Kecemasan pasien kanker payudara yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

kepuasaan yang baik. Perilaku caring sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, karena kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien Saputri, 2010.

5.2.2 Kecemasan pasien kanker payudara yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 28 orang 70 memiliki tingkat kecemasan ringan dan 12 orang responden lainnya 30 memiliki tingkat kecemasan sedang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Hartati 2008 tentang konsep diri dan kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan dimana hasil yang didapatkan sebagian besar pasien 42.4 memiliki tingkat kecemasan sedang dan sebagian lainnya 30.3 memiliki tingkat kecemasan berat. Begitu juga penelitian oleh Rolintan 2006 tentang hubungan koping dengan kecemasan pasien kanker di RSUP H. Adam Malik Medan. Dari 32 pasien kanker payudara didapatkan hasil sebagian besar pasien kanker payudara 53.1 memiliki kecemasan tingkat sedang dan sebagian lainnya 43.8 memiliki tingkat kecemasan berat. Hal ini mungkin berkaitan dengan adanya dukungan sosial, usia responden dan lama menderita penyakit kanker. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Burgess et al, 2004 yang menyatakan bahwa ekspresi kecemasan yang ditunjukkan oleh pasien kanker payudara berhubungan dengan perawatan yang tidak tuntas, usia yang lebih muda, proses Universitas Sumatera Utara pengobatan, tidak ada riwayat penanganan psikologis dan kurangnya dukungan sosial. Dalam menghadapai kanker payudara adanya dukungan sosial dari keluarga yang diberikan akan berdampak dalam mengatasi tekanan psikologis seperti kesedihan, putus asa dan kecemasan. Dukungan dari keluarga diberikan maka dapat membuat pasien kanker payudara menjadi lebih semangat, lebih kuat dan tidak merasa dikucilkan Rahmata, 2012. Hal ini diperkuat oleh Bulotiene 2008 yang menyatakan bahwa Kurangnya dukungan keluarga pada pasien yang sudah bercerai ataupun janda menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki dukungan dari keluarga. Dari data demografi responden diketahui bahwa mayoritas responden 33 orang 82.5 menikah, 6 orang 15 berstatus janda dan 1 orang 2.5 belum menikah. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian ialah lama pasien menderita kanker payudara. Diketahui bahwa mayoritas responden 27 orang 67.5 sudah menderita kanker payudara selama 1-5 tahun. Sehingga responden sudah dapat beradaptasi dengan penyakitnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hadi 2009 diketahui bahwa mayoritas responden 88.7 menderita kanker payudara antara 1-5 tahun tidak menunjukkan gejala kecemasan. Selain itu Burgess et al, 2004 menyatakan bahwa wanita yang telah lebih dari 1 tahun menderita kanker memiliki kecemasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang baru mengetahui penyakit kanker payudara. Universitas Sumatera Utara Kecemasan yang diderita oleh pasien kanker payudara juga berhubungan dengan usia. Perbedaan tingkat usia akan mempengaruhi persepsi dan pemahaman seseorang terhadap penyakit kanker payudara Otto, 2003. Dari data demografi diketahui hampir sebagian responden yaitu 17 orang 42.5 sudah berusia 51-60 tahun. Penelitian Hadi 2009 mengemukakan bahwa usia yang muda memiliki kecemasan yang tinggi dikarenakan rasa kekhawatiran mereka tidak bisa menjalankan peran sebagai seorang istri ataupun ibu. Peran agama juga memiliki hubungan dengan kecemasan pasien kanker payudara. Penelitian oleh Saniah,2010 menyatakan bahwa agama merupakan koping yang digunakan oleh pasien dalam menghadapi penyakitnya dan membuat pasien bisa menerima penyakit yang diderita sehingga kecemasan dapat berkurang. Dari data demografi diketahui bahwa seluruh responden 100 memiliki agama dan saat pengumpulan data banyak responden menyatakan bahwa menerima penyakit kanker payudara dan percaya dan pasrah pada Tuhan. penelitian juga mendapatkan hasil bahwa mayoritas responden yaitu 21 orang 52.5 menyatakan menjadi mudah menangis ketika memikirkan penyakit kanker payudara dan 12 orang 30 menyatakan terkadang masih memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi akibat kanker payudara yang dialami. Saat wanita mengetahui terkena kanker payudara maka respon psikologis yang tidak menyenangkan akan muncul seperti menjadi cemas, sangat sedih, merasa sendiri dan memikirkan hal-hal buruk seperti kematian Lubis, 2009. Hal sama juga diungkapkan oleh Aruan Universitas Sumatera Utara 2011 dalam penelitian tentang pengalaman pasien kanker payudara diketahui bahwa respon psikologis yang menonjol pada penderita kanker payudara ialah ketakutan akan kematian. Dari hasil penelitian juga didapat bahwa mayoritas responden tidak menunjukkan gejala kecemasan dalam menjalani pengobatan. Mayoritas responden yaitu 14 responden 35 menyatakan tidak merasakan tegang, 33 responden 82.5 tidak merasakan nyeri otot dan telinga berdengung, 25 responen 62.5 tidak merasakan jantung berdebar-debar dan 32 responden 80 tidak merasakan rasa tertekan di dada saat akan menjalani pengobatan kanker payudara. Hal ini mungkin disebabkan karena responden sudah bisa memahami tentang proses pengobatan dari tenaga kesehatan dirumah sakit. Menurut Notoadmodjo 2003 menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman seseorang tentang suatu hal, dan dalam hal ini adalah kanker payudara. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, karena hasil pendidikan ikut membentuk pola pikir, pola persepsi dan sikap dalam mengambil keputusan, termasuk dalam keputusan dalam menjalani pengobatan. Bila dilihat dari data demografi maka diketahui hampir sebagian besar tingkat pendidikan responden yaitu 19 orang 47.5 adalah SMA. Hal ini juga didukung oleh Penelitian oleh Umi 2008 menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan dalam menjalani pengobatan. Diketahui bahwa dengan tingkat pendidikan yang Universitas Sumatera Utara tinggi maka kecenderungan kecemasan menjadi rendah dalam menjalani pengobatan.

5.2.3 Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan