Lalu M Iqbal Perspektif AlQuran ttg Perubahan Iklim

Oleh

Lalu Muhammad Iqbal

NIM: 06.2.00.1.14.08.0081

Pembimbing

Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra, MA. Dr. Yusuf Rahman, MA. SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Lalu Muhammad Iqbal

NIM

Tempat/tgl Lahir

: Mataram/09 April 1983

Alamat : Komplek Ponpes Terpadu Al-Hamidiyah NW

Jl. KH. Muchtar RT 01 Kelurahan Sedayu Kediri Lombok Barat NTB

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul:

PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG PERUBAHAN IKLIM; Analisa Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Lingkungan

Adalah benar-benar karya asli saya dan bukan jiplakan, kecuali kutipan yang disebut dari sumbernya. Apabila ternyata di kemudian hari tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 27 Agustus 2008 Yang membuat pernyataan,

Lalu Muhammad Iqbal

LEMBAR KETERANGAN

Tanggal,

Tesis yang berjudul "PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG PERUBAHAN IKLIM: Analisa Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Lingkungan" yang ditulis oleh Lalu Muhammad Iqbal, Nomor Induk Mahasiswa 06.2.00.1.14.08.0081 telah dinilai laik oleh pembimbing dan penguji untuk diserahkan ke perpusatakaan SPs UIN Jakarta sebagai persyaratan penyelesaian studi jenjang magister.

Tim Penguji:

) Ketua Sidang/Penguji

1. Dr. Fuad Jabali, MA

) Pembimbing/Penguji

2. Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra, MA

) Pembimbing/Penguji

3. Dr. Yusuf Rahman, MA

4. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis ( ) Penguji

5. Dr. Muchlis Hanafi, MA

Penguji

LEMBAR KETERANGAN

Tanggal,

Tesis yang berjudul "PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG PERUBAHAN IKLIM: Analisa Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Lingkungan" yang ditulis oleh Lalu Muhammad Iqbal, Nomor Induk Mahasiswa 06.2.00.1.14.08.0081 telah disetujui oleh pembimbing dan penguji untuk dimajukan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta untuk mendapat pengesahan akhir.

Tim Penguji:

1. Dr. Fuad Jabali, MA

Ketua Sidang/Penguji

2. Prof. Dr. Hadi S. Ali Kodra, MA

) Pembimbing/Penguji

3. Dr. Yusuf Rahman, MA

) Pembimbing/Penguji

4. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

) Penguji

5. Dr. Muchlis Hanafi, MA

Penguji

ABSTRAK

Tesis ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dan alam dalam al-Quran dipandang sebagai partner dalam rangka memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Meskipun secara hirarki kosmos batiniah manusia adalah khalifah yang bertugas sebagai wakil Tuhan di bumi, akan tetapi keduanya menempati posisi yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Terdapat dua pandangan terhadap lingkungan: Pandangan pertama menganggap manusia merupakan bagian dari alam sehingga setiap tindakan yang dilakukan harus bijaksana dan menghormati sistem keteraturan alam melalui perangkat nilai transendental dalam diri manusia untuk dijadikan sebagai acuan moral

dalam pengelolaan sumber daya alam. Pandangan ini dinyatakan oleh Seyyed Hossein Nasr dalam bukunya, The Encounter of Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man (London: George Allen & Unwin Ltd., 1968), dan oleh Samîr 'Abdul Halîm dalam karyanya, al-Mausû'ah al-'Ilmiyyah fi al-I'jâz al-Qurânî (Damaskus: al-Thalyânî, 2000). Menurut Seyyed, fenomena alam mengandung makna yang mendalam secara spiritual. Alam adalah simbol yang berhubungan dengan Tuhan. Kebebasan manusia dalam alam tidak berarti memperlakukan sehendaknya, tetapi harus diiringi dengan tanggung jawab untuk merawat dan menjaga kestabilan alam. Samîr 'Abdul Halîm juga menunjukkan adanya hukum keseimbangan pada alam yang diisyaratkan dalam al-Quran. Jika manusia menginginkan kehidupan tetap berjalan seimbang, maka semestinya tidak berbuat kerusakan atas sistem itu.

Pandangan kedua mengemukakan, alam adalah sesuatu yang mati, sepi, tidak bersuara, tidak berbau, tidak berwarna, alam hanyalah sebuah materi yang tidak bertujuan dan tidak bermakna. Pandangan ini juga menilai manusia sebagai subjek yang otonom dan penguasa di bumi. Kemajuan yang diraih manusia berupa ilmu pengetahuan dan teknologi diobjektifasikan secara sah untuk eksploitasi sumber daya alam. Pandangan ini dikemukakan oleh Francis Bacon (1561-1626). Baginya, pengetahuan adalah kekuatan (the knowledge is power) untuk mengeksploitasi alam. Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia, alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Berbagai kesimpulan dalam tesis ini, melalui analisa terhadap ayat-ayat lingkungan dalam al-Quran, memiliki kesamaan dengan pandangan pertama di atas. Alam memiliki hukum dan ditetapkan padanya ukuran tertentu (Q.S. al-A'lâ (87): 3). Selain itu, dengan merujuk pada data tentang pemanasan global, terbukti bahwa manusia memiliki peran besar terhadap degradasi lingkungan yang sedang terjadi. Dalam Islam, manusia mendapat legitimasi untuk memberdayakan alam sesuai kebutuhannya (Q.S. al-Hijr (15): 20), tetapi pada saat yang sama ia dituntut tidak bersikap sewenang-wenang (Q.S. Luqmân (31): 20) dan sebaliknya, memperlakukan lingkungan sebagai sebuah wujud yang mesti dijaga dan dilestarikan.

Sumber yang dipakai dalam riset ini adalah ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang lingkungan hidup dengan merujuk pada Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib karya Fakhruddîn ar-Râzî (Beirut: Dârul Fikr, 1985) dan al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qurân karya Thanthâwî Jauharî (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.). Data ilmiah tentang perubahan iklim dan segala hal yang berkenaan dengannya, diperoleh dari berbagai lembaga lingkungan hidup seperti IPCC (Panel antar pemerintah untuk Perubahan Iklim), Kementerian Lingkungan Hidup RI, WWF, Greenpeace, dan Walhi.

Ayat-ayat al-Quran yang terkait dengan lingkungan hidup dihimpun dan dikaji dengan pendekatan tafsir maudhû'î, kemudian dihubungkan dengan ilmu-ilmu yang terkait dengannya, setelah itu dicari relevansi dan pengaruhnya dengan fenomena ekologi yang sedang terjadi. Adapun data yang diperoleh dari lembaga lingkungan

hidup tentang perubahan iklim dihimpun dan dianalisa untuk menemukan substansi dan pokok persoalan yang ada sehingga ditemukan kesimpulan yang padu.

ABSTRACT

This thesis shows the relationship between man and nature in the Quran as a

partner to fulfill material and spiritual needs. In spite, base on the cosmos bathiniah hierarchy, man is a chalip in the earth which has a duty to be god’s vicegerent, nevertheless, both have their own position, they are on same position as god’s creatures.

There are two opinions about environment: The first one said that human is a part of the nature, so that everything they do must be wise and they must respect to the entire rules of the world through transcendental value devices in human selves to

be made as moral reference in order to cultivate natural resources wisely. This opinion is suggested by Seyyed Hossein Nasr in his book, The Encounter of Man and Nature: the Spiritual Crisis of Modern Man (London: George Allen & Unwin Ltd., 1968) and by Samîr 'Abdul Halîm in his book, al-Mausû'ah al-'Ilmiyyah fi al-I'jâz al- Qurânî (Damaskus: at-Thalyânî, 2000). Nasr said that the nature phenomenon contains a spiritual meaning. Nature is a symbol related to god. Freedom of human in this nature doesn’t mean that they can do everything they want, without taking care of nature stability. Abdul Halim also shows that there are equilibrium rules of the nature which are indicated in the Quran. If a man wants to have a balance life, he must not destroy all of these rules.

The second one said that nature is a dull affair, soundless, scentless, colourless. Nature is only a material which is purposeless and meaningless. This opinion also suggests man as an autonomous subject and powerfull in this world. An advance that man accomplished, namely science and technology, had been objectified to exploite the natural resources. This opinion is suggested by Francis Bacon (1561- 1626). The knowledge, in his view, is power to exploite this nature. He thought that the nature is only the object, equipment, and facility to fulfill human needs and interests, and the nature doesn’t have its own value.

The results of this thesis, by analyzing towards the environmental verses in the Quran, are similar to the first opinion above. Nature has its own rules and determinations (Q.S. al-A'lâ (87): 3). Besides, it is also based on data and evidences about global warming. It proves that human has a big role in the environment's degradation. In Islam, people have got legitimacy to cultivate and use all natural resources due to their needs (Q.S. al-Hijr (15): 20). But, they at the same time are demanded not to act abitrarily (Q.S. Luqmân (31) 20) and obligated to treat the environment as a reality that must be kept or conserved.

Of sources used in this research, writer used the Quran verses which explain about environment by basing on Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib of Fakhruddîn ar-Râzî (Beirut: Dârul Fikr, 1985) and al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qurân of Thanthâwî Jauharî (Beirut: Dâr al-Fikr, no year). The writer selected and explained these exegises in scientific way.

Scientific data about climate change are taken from several life environmental institutions such as IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change), Life Environmental Ministry of Indonesia, WWF (World Wide Fund), Greenpeace, and Walhi. All of the Quran verses which are relevant to environment are assembled and interpreted by using maudhû'î exegesis, and connected with their relevances and

influences on ecology phenomenon.

. ِﻥﻮﹶﻜﹾﻟﺍﺍﹶﺬﻫ ﻲِﻓ ﹶﱃﺎﻌﺗ ِﷲﺍ ﺎﻤﻬﹶﻘﹶﻠﺧ ٍﻕﻮ ﹸﻠﺨﻤﹶﻛ ﻖِﻠﹶﻄﻨﻳ ﺪﺑ ﺎﹶﻟ ِﻪِﺗﺎﹶﻓﺮﺼﺗ ﱡﻞﹸﻜﹶﻓ . ِﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍﺍﹶﺬﻫ ﻦﻤِﺿ ﹶﻥﺎﺴﻧِﺈﹾﻟﺍ ﺮِﺒﺘﻌﻳ ﹸﻝﻭﹶﺄﹾﻟﺍ ﻱﹾﺃﺮﻟﹶﺍ : ِﺔﹶﺌﻴِﺒﹾﻟﺍﻮﺤﻧ ِﻥﺎﻳﹾﺃﺭ ﻙﺎﻨﻫ ِﻪِﺴـﹾﻔﻧ ِﻥﺎﺴﻧِﺈﹾﻟﺍ ﹶﻞِﺧﺍﺩ ِﺓﺩﻮﺟﻮﻤﹾﻟﺍ ِﺔﻴِﻧﺎﺑﺮﻟﺍ ِﻢﻴِﻘﹾﻟﺍ ِﻖﻳِﺮﹶﻃ ﻦﻋ ِﻥﻮﹶﻜﹾﻟﺍ ﻲ ِﻓ ِﷲﺍ ِﺔﻨﺳ ِﻡﺍﺮِﺘﺣِﺇ , ِﺔﻤﹾﻜِﹾﳊﺍ ﻦِﻣ The : ِﻪـِﺑﺎﺘِﻛ ﻲـِﻓ ٍﺮﺼﻧ ﻦﻴﺴﺣ ﺪﻴﺳ ﻪﻨﻴﺑ ﻡﻮﻬﹾﻔﻤﹾﻟﺍﺍﹶﺬﻫ . ِﺕﺍﻭﺮﱠﺜﻟﺍ ِﻒﻴِﻇﻮﺗ ﻲِﻓ ﻲِﻗﺎﹶﻠﺧﹶﺄﹾﻟﺍ ِﺱﺎﺳﹶﺄﹾﻟﺍ ِﻪِﻠﻌﺠِﻟ

Encounter of Man and Nature: the Spiritual Crisis of Modern Man (London: George

ِﺯﺎـﺠﻋِﺈﹾﻟﺍ ﻲـِﻓ ﹸﺔﻴِﻤﹾﻠِﻌﹾﻟﹶﺍ ﹸﺔﻋﻮﺳﻮﻤﹾﻟﹶﺍ : ِﻪِﺑﺎﺘِﻛ ﻲِﻓ ِﻢﻴِﻠﺤﹾﻟﺍ ِﺪﺒﻋ ﺮِﻣﺎﺳ ﻭ Allen & Unwin Ltd., 1968) ِﺔـﻴِﺣﺎﻨﻟﺍ ﻦـِﻣ ﺎﹰﻘﻴِﻤﻋ ﻰ ﻨﻌﻣ ﻦﻤﻀﺘﺗ ﺔُﻴِﻤﹾﻠِﻌﹾﻟﺍ ﹸﺓﺮِﻫﺎﱠﻈﻟﹶﺍ , ِﺪﻴﺳ ﺪ ﻨِﻋ .( ٢٠٠٠ , ﻲِﻧﺎﻴﹾﻠﱠﻄﻟﹶﺍ : ﻖﺸﻣِﺩ ) ﻲِﻧﹶﺍﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺐﺴﺣ ﻖﹶﻠﹾﻄﻤﹾﻟﺍ ﻑﺮﺼﺘﻟﹶﺍ ﻲِﻨﻌﻳ ﹶﻻ ِﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍﺍﹶﺬﻫ ﻲِﻓ ِﻥﺎﺴﻧِﺈﹾﻟﺍ ﹸﺔﻳﺮﺣ . ﻰ ﹶﻟﺎﻌﺗ ِﷲﺎِﺑ ﻖﱠﻠﻌﺘﺗ ﹲﺔﻳﺁﻮﻫ ﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺎﹶﻓ . ِﺔﻴِﻨﻳﺪﻟﺍ ﺮﻴِﺸـﻳ ِﻢﻴِﻠﹾﳊﺍ ِﺪﺒﻋ ﺮِﻣﺎﺳ ﻭ . ِﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍ ِﻥﺯﺍﻮﺗ ِﺔﹶﻈﹶﻓﺎﺤﻣ ِﻞﺟﹶﺄِﻟ ﹸﺔﻴِﻟﻭﺆﺴﻤﹾﻟﺍ ﻪﻌﻣ ﹶﻥﻮﹸﻜﺗ ﹾﻥﹶﺍ ﺪﺑ ﹶﻻ ﻦِﻜﹶﻟﻭ , ِﻪ ِﺗﺩﺍﺭِﺇ ﺔﻧِﺯﺍﻮﺘﻣ ﹰ ﹸﺓﺎﻴﺤ ﹾﻟﺍ ﺮﻴِﺴﺗ ﹾﻥﹶﺍ ﹸﻥﺎﺴﻧ ِﺈﹾﻟﺍ ﺩﺍﺭﹶﺃ ﺍﹶﺫِﺇ . ﹸﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ِﻪﻴﹶﻟِﺍ ﺭﺎﺷﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ِﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍﺍﹶﺬﻫ ﻲِﻓ ِﻥﺯﺍﻮﺘﻟﺍ ِﺩﻮﺟﻭ ﹶﱃِﺍ ﺎﻀﻳﹶﺃ . ِﻦﻨﺴﻟﺍ ِﻩﹶﺬﻫ ﻲِﻓ ﺩﺎﺴﹶﻔﹾﻟﺍ ﺐﺒﺴﻳ ﹶﻻ ﹾﻥﹶﺍ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﺐِﺟﺍﻮﹾﻟﺎﹶﻓ ﺔﹶﻟِﺪﺘﻌﻣ ﹰ ﺎـﻣﻮﻫ ﻢﹶﻟﺎـﻌﹾﻟﺎﹶﻓ . ﹶﺔـﺤِﺋﺍﺭ ﻪﹶﻟ ﺕﻮﺻ ﹶﻻ , ﺉ ِﺩﺎﻫﻭ ﺖ ﻴﻣ ﹲﺊﻴﺷ ﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍ ﱠﻥِﺇ ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ﻲِﻧﺎﱠﺜﻟﺍ ﻱﹾﺃﺮﻟﹶﺍ ﻲـِﻓ ﻖـﹶﻠﹾﻄﻤﹾﻟﺍ ﻚـِﻟﺎﹶﳌﹾﺍﻭ ﱡﻞِﻘﺘﺴـﹸﳌﹾﺍ ﹸﻞِﻋﺎﹶﻔﹾﻟﺍﻮﻫ ﹶﻥﺎﺴﻧِﻹﹾﺍ ﱠﻥِﺇ ﹸﻝﻮﹸﻘﻳ ﺎﻀﻳﹶﺃ ﻱﹾﺃﺮﻟﺍﺍﹶﺬﻫ . ﲎﻌﻣﹶﻻﻭ ﻪﹶﻟ ِﺕﺍﻭﺮﱠﺜﻟﺍ ﻙﹶﻼﻬِﺘﺳِﺍ ﺎﻬِﺑ ﺩﺍﺮﻤﹾﻟﺍ ﺎﻤ ﻧِﺇ ﺎﻴِﺟﻮﹸﻟﻮﻨﹾﻜﺘﻟﺍﻭ ِﻡﻮﹸﻠﻌﹾﻟﺎﹶﻛ ﹸﻥﺎﺴﻧِﻹﹾﺍ ِﻪﻴﹶﻟِﺍ ﹶﻞﺻﻭ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﻡﺪﹶﻘﺘﻟﺍﻭ . ِﺽﺭْﻷﹾﺍﺍﹶﺬﻫ ﹸﺓﻮﹸﻘﹾﻟﺍﻮﻫ ﻢﹾﻠِﻌﹾﻟﹶﺍ , ﻩﺪﻨِﻋ (1561- 1626) Francis Bacon ﻪﻣﺪﹶﻗ ﻱﹾﺃﺮﻟﺍﺍﹶﺬﻫ . ﺍﺮﻴِﺜﹶﻛ ﹰﻻ ﺎﻤﻌِﺘﺳِﺍ ﺎﻬﹸﻟﺎﻤﻌِﺘﺳﺍﻭ ِﺔﻳِﺮﺸﺒﹾﻟﺍ ِﺔﺟﺎﺤِﻟ ﹶﻞِﺋﺎﺳﻭﻭ , ﻑ ﻪﻧﹶﺄﹶﻛ ِﻪﻴﹶﻟِﺇ ﺮﹶﻈﻨﻳ ﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﹶﺍ . ِﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺍ ِﻝﹶﻼﻐِﺘﺳﺈِﻟ (the knowledge is power) . ِﻩِﺮﻴﹶﻏ ﻦﻋ ﺎﻬِﺑ ﺯﺎﺘﳝ َ ﹲﺔﻴِﺗﺍﹶﺫ ﹲﺔﻤﻴِﻗ ﻪﹶﻟ ﺲﻴﹶﻟ ﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻟﺎﹶﻓ . ﺐﺴﺤﹶﻓ ﻢِﻬِﺘﻴﻤﻫﹶﺄِﻟﻭ ِﺓﺩﻮﺟﻮﻤﹾﻟﹶﺍ ِﺔﹶﺌﻴِﺒﹾﻟﺍ ِﻦﻋ ﻢﱠﻠﹶﻜﺘﺗ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ِﺕﺎ ﻳﻵﹾﺍﻮﺤﻧ ِﻞﻴِﻠﺤﺘﻟﺍ ِﻖﻳِﺮﹶﻃ ﻦﻋ , ِﺚﺤﺒﹾﻟﺍﺍﹶﺬﻫ ﻲِﻓ ِﺞِﺋﺎﺘﻨﻟﺍ ﱡﻞﹸﻜﹶﻓ ﹸﺓﺭﻮـﺳ ) ﹲﺔـﻨﻴﻌﻣ ﺭﺍﺪـﹾﻗﹶﺃ  ﻪﹶﻟ ﺭﺪﹾﻘﻳ ﻭ  ﻦﻨﺳ ِﻢﹶﻟﺎﻌﹾﻠِﻟﻭ . ﺎﹰﻔِﻧﺁ ِﺭﻮﹸﻛﹾﺬﻤﹾﻟﺍ ِﻝﻭَﻷﹾﺍ ِﻱﹾﺃﺮﻟﺎِﺑ ﹲﺔﹶﻗﹶﻼﻋ ﺎﻬﹶﻟ , ِﻥ ﺁﺮﹸﻘﹾﻟ ﺍ ﻲِﻓ ﺮـﻴِﺒﹶﻛ   ﺭﻭﺩ ِﻥﺎﺴـﻧِﺈﹾﻠِﻟ ﱠﻥﹶﺃ ﻦﻴﺒﺘﺗ , ِﺥﺎﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺮﻴِﻴﻐﺗ ِﻦﻋ ِﻖِﺋﺎﹶﺛﻮﹾﻟﺍ ﹶﱃ ِﺍ ِﻉﻮﺟﺮﻟﺍ , ﻚِﻟﹶﺫ ِﺐِﻧﺎﺠِﺑ .( ٣ : ﻰ ﹶﻠﻋﹶﺄﹾﻟﹶﺍ ٍﻝﺎﻤﻌِﺘـﺳﺍ ﰲ ِ ِﻥﺎﺴـﻧِﺈﹾﻠِﻟ ﺕﺍﺭﺮـﺒﻣ  ﻙﺎﻨﻫ , ِﻡﹶﻼﺳِﻹﹾﺍ ﻲِﻔﹶﻓ . ِﺮِﺿﺎﺤﹾﻟﺍ ﺎﻨِﺘﹾﻗﻭ ﻲِﻓ ِﺔﹶﺛِﺩﺎﺤﹾﻟﺍ ِﺔﻴِﺌﻴِﺒﹾﻟﺍ ِﺔﻣﺯﹶﺄﹾﻟﺍ ﻮﺤﻧ

ﹸﻞﹾﺜِﻣ , ِﺔﻴِﺗﺎﻴﺤﹾﻟﺍ ِﺔﹶﺌﻴِﺒﹾﻟﺎِﺑ ﻢﺘﻬﺗ ﻰ ِﺘﱠﻟﺍ ِﺕﺎﻤﱠﻈﻨﻤﹾﻟﺍﻭ ِﺕﺎﺴﺳﺆﻤﹾﻟﺍ ِﻊﻴِﻤﺟ ﻦِﻣ ﺎﻬﻴﹶﻠﻋ ﹸﻞﺼﺤﻳ ﺎﻬِﺑ ﻖﹶﻠﹾﻄﻳ ﺎﻣ ﱡﻞﹸﻛﻭ ﻭ , ﺎﻴِﺴـِﻧﻭﺪﻧِﺇ ِﺔـﻳِﺭﻮﻬﻤﺠِﻟ ِﺔﻴِﺗﺎﻴﺤﹾﻟﺍ ِﺔﹶﺌﻴِﺒﹾﻟﺍ ﹸﺓﺭﺍﺯﻭﻭ , ( ِﺥﺎﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺮﻴِﻴﻐﺘِﻟ ِﺕﺎﻣﻮﹸﻜﺤﹾﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﻊﻤﺠﻣ  ) WWF ,

Greenpeace

, َو Walhi ِﺮﻴِﺴﹾﻔﺘﻟﺍ ِﻖﻳِﺮﹶﻃ ﻦﻋ ﹸﻞﱠﻠﺤﺗﻭ ﻊﻤﺠﺗ ِﺔﻴِﺗﺎﻴﺤﹾﻟﺍ ِﺔﹶﺌﻴِﺒﹾﻟﺎِﺑ ﹸﺔﹶﻘﱢﻠﻌﺘﻤﹾﻟﹶﺍ ﹸﺔﻴِﻧﹶﺍﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺕﺎﻳﻵﺎ ﹶﻓ . ﹸﺙﺪـﺤﺗ ﻰ ِﺘﱠﻟﺍ ِﺔﹶﺌﻴِﺒﹾﻟﺍ ِﺓﺮِﻫﺎﹶﻇ ﺎﻬﺘﹶﻗﹶﻼﻋ ﹸﺚﺤﺒﺗ , ﻚِﻟﹶﺫ ﺪﻌﺑ . ﺎﻬِﺑ ِﺔﹶﻘﱢﻠﻌﺘﻤﹾﻟﺍ ِﻡﻮﹸﻠﻌﹾﻟﺎِﺑ ِﻪِﻘﻴِﺴﻨﺗ ﻲِﻋﻮﺿﻮﻤﹾﻟﺍ

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu sudah selayaknya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyempurnaan karya ini, baik perorangan maupun lembaga, yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, MA., Pimpinan Sekolah Pascasarjana, Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A. (Direktur), DR. Fuad Jabali, MA. (Deputi bidang Akademik dan Kerjasama), Prof. DR. Suwito, MA. (Deputi bidang Pengembangan Lembaga), DR. H. Ujang Thalib, MA. (Deputi Adm. dan Kemahasiswaan).

2. Prof. DR. Hadi S. Ali Kodra, MA. (Direktur Program WWF Indonesia) dan Dr. Yusuf Rahman, MA., yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulisan tesis ini. Semoga Tuhan menjanjikan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

3. Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Menteri Kehutanan RI, WWF Indonesia, Direktur Walhi, Direktur Greenpeace, dan semua organisasi lingkungan hidup

yang telah memberikan data yang sangat membantu proses penelitian tesis ini.

4. Ayahanda, Drs. H. Lalu Murad, SH., dan Bunda, Hj. Baiq Setiati Faishal, yang telah mencurahkan segalanya buat penulis. Meski dihadapkan pada kesibukan yang padat, namun doa dan kasih sayangnya tak henti dari waktu ke waktu. Semoga Allah SWT memberi umur panjang, murah rizki, sehat wal afiat dan selalu diberikan yang terbaik dari masa ke masa.

5. Adik-adik penulis, Baiq Mustika Aprilina, SE., Baiq Laila Nirmalasari, Lalu Sofyan Atsauri dan Lalu Muhammad Rifqi Fajri. Keluarga di Praya dan Kediri (Titisan TGH. L. Faishal dan TGH. L. Abdul Muhith): Ninik Sukarni, Abah Zaki, Bjg. Hadi&keluarga, Bjg. Habib&keluarga, Bjg. Munif&keluarga dan Bjg. Fahmi, bi Ibok&Bjg. Jahid, bi Oena, bi Danthy, miq Bie&keluarga, bi Imah, bi

Hur&keluarga, bi Maryam, kake Mehram, L.Husnan, L. Mufti Sadri, L.Taufiq dan L. Aank.

6. Istriku tercinta, Zahrotul Hayati, S.Pd.I. yang dengan ketulusannya senantiasa memberi doa dan semangat. Papah mertua, H.Ahmad Sayadi dan mamah Hj. Masyrifah, Siti Atikah&keluarga, Mar'atun Shalihah&keluarga, Rika, Sarah dan

Zia.

7. Keluarga Besar Nahdlatul Wathan (NW) khususnya Ketua Umum PBNW, Umi DR. Hj. Siti Raihanun ZAM. dan Tuan Guru Bajang, TGKH. Lalu Gde M.

Zainuddin Atsani, Lc., atas doa, pesan bijak dan dorongan semangat untuk penulis. Rektor Universitas NW Mataram, Drs. H.M. Mustamiuddin Ibrahim, SH., dan Drs. H. Muhammad Syukri (Deputi bid. Akademik) yang telah memberi rekomendasi dalam melanjutkan studi pascasarjana.

8. Generasi Qurani, para santri dan pelajar Pondok Pesantren Terpadu Al- Hamidiyah NW Kediri Lombok Barat beserta majelis asatizah, semoga karunia Tuhan selalu dekat dengan perjuangan kita. Untuk ustaz Abdul Barr, terus berjuang!

9. Rekan-rekan Program Khusus Ulumul Quran 2006 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, M. Syukron (Perpustakan Pascasarjana), teman-teman di Wisma

Sakina: Sumper Mulia Harahap,MA&keluarga, Fahri,Lc&keluarga, Amhar Maulana,MA&keluarga, Jejen ZM, Umam Biladi K, Ridwan MA., L. Fahmi Husain,MA&keluarga, Timi Febrin,Lc., serta anggota Nivan Futsal Club. Tak lupa untuk sahabat dan teman diskusi penulis, Lestari, yang telah memberi masukan dalam proses elaborasi tesis ini, Abdul Qudus, MA., Fachrurrozi, MA., Ariyadi dan Akib.

10. Serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu dalam lembaran ini. Always remember your aid

Jakarta, 27 Agustus 2008 M

Penulis

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

ﺕ = t ﺵ = sy ﻝ

ﺙ = ts ﺹ = sh ﻡ

= j ﺽ = dh ﻥ

= th ﻭ

= kh ﻅ

= zh ﻩ

= dz ﻍ

2. Vokal

Vokal (a) panjang = â, contoh: ﹶﻝﺎ ﹶﻗ = Qâla

Vokal (i) panjang = î, contoh: ﹶﻞ ِﻗﻴ = Qîla

Vokal (u) panjang = û, contoh: ﹶﻥ ﺩﻭ = Dûna

3. Diftong

ﻭ َ = au ﻱ َ = ai

4. Syaddah

Tanda syaddah ditransliterasikan dengan mengulang huruf yang diberi tanda tasydid. Misalnya madda

5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem aksara Arab dilambagkan dengan huruf, ﻝﺍ .

Transliterasinya dibedakan antara huruf syamsiyah dengan qomariyah.

a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai bunyinya, yaitu huruf "L" diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Misalnya as-Syamsu, an-Nûr.

b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan didepan dan sesuai bunyinya. Misalnya al-Badru, al- Wathan.

6. Hamzah

Bila hamzah itu terletak di awal kata maka dilambangkan sesuai harakat yang disandangkan pada huruf, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

7. Pengecualian Transliterasi

Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan digunakan di dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian dalam bahasa Indonesia, kecuali menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan ke-konsisten-an dalam penulisan.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR KETERANGAN

KATA PENGANTAR

PEDOMAN TRANSLITERASI

xiii

DAFTAR ISI

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

2. Batasan dan Rumusan Masalah

C. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Rancangan

2. Sumber dan Korpus Data

3. Pendekatan yang Digunakan

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Kajian Terdahulu yang Relevan

F. Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN EKOLOGI SUMBER DAYA ALAM (SDA) DAN REALITAS PERUBAHAN IKLIM

A. Sumber Daya Alam

1. Renewable Resources

2. Non-Renewable Resources

B. Makna Perubahan Iklim

C. Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai Pemicu Perubahan Iklim

D. Implikasi Perubahan Iklim

1. Perubahan Cuaca dan Keamanan Pangan

2. Perubahan Permukaan Laut

3. Gangguan Ekologis

BAB III

KONSEP ALAM DAN DIALEKTIKA MANUSIA 50

A. ALAM DAN PRINSIP KESEIMBANGAN EKOLOGI

1. Realitas Alam sebagai Wahyu (al-âyat)

2. Memahami Ayat-Ayat Kauniyyah sebagai Isyarat Ilmiah

b. Bentuk Perjumpaan Teks Kauniyyah Dengan Sains

3. Beberapa Penafsiran Ilmiah terhadap Ayat-Ayat Lingkungan

a. Air Sebagai Sumber Kehidupan

b. Flora dan Kesempurnaan Sistem Alam

c. Udara dan keterkaitan antar Unsur

B. MANUSIA DAN EKSISTENSINYA DI ALAM

1. Manusia Sebagai God's Vicegerent (Khalifah)

2. Manusia dan Lingkungan

BAB IV AKTUALISASI NILAI QURANI DALAM LINGKUNGAN

HIDUP SEBAGAI AMANAH KONSERVASI 113

A. Sunnatullah pada Alam: sebuah hukum penciptaan 114

B. Konsep Taskhîr SDA dalam al-Quran: wacana perdebatannya dengan cara pandang masyarakat

modern .

C. Fungsionalisasi Khalifah dalam Penerapan Sains dan Teknologi dalam Lingkungan.

D. Spiritualitas Alam sebagai Paradigma Nilai

A. Kesimpulan

B. Implikasi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tesis ini bermaksud untuk mengungkap prinsip-prinsip al-Quran tentang alam yang terkait dengan lingkungan hidup. Kajian tentang lingkungan hidup memiliki wilayah yang sangat luas, oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada beberapa entitas seperti air, flora, udara dan manusia. Keempat hal ini dipandang sebagai

bagian penting dalam proses terjadinya krisis di lingkungan. Penelitian ini penting mengingat perkembangan manusia telah sedemikian rupa mengubah "wajah" alam menjadi sesuatu yang mengerikan, padahal Tuhan menciptakannya tanpa kesia-siaan (Q.S. Ali Imran (3): 191). Seyyed Hossein Nasr mengungkapkan bahwa bumi sedang berdarah-darah oleh luka-luka yang dideritanya akibat ulah manusia yang sudah tidak ramah padanya. Pandangan sekuler, sains dan teknologi yang tercerabut dari akar- akar spiritualitas dan agama, membuat bumi semakin krisis dan terus menghampiri titik kehancurannya. Karena itu, peran agama untuk membantu penyelesaiannya

merupakan sesuatu yang krusial. 1 Salah satu tantangan dalam optimalisasi pandangan yang arif terhadap alam adalah fenomena pemanasan global (global warming) yang

mengakibatkan perubahan iklim (climate change) bumi. Perubahan iklim adalah proses panjang hasil konsumsi energi berlebih dan tidak berkelanjutan oleh negara-negara industri. Sejak dilangsungkannya revolusi industri, lingkungan global menderita pencemaran udara yang berdampak besar pada perubahan situasi bumi. Penggunaan teknologi dalam rangka eksploitasi alam memainkan peran yang esensial dalam mempengaruhi situasi tersebut. Salah satu akibatnya adalah peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) secara tidak alami di

Seyyed Hossein Nasr, Religion and the Order of Nature (New York: Oxford University Press, 1996) h. 3.

atmosfer bumi, 2 kemudian berdampak pada memanasnya suhu bumi yang sangat berbahaya bagi mayoritas populasi di dunia dan ekosistem. 3 Perubahan iklim ini merupakan isu yang terkait dengan masalah pembangunan, hak asasi manusia, dan keadilan yang sedang berkembang di tengah krisis ekologi yang dihadapi masyarakat

dunia. Menurut Martin Harun, 4 masalah ini tidak dapat diabaikan karena sangat

5 urgen 6 dan merupakan milik manusia, baik lokal maupun global. Artinya bahwa

krisis ekologi ini telah menjadi permasalahan global seluruh umat manusia.

Wahana Lingkungan hidup Indonesia (Walhi) 7 mencatat, pada saat ini bahan bakar fosil (fossil fuel) masih menjadi tumpuan utama sumber energi, yaitu minyak

bumi, batubara dan gas alam. Dalam pemanfaatannya selama ini di Indonesia telah terjadi eksploitasi yang sangat masif yang telah mengakibatkan Indonesia dalam waktu dekat akan mengalami krisis energi akibat habisnya cadangan sumber-sumber energi tak terbarukan (non-renewable resources) ini. Maka diperkirakan dalam jangka waktu 15 tahun ke depan Indonesia akan menjadi net-importer minyak bumi

jika pada saat tersebut tidak ditemukan cadangan minyak baru. 8 Sumber energi fosil berimplikasi pada pencemaran udara yang dihasilkan oleh

pembangkit-pembangkit energi tersebut, seperti gas sulfur dioksida (SO2) dan gas- gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida (CO2). Banyak penelitian

Urutan tiga besar dunia sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca adalah China, Amerika dan Indoneisa. Lihat Agus P. Sari (ed), Indonesia and Climate Change: an Assessment of the Environmental Impacts of Climate Change Across a Range of Sectors Including Health, Food Security and Employment (DFID & Bank Dunia, Juni 2007). Lihat juga Walhi, Kenali Perubahan Iklim, Resiko dan Masalahnya (Jakarta: Penerbit Walhi, 2007) h. 41.

3 Lihat http://www.walhi.or.id/kampanye/energi/iklim, Rabu, 06 Februari 2008, pukul 10.15

wib.

4 Adalah Guru Besar Ilmu Teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara, Jakarta. 5 Mendesaknya pembahasan tentang perubahan iklim karena isu ini adalah wujud nyata dari

gagalnya model pembangunan global (global development models). Pernyataan ini adalah hasil kesepakatan bersama dalam konsolidasi civil society organisation.di Jakarta pada tanggal 28 September 2007.

6 Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif al-Quran (Jakarta: Paramadina, 2001) cet.1, h. xi.

7 Adalah anggota dari Federasi Friends of the Earth Interational, yang merupakan organisasi lingkungan terbesar di dunia yang beranggotakan 70 organisasi di 70 negara, 5000 kelompok-

kelompok lokal dan akar rumput, serta1.5 juta pendukung.

8 http://www.walhi.or.id., diakses pada 5 Mei 2008.

menyebutkan bahwa GRK telah memicu terjadinya pemanasan global (global warming ) akibat dari adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul di atmosfer yang kemudian membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi tidak dapat lepas ke atmosfer. Lebih lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim yang berdampak

pada gangguan di sektor pertanian dan menimbulkan wabah penyakit, seperti malaria. 9 Dalam konteks Indonesia, menurut Otto Soemarwoto, perubahan iklim akan

berdampak pada hilangnya beberapa pulau kecil dan lahan persawahan, khususnya yang ada di dekat persawahan. 10

Di sektor lain, siklus terjadinya kebakaran hutan dunia terjadi terus menerus. Intergovernmental Panel on Climate Change

11 (IPCC) 12 menyebutkan, Indonesia adalah negara yang memiliki kawasan hutan alam asli (intact ancient forests) terbesar

di Asia, namun kawasan tersebut mengalami laju kehancuran lebih cepat -sekitar 1,19 juta hektar per tahun- 13 dari wilayah lain di dunia, sehingga dianggap sebagai masalah

global karena merupakan penyumbang besar terhadap perubahan iklim dunia. Menurut Hapsoro, Juru Kampanye Greenpeace 14 Asia Tenggara, kerusakan tersebut

adalah akibat dari eksploitasi manusia dan penghancurannya terhadap hutan gambut secara besar-besaran. Kementerian Kehutanan Indonesia menekankan bahwa hutan merupakan rumah bagi berbagai kehidupan, sehingga kelangsungan hidup berbagai

Pius Ginting, Perubahan Iklim, dalam http://www.walhi.or.id/kampanye/energi/iklim/, hari

Rabu, 06 Februari 2008, pukul 10.15 wib.

10 Hira Jhamtani dalam pengatarnya pada Gerald Foley, Pemanasan Global: Siapakah yang Merasakan Panas? (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993) edisi 1, h. xvii.

11 Sebuah lembaga yang didirikan pada 1988 oleh World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP), yang terdiri dari para ilmuwan seluruh

dunia yang bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta kemungkinan solusi yang harus dilakukan. Lihat The Climate Change Action Network, Climate Change: A Readers Guide to the IPCC Report (London: 287 City Road, 1990) h. 3.

12 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 4th Assessment Report 2007 dalam

http://www.greenpeace.or.id, diakses pada 6 Februari 2008.

13 Valerina Daniel, COP 13 (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup, 2007) h. 2. 14 Greenpeace adalah organisasi kampanye independen yang menggunakan konfrontasi kreatif

dan tanpa kekerasan untuk mengungkap masalah lingkungan hidup dan mendorong solusi yang diperlukan untuk masa depan yang hijau dan damai.

spesies bergantung kepada kelestarian hutan untuk masa yang panjang. 15 Kelestarian hutan tidak akan pernah tercapai jika masih terdapat konversi dan penebangan hutan

secara liar. Illegal logging adalah ekploitasi flora di sektor kehutanan yang merugikan lingkungan dan ekonomi, sekaligus menjadi salah satu masalah struktural, yang telah

menyebar bagaikan penyakit epidemik, dan menjadi penyumbang terbesar bagi proses penghancuran hutan saat ini, tidak saja Indonesia, tetapi juga di hampir seluruh negara penghasil kayu, baik kayu tropis maupun non-tropis. Jumlah rata-rata

kerusakannya mencapai 2 persen dari jumlah keseluruhan hutan di dunia. 16 Dengan

berkurangnya jumlah pohon karena penebangan liar, maka dikhawatirkan karbondioksida (CO2) tidak terserap dengan efektif karena ketidakseimbangan kuantitas pohon hijau dengan karbon yang ada.

Data di atas merupakan fakta ketidakharmonisan antar entitas di alam, dan manusia memiliki peran yang besar dalam merusak tatanan itu. Alam pada dasarnya memiliki hukum-hukum tersendiri demi kelangsungan hidupnya. Hukum-hukum itu

merupakan takdir 17 Tuhan bagi makhluknya. Seperti yang tercantum dalam al-Quran:

Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (Q.S. al-A'lâ ( 87): 3)

Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran- ukurannya dengan serapi-rapinya. (Q.S. al-Furqân (25): 2)

Ministry of Forestry UN Climate Change Conference 2007, Sustainable Forest Development as Reflection of Faith and Piety (Perum Perhutani, 2007) h. 2. 16 Hadi S. Ali Kodra, "Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup", Diktat Seminar

Kajian Islam Komprehensif (Jakarta: Pascasarjana UIN Jakarta, 2007) h. 24, t.d. 17 Pembahasan tentang takdir lebih lengkap dapat dibaca pada Quraish Shihab, Wawasan al-

Quran (Jakarta: Mizan, 1996) h. 61.

Thanthawi Jauhari menafsirkan kalimat "menetapkan ukuran dengan serapi- rapinya " sebagai hukum Allah SWT., yang menentukan jenis-jenis sesuatu, macam, bentuk dan karakteristiknya, seperti matahari, bulan dan bintang berjalan pada ketentuan dan porsinya masing-masing, bumi yang berlapis memiliki keterkaitan dengan berbagai unsur dalam alam untuk kelangsungan kehidupannya, serta berbagai

spesies dalam lingkungan yang selalu bergantung pada proses interaksi satu dengan yang lainnya. 18 Hukum-hukum yang ada pada alam harus difahami oleh manusia

sebagai bentuk pedoman untuk tidak melampaui batas-batas yang telah ditentukan. Melampaui batas hukum tersebut akan berdampak pada terjadinya bencana atau krisis ekologis.

Krisis ekologis atau yang lebih akrab disebut krisis lingkungan (environmental crisis) yang dihadapi dunia global saat ini selalu terkait dengan hajat hidup seluruh penghuni bumi. Setiap individu memiliki kebutuhan yang sama untuk menghirup udara segar, mengkonsumsi air bersih dan lingkungan yang sehat sebagai prasyarat berlangsungnya hidup yang berkualitas sehingga dengan demikian manusia berkesempatan untuk mengaktualisasikan potensi-potensi kemanusiaannya. Mengutip

apa yang tercantum dalam Piagam Bumi (The Earth Chapter), 19 Husain Heriyanto menyatakan bahwa terhadap krisis sekarang ini menjadi keniscayaan bagi manusia

untuk membuka diri terhadap potensi dan peluang yang relevan dalam menanggalkan visi, pandangan dunia persepsi dan nilai yang bertentangan dengan komitmen dan

visi ekologis. 20

Thanthâwi Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qurân (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.) jilid 12, juz 14, h. 16. 19 Redaksi aslinya dapat diperoleh di http://www.Earthcharter.org. 20 Husain Heriyanto, "Respon Realisme Islam terhadap Krisis Lingkungan", dalam Fachruddin

M. Mangunjaya, et. al., Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan Gerakan Lingkungan Hidup (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007) h. 85-86.

Paradigma masyarakat modern menganggap bahwa alam adalah benda mati sehingga eksploitasi terhadapnya menjadi absah. 21 Paradigma dan cara pandang yang

demikian harus dirubah sehingga sains modern menjadi bebas nilai dan tidak bertanggung jawab atas semua krisis yang terjadi dalam kehidupan, baik krisis ekologis, krisis sosiologis, dan krisis psikologis. Dengan posisi sains yang demikian, maka yang harus dilihat sebagai penyebab dari krisis global tersebut adalah manusia itu sendiri, manusia yang telah mempergunakan sains dan teknologi secara tidak teratur terutama dalam upayanya mengeksploitasi alam.

Perkembangan manusia beserta pola ekonominya telah mengarahkan pada bentuk yang monopolistik dan sentralistik. 22 Munculnya ekonomi yang didasarkan

pada industrialisasi yang dalam produksi barang-barangnya memakai sains teknologi untuk menggunduli lahan pepohonan, membangun gedung-gedung tinggi dan pabrik- pabrik, menebang hutan sebagai bahan bangunan tempat tinggal serta digunakan

Menurut Armahedi Mahzar dalam Revolusi Integralisme Islam; Merumuskan Sains dan Teknologi Islami (Jakarta: Mizan, 2004), sains modern dan teknologi diproyeksikan bagi manusia demi kelangsungan dan kemudahan hidup. Sains dan teknologi secara aksiologis kemudian diobjektifasikan untuk eksploitasi terhadap alam, karena pragmatisme menuntut sebuah nilai fungsional yang riil bagi manusia dari sains dan teknologi tersebut.

Francis Bacon (1561-1626) berpandangan bahwa pengetahuan adalah kekuatan, the knowledge is power untuk mengekploitasi alam. Lihat Husein Heriyanto, Paradigma Holistik: Dialog Filsafat, Sains, dan Kehidupan menurut Shadra dan Whitehead (Jakarta: Teraju, 2003) cet. 1, h. 39. Manusia dengan bebas dapat menemukan cara dan mengerahkan kemampuannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Whitehead (1967), dalam pandangan sains modern, nature is a dull affair, soundless, scentless, colourless, merely the hurrying of material. Endlessly, meaninglessly (alam adalah sesuatu yang mati, sepi, tidak bersuara, tidak berbau, tidak berwarna, alam hanyalah sebuah materi yang tidak bertujuan dan tidak bermakna

Menurut Fritjof Capra (1996), krisis global yang sedang dihadapi dunia merupakan akibat dari cara pandang manusia dan keserakahan manusia terhadap alam; entah keserakan karena kemiskinan, kebodohan atau keserakahan untuk menghimpun kekayaan yang banyak. Demikian pula tidak difungsikannya perangkat nilai transendental dalam diri manusia untuk dijadikan sebagai acuan moral dalam hidup. Lihat Fritjof Capra, The Web of Life (London: Harper Colling, 1996) h. 4-6.

22 Pola ini cenderung membiarkan kerusakan lahan, penangkapan ikan tanpa memperhatikan pertumbuhan populasinya, bahkan banyak dilakukan dengan cara peracunan dan pengeboman. Dikutip

dari Hadi S. Ali Kodra, "Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup", Diktat Seminar Kajian Islam Komprehensif (Jakarta: Pascasarjana UIN Jakarta, 2007) h. 22, t.d.

untuk membuat senjata nuklir dan bom atom. Semua itu pula menjadi faktor penting yang mendatangkan polusi udara dan lingkungan dalam kehidupan manusia.

Pandangan yang demikian bisa saja benar, mengingat manusia modern adalah manusia yang materialis-pragmatis, manusia yang berparadigma time is money, bukan time is responsibility . Manusia telah kehilangan nilai-nilai spiritualitas akibat keberhasilannya dalam menjadi penguasa di bumi sebagai subjek yang otonom (antroposentrisme), sumber-sumber spiritual dan ajaran kebaikan telah dimarjinalkan oleh proses sekularisasi dalam segala aspek kehidupan. Masyarakat modern tidak

menempatkan Tuhan sebagai tempat pertanggungjawaban atas semua bentuk kehidupan yang dijalankan, melainkan pada hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Manusia modern adalah manusia yang materialis-pragmatis. Manusia modern tidak melihat adanya sebuah hukum kehidupan yang bersifat transenden dalam setiap

sesuatu di alam. 23 Akibat sederhananya adalah penggunaan sains dan teknologi didasarkan atas

nilai-nilai kapital, sekular, dan anti-universum, yakni menempatkan manusia sebagai raja yang sah dan bebas dalam mengeksploitasi seluruh kekayaan alam berdasarkan untung-rugi bagi kepentingan manusia. Sebaliknya manusia dianggap tidak bersalah dan berdosa atas perilaku tersebut. Proses selanjutnya adalah bahwa setiap proyek lingkungan yang tidak memberikan nilai untung bagi manusia menjadi telantar dan dikesampingkan. Menurut Nurcholish Madjid, abad modern sebagai abad teknokalisme dianggap telah mengabaikan nilai dan harkat kemanusiaan yang paling

mendasar dan mendalam, yakni wilayah ruhaniah. 24 Pandangan seperti ini merupakan refleksi atau implikasi pada sikap yang telah menghilangkan nilai-nilai transendental-

spiritual dalam diri manusia. Sekjen PBB, Kofi Annan dalam peringatan Hari PBB pada 24 Oktober 1999 menyebut abad 20 yang telah menampilkan pola hidup semacam ini, sebagai abad terkejam dalam sejarah umat manusia. Anthony Giddens

Seyyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam, (selanjutnya disebut Antara Tuhan), (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003) h. 28-29.

24 Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1994) cet. 3, h. 71.

menjuluki masa sekarang dengan ciri manufactured uncertainty, yakni masa yang diliputi ketidakpastian dan mengarah kepada high consequency risk. 25

Penulisan ini tidak mengkaji permasalahan apakah sains bebas nilai atau tidak, akan tetapi pembahasannya beranjak dari sebuah kenyataan yang harus ditanggung oleh manusia sekarang ini berupa terjadinya krisis global yang mengancam kepunahan eksistensi ekosistem, terjadi polusi yang besar akibat penggundulan hutan dan penggunaan zat emisi dalam skala besar. Dari fenomena ini kemudian penulis mencoba untuk menggali rumusan konsep-konsep utama tentang pelestarian alam

dalam al-Quran dan melakukan –sebagaimana dikatakan Seyyed Hossein Nasr- resakralisasi alam (resacralization of nature) untuk membangun kosmologi baru yang

berbasis tradisi spiritualitas agama yang sarat makna dan kearifan. 26 Dalam teks agama dijumpai banyak hal menyangkut hubungan antara Tuhan,

manusia dengan alam. Manusia dan alam adalah makhluk Tuhan yang memiliki relasi kehambaan. Sedangkan relasi manusia dengan alam adalah relasi kekhalifahan, dimana manusia sebagai representasi Tuhan dan alam ditundukkan kepadanya. Kapasitas manusia seperti ini tidak lantas menjadikan manusia menonjolkan relasi kuasa (power relation) atas alam sehingga memberlakukan alam semena-mena, akan tetapi polanya adalah relasi partner sebagai upaya dalam membangun persahabatan yang kekal antara manusia dengan alam. Alam adalah resources manusia, kualitas dan keberlangsungan hidup manusia sangat ditentukan oleh lingkungan hidupnya.

Seyyed Hossein Nasr menilai harus ada kritisisme yang sadar dan cerdas terhadap hasil penelitian manusia tentang alam dan penerapannya. 27 Adanya

disharmonitas antara alam dan manusia akan berakibat pada ketidakmampuan alam memasilitasi kehidupan manusia. 28

Anthony Giddens, Beyond Left and Right (Cambridge: Polity Press, 1984) h. 4. 26 Seyyed Hossein Nasr, Religion and the Order of Nature, h. 29.

27 Seyyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, h. 138. 28 Nasaruddin Umar, "Dimensi Spiritual Relasi Manusia dan Alam Semesta", Jurnal Bimas

Islam Depag RI ., 1, 1 (2008) h. 90-91.

Dalam teks al-Quran dijelaskan sikap semena-mena manusia acapkali menjadi penyebab terjadinya ketidakstabilan dan kerusakan alam:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. ar-Rûm (30):41)

Mengedepankan sikap kasih sayang bagi alam sangat ditekankan al-Quran karena penundukan alam merupakan media untuk mengenal Tuhan lebih dalam sehingga manusia yang diperankan sebagai khalifah (Q.S. al-Baqarah (2): 30) benar- benar bertangung jawab secara langsung kepada Tuhan atas interaksinya dengan alam. Al-Quran memiliki pandangan tentang elemen-elemen penting dalam alam sebagai komponen ontologis dari kehidupan entitas di alam, seperti air sebagai elemen kehidupan yang sangat penting dalam proses produksi dan evolusi kehidupan seperti: Q.S. al-Baqarah (2): 164, 265; al-An'âm (6): 99; Yûnus (10): 24; Ibrâhîm (14): 32, Udara sebagai oksigen seperti dalam Q.S. al-Hijr (15): 22) serta tumbuhan merupakan suatu hasil dari tiga materi dasar kehidupan tersebut di atas sekaligus sebagai sumber energi, seperti: Q.S. al-An'âm (6): 99; an-Nûr (24): 35; Yâsin (36): 80; al-Wâqi'ah (56): 72. Komponen-komponen ini bersifat integral dalam mewujudkan kehidupan ekosistem.

Teori umum dalam al-Quran mengenai keseimbangan ekologi adalah pedoman yang urgen untuk diperhatikan sehingga kelestarian dan keutuhan ekosistem dapat terjaga. Dengan begitu, perubahan iklim yang sedang dihadapi masyarakat dunia dapat dihentikan. Jika tidak, maka tak heran jika bebagai masalah muncul seiring dengan perlakuan kasar manusia terhadap lingkungan. Al-Quran telah mengisyaratkan kepada pembacanya agar upaya yang mengarah pada sikap arogan

dan merugikan orang banyak sedapat mungkin harus dijauhi.

Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar. (Q.S. al-A'râf (7): 33)

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka

seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya (Q.S. al-Maidah (5): 32)

Penggalan kedua ayat di atas meneguhkan sebuah sikap etis dalam melakoni hidup. Kandungan ayatnya juga menunjukkan sikap Islam yang sangat peduli dengan kemaslahatan manusia, terbukti dengan adanya konsekuensi dari setiap perbuatan; jika baik maka akan langsung terkait dengan moralitas dimana jaminannya adalah Penggalan kedua ayat di atas meneguhkan sebuah sikap etis dalam melakoni hidup. Kandungan ayatnya juga menunjukkan sikap Islam yang sangat peduli dengan kemaslahatan manusia, terbukti dengan adanya konsekuensi dari setiap perbuatan; jika baik maka akan langsung terkait dengan moralitas dimana jaminannya adalah

Dengan latar belakang di atas, maka penelitian ini laik untuk dilakukan dengan maksud memberikan kekuatan teori tentang alam yang berjalan sesuai hukum-hukumnya dengan landasan al-Quran melalui penafsiran atas ayat-ayat lingkungan.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Mengingat penelitian ini akan mengkaji tentang prinsip-prinsip al-Quran tentang lingkungan hidup, maka terdapat beberapa masalah yang teridentifikasi terkait dengan objek penelitian ini, di antaranya:

1. Bagaimakah pandangan al-Quran tentang alam?

2. Bagaimanakah metode al-Quran menjelaskan ayat-ayat kauniyyah?

3. Apakah dasar-dasar hukum dalam lingkungan Islami?

4. Bagaimanakah pandangan terhadap alam yang filosofis?

5. Bagaimanakah pendekatan predestinasi (teosentris) diterapkan dalam teori tentang lingkungan?

6. Bagaimanakah wawasan lingkungan dengan pendekatan teologi?

7. Bagaimanakah pengaruh budaya dan perilaku manusia dalam lingkungan

8. Apakah peran sains yang dalam eksplorasi lingkungan sehingga mengakibatkan perubahan iklim?

9. Bagaimanakah bentuk industri modern dalam mengembangkan ilmu pengetahuan?

Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 2005) cet. 5, h. 305.

2. Batasan dan Rumusan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang teridentifikasi mengenai lingkungan, untuk fokusnya kajian ini, maka pembahasannya tidak akan menjawab semua permasalahan tersebut, akan tetapi dibatasi pada konsep keteraturan alam dan penyebab terjadinya krisis ekologi (perubahan iklim) dengan tinjauan ayat-ayat lingkungan. Oleh karena itu, rumusan masalahnya dibuat dalam bentuk pertanyaan, Bagaimanakah Prinsip- Prinsip al-Quran tentang Perubahan Iklim pada Sistem Ekologi?

C. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang perubahan iklim termasuk dalam penelitian kebudayaan (humanities research). Jika ditinjau dari metode kerja yang digunakan, maka digolongkan sebagai penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara

empiris, dan tidak mengutamakan kuantitatif berdasarkan angka-angka. 30 Atau penelitian yang jenis datanya adalah data kualitatif berupa narasi, gambar-gambar

dan teks-teks. 31 Menurut John Lofland dan Lyn H. Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, 32 selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 33 Lawrence Neuman menyatakan bahwa penelitian

kualitatif sangat mengandalkan data instrinsik yang penuh arti. Oleh karenanya, isu utama penelitian kualitatif bukanlah untuk mengkonversi data-data kualitatif ke dalam angka-angka yang reliable dan objektif, melainkan sesuatu yang berhubungan

Kinayati Djojosuroto dan M.L.A. Sumaryati, Prinsip-Prinsip dalam Penelitian Bahasa dan Sastra , ed. Rev., cet. 2 (Bandung: Penerbit Nuansa, 2004) h. 10

31 Romy Kountour, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: Penerbit PPM, 2004) h. 16.

32 John Lofland dan Lyn H. Lofland, Analyzing Social Setting: A Guide to Qualitative Observation and Analysis (Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 47.

33 Misalnya memanfaatkan dokumen dan rekaman yang tersedia, melakukan focus group atau wawancara kelompok, dan teknik-teknik lain yang dipandang relevan digunakan pada suatu penelitian.

dengan subkultur masyarakat, berawal dari usaha memahami jaringan sistem sosial dan berakhir pada kebudayaan yang dipelajari. 34

Jika ditinjau dari segi tempat pelaksanaan, termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengandalkan kajian atas data yang tercantum dalam buku-buku, laporan ilmiah dan informasi melalui media cetak dan media elektronik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Pendekatan deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara dua gejala atau lebih. 35 Sedangkan analitis berarti pembahasan yang memaparkan data

yang telah tersusun dan teridentifikasi dengan melakukan kajian dan analisa terhadap data-data tersebut, atau kajian ini seutuhnya menghendaki telaah terhadap karya- karya tertulis dari para pakar di bidang tafsir dan ilmu lingkungan. Analisa ini mempunyai tiga kriteria yakni: Objektifitas, sistematis dan generalisasi. Objektifitas dengan berdasarkan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Sistematis karena kategorisasi isi harus dirumuskan menggunakan kriteria. Sedangkan generalisasi

artinya temuan dalam penelitian ini haruslah menemukan teori. 36 Penulis juga berupaya untuk menemukan data dan fakta tentang perubahan iklim sebagaimana

yang tercantum dalam penelitian berbagai lembaga dan organisasi lingkungan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi ayat-ayat yang berbicara tentang lingkungan hidup. Data yang diperoleh kemudian dikaitkan dan dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan yang utuh.

Karena mengkaji alam dalam al-Quran berarti mengkaji teks al-Quran itu sendiri, maka pengkhususan kajian mengenai lingkungan mengantarkan penulis untuk

W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches (Boston: Allyn & Bacon A Viacom Company, 1997), h. 328. 35 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) cet. V, h. 35.

36 Lihat Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996) cet. 7, edisi 3, h. 88.

melalukan penelitian dengan metode maudhû'î atau disebut juga dengan tematik. 37 Metode maudhû'î hampir semuanya mengarah pada visi sastra dan kultur

masyarakat yang merupakan ulasan sosial dan masalah keyakinan dan ibadah yang dijadikan sebagai starting point dengan penekanan realita. 38 Ayat-ayat lingkungan

yang teridentifikasi melalui metode ini dihimpun dan dianalisa secara jelas. Akan tetapi, tidak semua ayat-ayat yang diidentifikasi tersebut dicantumkan dalam lembaran penelitian ini, dengan asumsi terdapat beberapa redaksi yang berbeda akan tetapi memiliki relevansi pemahaman.

2. Sumber dan Korpus Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua; primer dan sekunder. Sumber primer adalah ayat-ayat al-Quran melalui penafsiran teks yang mengandung pembahasan tentang lingkungan, di antaranya dari Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-

Ghaib 39 karya Fakhruddîn al-Râzî dan al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qurân karya Tanthâwî Jauharî. 40 Pemilihan atas tafsir ini karena dalam sajiannya menerapkan pola tafsir

dengan corak saintifis atau terdapat tendensi ilmiah dalam menafsirkan ayat-ayat al- Quran.