Metode Imâm al-Râzi Dalam Penafsirannya

2. Metode Imâm al-Râzi Dalam Penafsirannya

Kitab Tafsîr al-Kabîr termasuk dalam kelompok tafsîr bi al-ra’y , yaitu tafsir yang dibuat berdasarkan ijtihad mufassirnya. Sedangkan metode penulisan kitab tafsir tersebut secara tahlîliy , yaitu penafsiran ayat perayat. Langkah-langkah penafsiran Imâm al-Râzi secara umum, yaitu :

a. Menyebutkan ayat satu demi satu atau juga sekelompok ayat dengan melihat kepentingan munasabahnya. Selanjutnya dikeluarkan beberapa

pokok masalah dari ayat-ayat tersebut, hingga menjadi beberapa kelompok. Dalam hal ini Imâm al-Râzi menggunakan ungkapan al- mas`alah al-ûla, al-sâniyah, al-sâlisah dan seterusnya.

b. Pembahasan kadang-kadang dimulai dengan menjelaskan perbedaan qirâ`at dan kadang-kadang dimulai dengan menjelaskan makna-makna kebahasaan. Bahkan diuraikan secara panjang lebar pro kontra para ahli bahasa atau qirâ’at.

c. Perhatian terhadap persoalan munasabah sangat luas. Ini bisa difahami karena Imâm al-Râzi melihat ayat-ayat tersebut berada pada satu tema yang sama.

d. Penafsiran dilakukan dengan sangat luas hingga pembaca kitab tafsir ini dapat terbuai dan hanyut dalam persoalan-persoalan yang sebenarnya telah terlalu jauh dari tafsir itu sendiri.

e. Dalam persoalan isrâiliyyât, tampak bahwa Imâm al-Râzi sangat berusaha untuk menghindarinya. Kalaupun riwayat-riwayat tersebut ada di dalam kitab tafsirnya, maka hal itu hanya sebagai contoh kepada pembaca, agar mereka lebih waspada terhadap kebenaran riwayat- riwayat tersebut.

f. Ketika memulai sebuah penafsiran terhadap sebuah surat, Imâm al-Râzi

menjelaskan terlebih dahulu makna dari nama surat tersebut dan mengungkapkan nama-nama lain darinya. Lalu menjelaskan klasifikasi surat tersebut dalam kelompok makiyyah atau madaniyyah . Setelah itu diungkapkan

darinya, selanjutnya mengeluarkan persoalan-persoalan kalam atau fiqh yang terkandung di dalamnya.

rahasia-rahasia keutamaan

g. Penafsiran-penafsiran terhadap ayat-ayat yang dianggap mengandung persoalan kalam, maka Imâm al-Râzi berafiliasi ke aliran Asy’ariyah . Dia

juga mengungkapkan penafsiran dari aliran-aliran lain guna didiskusikan. Bahkan dia mengungkapkan kelemahan-kelemahan penafsiran aliran-aliran lain yang ada di luar Asy’ariyah .

h. Penafsiran-penafsiran terhadap ayat-ayat yang dianggap mengandung persoalan fiqh, maka Imâm al-Râzi berafiliasi ke mazhab Imâm al-

Syâfi’i. kalaupun dia mengungkapkan pendapat-pendapat fiqh di luar Mazhab Syâfi’i, maka hal itu hanya sebagai perbandingan.

i. Persoalan bahasa sangat menjadi perhatian dalam penafsiran Imâm al- Râzi. Hampir di semua ayat, ditemukan masalah-masalah kebahasaan. Bukan masalah makna bahasa saja, bahkan penjelasan tentang huruf dan letak barispun menjadi bahan uraian.

j. Selain persoalan bahasa, Imâm al-Râzi juga sangat memperhatikan persoalan qirâ’at. Perbedaan-perbedaan qirâ’at di kalangan ulama diungkapkan secara rinci berikut dengan akibat yang ditimbulkan dari perbedaan tersebut.

k. Penafsiran yang mengungkapkan ilmu-ilmu alam merupakan andalan yang sangat fantastis dalam kitab tafsir Imâm al-Râzi. Kiranya hal inilah yang menjadikan kitab tafsirnya terasa lebih luas ketimbang kitab-kitab tafsir para ulama yang se zaman dengannya.

Berdasarkan langkah-langkah penafsiran Imâm al-Râzi dalam kitab tafsirnya, maka diketahui bahwa kitab tafsir tersebut memiliki karakteristik yang tidak dimiliki kitab-kitab tafsir yang lain. Karakteristik tersebut antara lain adalah :

a. Kitab Tafsîr al-Kabîr dapat dikatakan kitab tafsir yang mampu membela penafsiran-penafsiran Asy’ariyah secara logis berdasarkan dalil-dalil ‘aqli a. Kitab Tafsîr al-Kabîr dapat dikatakan kitab tafsir yang mampu membela penafsiran-penafsiran Asy’ariyah secara logis berdasarkan dalil-dalil ‘aqli

b. Kitab Tafsîr al-kabîr ini juga merupakan pembela mazhab fiqh Imâm Syâfi’i. Bahkan sangat mengutamakan mazhab tersebut. Walaupun ada juga di beberapa penafsiran yang terlihat membela pendapat mazhab- mazhab yang lain.

c. Di samping akidah, filsafat dan ilmu alam adalah dua ilmu yang sangat mendominasi penafsiran Imâm al-Râzi. Dengan membaca kitab tafsirnya, seseorang akan memahami bahwa aliran Asy’ariyah juga sangat memperhatikan kedua cabang ilmu tersebut.

Demikianlah beberapa karakteristik yang dapat penulis tangkap dari penafsiran-penafsiran Imâm al-Râzi. Oleh karenanya, sangat wajar jika ada sebagian ulama yang menyematkan label kullu syai in fîhi illa al-tafsîr (semua ilmu ada di dalam kitabnya kecuali tafsir itu sendiri). Akan tetapi label ini juga terbantahkan dengan ungkapan Tâj al-Dîn al-Subki, bahwa tafsir al-Râzi kullu syai`in fîhi ma’a al-tafsîr (semua ilmu ada di dalamnya bersama dengan

tafsirannya). 34