Memaknai Folklor
C. Memaknai Folklor
1. Pengertian Folklor
Secara bahasa folklor berasal dari dua kata. Kata folklor berasal dari folk dan lore dalam bahasa Inggris. Folk dapat diartikan dengan rakyat,
dan bangsa. 44 Menurut James Dananjaya Folk berarti ciri-ciri pengenal yang ada pada sekelompok orang, sehingga ciri-ciri pengenal tersebut
menjadi pembeda dengan kelompok lain. Ciri-ciri pengenal itu ada pada setiap sisi kehidupan kelompok tersebut, misalnya bentuk fisik, gaya hidup
bersosial, terlebih lagi dalam kebudayaan. 45 Sedangkan lore berarti adat dan pengetahuan. 46 Dalam pengertian yang
lebih luas lore diartikan sebagai bentuk tradisi dari kata folk. Tradisi tersebut menjadi semacam adat yang menggejala dan terus akan dipertahankan dalam kurun waktu yang cukup lama. Pada prosesnya, tradisi yang diturunkan biasanya melalui proses tradisional. Tradisi tersebut diturunkan melalui pranata sosial, misalnya, gerak tradisional rakyat, musik rakyat, kesenian rakyat, arsitektur rakyat, kepercayaan atau keyakinan, permainan rakyat, teater rakyat, nyanyian tradisional, legenda dan dongeng, teka-teki, ungkapan tradisional, bahasa rakyat dan
sebagainya. 47
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Amerika: Cornell University Press, 1975; reprint, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 250. 45 James Danandjaya, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 2007), h. 1-3. 46 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,h. 366.
47 S etya Yuwana Sudikan, “Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore, ” dalam Burhan Bungin,
Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2004), h. 71.
Supanto dan kawan-kawan mendefinisikan bahwa folklor adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan yang penyampaiannya melalui pewarisan secara tradisional bagi masyarakat
pendukungnya dan disampaikan secara turun temurun. 48 Dari pengertian di atas dapat didefinisiskan bahawa folklor adalah
budaya tradisional yang dianut oleh sekelompok orang di mana budaya tersebut merupakan hasil peninggalan nenek moyang yang telah diwariskan secara turun temurun dalam kurun waktu yang cukup lama dengan cara tradisional pula.
2. Folklor Haul Cuci Pusaka
Secara bahasa Haul bermakna peringatan kematian yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Sedangkan kata cuci dalam KBBI pemaknaannya selalu digandengkan dengan kata lain. Misalnya, cuci darah bermakna kegiatan mencuci darah dengan teknik tertentu. Cuci muka adalah kegiatan membersihkan muka dengan cara membasuhnya dengan air. Cuci otak adalah sebuah peroses penghilangan pendapat dari otak seseorang bahkan proses penghilangan keyakinan untuk kemudian diisi dengan kekuatan argumen yang baru melalui pemaksaan pada jiwa dan fisik. Cuci perut adalah membersihkan perut dengan memakan obat pencahar, dan masih
banyak contoh yang diberikan dalam KBBI. 49 Sedangkan arti dari pusaka adalah pertama harta benda peninggalan
orang yang telah meninggal yaitu warisan yang ditinggalkan keapada
Supanto dkk, Risalah; Sejarah dan Budaya Seri Folklor (Yogyakarta: Balai Penelitian Sejarah dan Budaya, 1981-1982), h. 48.
49 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
h. 67.
anaknya yang hanya berupa sawah lima petak. Kedua benda yang diturunkan dari nenek moyang biasanya berupa keris. 50
Jadi Haul Cuci Pusaka adalah selamatan tahunan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memperingati hari wafatnya seseorang yang dilakukan setiap satu tahun sekali dan pada saat yang bersamaan pula dilakukan pencucian pusaka peninggalan orang yang telah meniggal tersebut.
Kegiatan Haul Cuci Pusaka merupakan bagian dari keragaman budaya Indonesia. Kegiatan tersebut dapat disebut juga dengan upacara tradisional. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam acara ini sangat kental dengan unsur kepercayaan dan nilai. Mempunyai identitas tersendiri, seperti keunikan bahasa atau cara berkomunikasi, pakaian dan penampilan dalam keseharian, makanan yang disajikan pada saat perayaan dan termasuk cara mereka memakannya, waktu yang ditentukan untuk melaksanakan perayaan, penghargaan dan pengakuan dari pihak lain, hubungan-hubungan, nilai dan norma, rasa diri dan ruang, proses mental
da belajar, kepercayaan dan sikap. 51 Dalam upacara tradisi juga terdapat kandungan makna dari setiap
tindak tanduk perayaan tersebut. Begitu juga dalam Haul Cuci Pusaka ini. Hal ini disebabkan karena setiap tradisi pasti menyisakan sebuah
Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,h.910.
51 Philiph R. Harris dan Robert T. Moran, “Memahami Perbedaan-perbedaan Budaya,” dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 58-62.
kebiasaan lama hasil dari peninggalan nenek moyang. Dalam kebiasaan tersebut juga terdapat hukum yang berlaku berdasarkan norma-norma
tertentu. 52
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Peneliti Mulyadi, dkk, Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi di DIY (Yogyakarta: Poroyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan daerah, 1982-1983), h. 35.