Perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

B. Perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

1. Asal Mula Dilaksanakannya Haul “Cuci Pusaka Keramat Tajug”

Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” merupakan kegiatan rutinan tahunan yang telah cukup lama dilaksanakan oleh keluarga besar Tubagus Atief. Dilakukan setiap tanggal 13 pada hitungan tanggal

9 Sos Rendra, Palayangan (Jakarta: Trans Mandiri Abadi, 2010), h. 41. Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

Hijriyah pada setiap tahunnya. Tidak ada yang dapat memastikan kapan awal mula diadakannya pencucian benda-benda pusaka peninggalan Tubagus Atief ini. Namun menurut Sos Rendra kurang lebih 400 tahun yang lalu. Menurut penulis perkiraan ini dapat diperkuat juga dengan perhitungan jarak keturunan di mana saat ini keluarga besar Tubagus Atief

sudah sampai pada keturunan ke sembilan. 10 Awalnya pencucian pusaka ini dilakukan di rumah masing-masing

keturunan Tubagus Atief. Hal itu dilakukan untuk menghindari penjajah (Belanda) dan bertujuan untuk mencegah agar benda-benda pusaka itu tetap aman dari Belanda. Setelah beberapa lama kemudian mulailah pencucian itu dilakukan dengan terang-terangan meskipun masih secara sendiri-sendiri di rumah masing-masing keturunan Tubagus Atief. Hingga pada akhirnya, pada tahun 1992 pencucian pusaka ini dilakukan secara berjamaah di satu rumah dan hanya melibatkan keluarga besar saja.

Beberapa tahun berjalan kegiatan ini sangat mendapat antusias yang besar dari masyarakat sekitar, hingga akhirnya pencucian pusaka di lakukan di Masjid Al-Ikhlas yang bertepatan di depan rumah keluarga besar Tubagus Atief dengan perayaan yang begitu semarak. Pada akhirnya cuci pusaka dan sekaligus haul tahunan ini atas kesepakatan keluarga besar dan masyarakat sekitar dilaksanakan di makam Keramat Tajug. Dan perayaan ini dilakukan dengan beberapa kegaitan tersusun secara

kepanitiaan dengan berbagai macam sistem nilai-nilai budaya. 11

10 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013. 11 Wawancara Pribadi dengan Sos Rendra, Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

2. Gambaran Perayaan Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”

a. Pelaksanaan Cuci Pusaka di Rumah Keluarga Besar

Perayaan Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” dilakukan dalam waktu sehari semalam. Dimulai dari pagi hari hingga berakhir malam harinya. Perayaan ini dimulai dari pencucian pusaka berupa keris, tombak, kujang, golok, pedang dan pisau. Kegiatan pencucian benda-benda pusaka ini dilakukan di rumah salah satu keluarga besar keturunan dari Tubagus Atief. Pada sore harinya selepas solat magrib dilakukan pawai obor dan berarak-arakan dari masjid Al-Ikhlas yang ada di depan rumah keluarga besar Tubagus Atief.

Pada saat pelaksanaan cuci pusaka di rumah keluarga besar Tubagus Atief, ada beberapa hal penting di dalamnya yang menjadi rutinitas setiap kali dilaksanakan pencucian itu. Misalnya pembacaan tahlil dan ditutup dengan pembacaan doa. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian nasihat-nasihat agama oleh salah seorang yang di tuakan. Acara pencucian pusaka ini hanya diikuti keluarga besar yan mempunyai silsilah keturunan dari Tubagus Atief saja. Walaupun terkadang ada orang lain selain dari keturunan keluarga Tubagus Atief, hal itu tidak ada larangan bagi orang lain untuk mengikutinya.

b. Pawai Obor

Pawai obor dilakukan di sore hari. Persiapannya dimulai dari sekitar pukul 16.30 sampai pemberangkatan pawai tersebut setelah solat magrib. Seperti pelaksanaan pawai obor pada umumnya, pada perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini sangat meriah.

Diiringi rebana, yaitu gendang pipih bundar yg dibuat dari tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu bagiannya diberi kulit, biasanya kulit yang digunakan adalah kulit kambing. Masyarakat yang terlibat bernyanyi dengan alunan selawat dan lagu-lagu islami di sepanjang jalan dari halaman masjid Al-Ikhlas menuju makam Keramat Tajug yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Pawai obor ini dikemas sedemikian rupa agar mendapatkan kesan yang meriah. Hai ini dimaksudkan untuk mengumumkan pada masyarakat sekitar bahwa pada saat itu dilaksanakan haul dan pencucian pusaka peninggalan Tubagus Atief. Diikuti masyarakat sekitar dalam berbagai budaya yaitu Jawa, Sunda dan Betawi yang sangat antusias dalam pawai obor ini. Terlepas dari itu pawai obor ini juga sebagai syiar untuk masyarakat setempat melalui alunan-alunan lagu-lagu shalawat yang dibawanya dengan iringan hadrah.

Pasukan hadroh dan beberapa orang yang mengikuti untuk membacakan solawat berada di barisan depan. Disusul dengan beberapa orang yang dengan khusus ditugaskan utntuk membawa peralatan-peralatan, seperti nasi tumpeng, senjata-senjata, makanan- makanan khas daerah cilenggang, dan buah-buahan bahkan sampai makanan-makanan yang modern.

Dibarisan kedua, tepatnya dibelakang barisan hadroh berbaris dan berjalanan sekelompok orang laki-laki khusus dari keturunan Tubagus Atief, meskipun ini tidak direncanakan dan tidak ada unsur-unsur tersendiri. Kemudian disusul oleh warga setempat lengkap dengan obornya, mereka masing-masing telah mempersiapkan diri.

c. Haul di Makam Keramat Tajug dan Pencucian Tutup Pusar

Secara garis besar adanya haul ini bertujuan untuk mengenang perjuangan-perjuangan Tubagus Atief semasa hidupnya. Sebagai ungkapan rasa terimakasih, masyarakat setempat dengan diprakarsai oleh keluarga besar Tubagus Atief mengenanganya dengan pencucian pusaka peninggalan serta diadakannya haul. Tidak hanya itu masyarakat setempat juga melakukan serangkaian doa dan tahlil. Pada saat perayaan di makam keramat Tajug ini disampaikan pula kisah- kisah perjuangan Tubagus Atief semasa hidupnya. Biasanya Sos Rendra yang dipercaya oleh keluarga untuk menyampaikan riwayat

hidup Tubagus Atief. 12 Pada kesempatan ini pula H. Tubagus Tubagus H. Imamudin

menyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakat yang mengikuti perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” secara bergantian. Secara garis besar memang perayaan “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini mempunyai susunan acara yang sudah dirancang oleh panitia. Acara ini meliputi pertama, pembukaan oleh pembawa acara dengan

dibacakan surah Al-Fatihah. 13 Kedua, pembacaan ayat suci Al- Qur’an. Ketiga sambutan disampaikan oleh perwakilan keluarga besar Tubagus

Atief yang diwakili oleh Sos Rendra, kemudian sambutan oleh Bpk Mehdi Solihin, S.Sos sebagai lurah Cilenggang dan Bapak Camat Serpong yang dalam kesempatan kali ini mewakili Wali Kota Tangerang Selatan yaitu Hj. Airin. Keempat, pencucian benda pusaka

12 Pengamatan langsung saat perayaan Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug. 13 Yaitu surat pertama dalam Al-Quran yang berjumlah tujuah ayat.

Tutup Pusar. Tutup pusar ini semacam logam berbentuk bulat. Menurut Tubagus H. Imamudin, tutup pusar tersebut adalah benda pusaka pemberian pangeran Tirtayasa. Tutup pusar tersebut dicuci dengan air dalam sebuah wadah yang telah dicampur dengan kembang tujuh rupa. Kembang tujuh rupa merupakan tradisi yang telah dipakai oleh masyarakat di Asia seperti di India dan Nusantara. Pada setiap

masing-masing daerah memiliki bentuk kembang yang berbeda-beda. 14 Kembang tujuh rupa yang dimaksud dalam perayaan folklor “Haul

Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini adalah kembang mawar, kembang melati, kembang cempaka, kembang kantil, kembang kenanga, kembang sedap malam, serta kembang melati gambir. Kembang- kembang tersebut dicampurkan ke dalam wadah menjadi satu dengan diberi air secukupnya. Tutup Pusar nanti akan di sentuh oleh

masyarakat sekitar yang hadir pada saat perayaan ini. Bersamaan dengan pembacaan kalimat tahlil, tutup pusar yang sudah berada dalam wadah diangkat oleh seseorang yang secara khusus ditugaskan yaitu Ust Ratu Muhammad Aris. Benda itu dibawa kepada setiap masyarakat yang hadir untuk dipegang serta dibersihkan secara simbolis, kemudian air dari hasil cuciannya diusapkan ke wajah guna mengambil berkah dari benda peninggalan Tubagus Atif yang dianggap seorang wali.

Dalam istilah agama Islam wali adalah orang yang suci yang mempunyai bentuk ibadah yang kuat sehingga diberikan kekaromahan

oleh Allah. 15 Tidak jarang warga yang mengikuti “Haul Cuci Pusaka

14 Wawancara pribadi dengan Tubagus Muhammad Aris. Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.

15 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 1267.

Keramat Tajug” berebut untuk mengambil air dari hasil cucian pusaka tutup pusar itu untuk dibawa pulang. Kelima, pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW. yang dipimpin oleh Ust Ghozali. Pada kesempatan

ini maulid yang dibacakan adalah maulid Al- 16 Diba’i. Keenam, sebagai penyempurna perayaan ini ditutup dengan pembacaan doa oleh Ust.

Ghozali. Enam poin mata acara inilah yang menjadi rutinitas tahunan yang dilaksanakan di Makam Keramat Tajug.

Selepas dari mata acara ini masyarakat yang tergabung dalam Folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini menikmati hidangan yang telah tersedia berupa tumpeng khas masyarakat Cilenggang.

Mereka menyebutnya dengan nasi Kabuli. 17

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80