Tentang Tubagus Atief

A. Tentang Tubagus Atief

Raden Muhammad Atief Bin Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu anak atau keturunan kerajaan Banten dari Pangeran Tirtayasa. Raden Muhammad Atief Bin Sultan Ageng Tirtayasa kemudian lebih dikenal dengan nama Tubagus Atief atau Tubagus Wetan. Nama Tubagus Wetan ini merupakan gelar yang diberikan oleh ayahandanya setelah ia berhasil menaklukkan penjajahan Belanda dan mengislamkan masyarakat Tangerang khususnya masyarakat Cilenggang.

Hal yang sama sebenarnya terjadi juga pada ayahandanya yaitu Sultan Ageng Tirtayasa, yang aslinya bernama Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya putra dari Abu Al- Ma’ali Ahmad. Pada saat diangkat menjadi raja Banten ke-5, tepatnya pada tanggal 10 Maret 1651, sultan baru ini dikenal dengan sebutan Pangeran Ratu Ing Banten, atau julukan yang diberikan oleh khalifah Mekkah adalah Sultan Abu Al-Fath Abdul Fattah Muhammad Syifa Zaina Al- Arifin. Gelar ini belum begitu dikenal banyak kalangan. Nama yang sangat dikenal banyak orang adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Nama Sultan Ageng Tirtayasa ini adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat setempat

(masyarakat penduduk daerah yang bernama Tirtayasa). 2 Perjuangannya dimulai sejak Ia kecil. Tubagus Atief kecil telah

diperintahkan ayahnya yakni pangeran Tirtayasa untuk pergi dari rumahnya agar ia menuntut ilmu dan kelak ia bisa berdakwah (menyiarkan agama Islam). Hal ini serupa dengan keadaan sebelumnya yakni para Wali Songo. Di

2 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara (Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2003), h. 47.

mana para Wali Songo telah melakukan perpindahan dari tempat satu ke tempat lain yang tujuan dilakukannya hal itu adalah untuk berdakwah. 3

Terbukti kegigihannya menuntut ilmu dan kepiawaian Tubagus Atief membuat pangeran Tirtayasa merasa yakin atas Tubagus Atief. Hal ini dapat dilihat saat Tubagus Atief diutus ke Benteng Selatan (Tangerang Selatan) pada zaman penjajahan Belanda dulu.

“Pada waktu itu sebagai panglima perang Pangeran Tirtayasa mengutus Tubagus Atief ke Benteng Selatan atau Tangerang Selatan ini. Ini karena penjajah pelarian dari Benteng itu terdengar lari ke Benteng Selatan dan menjajah rakyat, dan Tubagus Atief ini ditugaskan untuk membantu melindungi rakyat dari penjajah Belanda dan sekaligus untuk menyebarkan agama Islam yang merupakan amanat pula dari Sultan Ageng Tirtayasa. Kan dulunya disini, masyarakat Cilenggang ini khususnya didominasi oleh agama Hindu, itu kira-kira pada tahun 1667. Adapun yang pertama masuk Islam adalah justru dari kelompok Hindu. Mereka memang menentang keras awalnya, mereka menunjukkan kekuatan-kekuatannya, namun Tubagus Atief pun tak tinggal diam, melalui adu ilmu akhirnya mereka dengan izin Allah mampu dikalahkan, kemudian mereka masuk agama Islam dan menjadi

pengikutnya 4 .”

Tidak heran rasanya jika Tubagus Atief kelak menjadi panglima perang kalau melihat dari perjuangan-perjuangan ayahandanya yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah seorang yang sangat berjasa bagi Banten. Seperti disebutkan oleh Nina H. Lubis bahwa sejak pemerintahan pertama sampai saat-saat terakhir, pangeran Tirtayasa sangat besar jasa-jasanya terhadap Banten. Pada saat pemerintahannya Banten berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa, negara-negara tersebut seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis. Pangeran Tirtayasa mampu memainkan perdagangan yang lugas dan mampu bersaing dengan VOC yang menggunakan sistem monopoli perdagangan. Pada saat itu VOC dan Banten

sangat bersaing dan Pangeran Tirtayasa berhasil mamainkannya. 5

3 Prof. Dr. KH. Agil Siradj, MA, “Kata Pengantar; Meneladani Strategi Kebudayaan Para Wali,” dalam Agus Sunyoto, Wali Songo; Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan (Jakarta:

Transpustaka, 2011), h. xi. 4 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

5 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah; Sultan, Ulama, Jawara (Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2003), h. 47.

Pangeran Tirtayasa sendiri mempunyai sembilan anak yaitu, Sultan Haji, Pangeran Purbaya, Pangeran Setiri, Pangeran Jogya, Raden Shoheh, Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief), Ratu Ayu, Ratu Fatimah, Ratu Komala. Kesembilan anak Pangeran Tirtayasa ini tumbuh besar kecuali anak bungsu nya yang bernama Ratu Komala. Menurut penuturan Sos Rendra Ratu

Komala meninggal sejak ia kecil. 6 Dari kesembilan anaknya ini mereka mempunyai tugas masing-masing dari ayahandanya yaitu Pangeran Tirtayasa

termasuk Tubagus Atief yang ditugaskan ke daerah Tangerang yang dulunya bernama Benteng Selatan. Menurut penuturan Sos Rendra nama Tangerang berasal dari kata Tangger yang berarti tanda pembatas daerah. Pada saat penjajahan Belanda tangger inilah yang dipertahankan oleh masyarakat setempat agar tidak dikuasai oleh penjajah, sehingga muncullah istilah menjaga tangger sampai perang dan akhirnya muncullah nama Tanggerang

atau menjaga tangger sampai perang. 7 Perjuangan Tubagus Atief menyiarkan agama Islam sangat gigih dan

penuh semangat. Terbukti, berkat kerja keras itu sampai sekarang masyarakat penduduk Tangerang pada umumnya memeluk agama Islam. Hingga saat ini makamnya yang berada di kelurahan Cilenggang Serpong Tangerang Selatan ramai dikunjungi orang untuk berziarah. Kebiasaan serupa juga terjadi pada masyarakat Jawa pada umumnya. Selain dari makamnya yakni Keramat Tajug, peninggalan sejarah Tubagus Atief juga dapat kita temui di Cilenggang, yaitu masjid Al-Ikhlas. Masjid Al-Ikhlas ini merupakan maskawin Tubagus Atief kepada istrinya yang bernama Siti Almiyah atas permintaan masyarakat setempat. Dari pernikahannya itu Tubagus Atief

6 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013. 7 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

dikaruniai empat orang keturunan yaitu, Tubagus Romdhon, Tubagus Arpah, Tubagus Raje, Tubagus Arja. 8

Bagan 3.1 Silsilah Tubagus Atief

SYARIF HIDAYATULLAH

Pangeran Maulana Hasanudin Ratu Winaon

Pangeran Maulana Yusuf

Pangeran Muhammad

Tubagus Atief

mempunyai empat

anak yaitu Tubagus

Pangeran Abdul Mufahir

Romadhon, Tubagus Arpah, Tubagus Raje,

Tubagus Arja. Dari

Pangeran Abdul Ma’ali

empat anak ini kemudian menyebar ke berbagai daerah. Di

Cilenggang sendiri

Sultan Ageng Tirtayasa

merupakan keturunan

dari Tubagus Arja.

Tubagus Atief

Sumber: wawancara dengan Sos. Rendra 9

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80