsung.
N2 Metastasis pada kelenjar getah
bening mediastinum ipsilateral dengan atau tanpa metastasis
pada kelenjar getah bening subkarina.
N2 Metastasis pada kelenjar getah
bening mediastinum ipsilateral dangan atau tanpa metastasis pada
kelenjar getah bening subkarina.
N3 Metastasis pada kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum kontralateral, atau
KGB skalenus
supraklavikula ipsilateral atau kontralateral.
N3 Metastasis pada kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum kontralateral, atau KGB skalenus
supraklavikula ipsilateral atau kontralateral.
M X
Metastasis tidak dapat dinilai MX
Metastasis tidak dapat dinilai
M0 Tidak ditemukan metastase jauh M0
Tidak ditemukan metastase jauh
M1 Metastase jauh temasuk,
penyebaran nodul tumor ke lobus paru yang lain
M1 Metastasis jauh
M1a Penyebaran nodul tumor ke dalam lubus kontralateral, nodul pada
pleura, efusi pleura ganas atau efusi perikardial
M1b Metastasis jauh
Tabel 5. Penderajatan Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil.
17,48
Versi 6 Versi 7
T N
M T
N M
Occult Carcinoma
X
Universitas Sumatera Utara
Is Is
I IA
1 IA
1a,b IB
2 IB
2a
II IIA
1 1
IIA 1a,b
1 2a
1 2b
IIB 2
1 IIB
2b 1
3 3
III IIIA
1-3 2
IIIA 1,2
2 3
1 3
1,2 4
1,0 IIIB
4 0-2
IIIB 4
2 Any
3 Any
3
IV Any
Any 1
IV Any
Any 1a,b
Kanker paru karsinoma sel kecil KPKSK atau small cell lung carcinoma SCLC terdiri dari :
a. Stadium terbatas limited, jika hanya melibatkan satu sisi paru hemitoraks
17
b. Stadium luas extensive, jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar
ke organ lain
2.8. Penatalaksanaan Kanker Paru