Term-Term Jender dalam Al-Qu ’an

A. Term-Term Jender dalam Al-Qu ’an

1 Term menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya istilah. Jadi term term jender dalam al-Qur'an artinya istilah-istilah yang berkaitan dengan jender

dalam al-Qur'an. Istilah-istilah jender yang dimaksud dalam karya tulis ini, yaitu simbol- simbol kalimat dalam al-Qur'an yang dijadikan ukuran oleh para pakar jender. Atau dengan kata lain membahas shigah mudzakar (kata untuk makna laki- laki) dan mu'annats (kata untuk makna perempuan) dalam al-Qur'an.

Adapun shigah-shigah mudzakar dan mu'annats yang biasa digunakan oleh para pakar jender dalam al-Qur'an sangat banyak antara lain dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Istilah-Istilah yang Menunjuk kepada Laki-Laki dan Perempuan

Beberapa istilah yang menunjuk kepada laki-laki dan perempuan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kata al-Rijâl dan al-Nisâ’

Kata al-rijâl merupakan bentuk jamak dari kata al-rajul yang diambil

dari akar kata ﻝﺝﺭ kemudian membentuk beberapa makna seperti ﻼ ـﺟﺭ ﻪﻠﺟﺭ artinya ﻪﻠﺟﺭ ﺏﺎﺻﺍ melukai kakinya. ﺓﺎﺸﻟﺍ ﻞﺟﺭ artinya ﺎﻬﻴﻠﺟﺮﺑ ﺎﻬﻠﻘﻋ mengikat kedua

kaki kambing. ﺎﻫﺪﻟ ﻭ ﺓ ﺃ ﺮﳌ ﺍ ﺖﻠﺟﺭ artinya ﻪ ـﺳ ﺃﺭ ﻞ ـﺒﻗ ﻩﻼـﺟﺭ ﺖـﺟﺮﺧ ﺚﻴﲝ ﻪﺘﻌﺿﻭ seorang

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (selanjutnya tertulis Kamus Bahasa Indonesia) (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 938 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (selanjutnya tertulis Kamus Bahasa Indonesia) (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 938

kepalanya. ﻞﺟﺭ artinya ﻪ ـﻴﻠﺟﺭ ﻰﻠﻋ ﻲﺸﻣ berjalan dengan kedua kakinya atau diartikan , ﻲﺸﳌﺍ ﻰﻠﻋ ﻱﻮﻗ kuat berjalan, ﻪﻠﺟﺭ ﺎﻜﺷ mengeluh terhadap kakinya. ﻥﺍﻮﻴﳊﺍ ﻞﺟﺭ artinya ﺽﺎـﻴﺑ ﻪﻴﻠﺟﺭ ﻯﺪﺣﺍ ﰱ ﻥﺎﻛ binatang itu salah satu dari kedua kakinya ada warna putih. ﺮﻌﺸﻟﺍ ﻞﺟﺭ artinya ﺓﺩﻮﻌﳉﺍ ﻭ ﺔ ﻃﻮﺒﺴﻟﺍ ﲔﺑ ﻥﺎﻛ rambutnya

antara lurus dan keriting. 2 Abu Husen Ahmad bin Faris bin Zakaria dalam kamusnya

menyatakan: ﻝﺎ ـﻗ ﻭ ﺀﺎـﻣ ﻞﻴﺴﻣ ﰱ ﻻﺍ ﺖﺒﻨﺗ ﻻ ﺎﻻ ﺀﺎﻘﻤ ﳊﺍ ﺖﻴ ﲰ ﺎﳕﺍﻭ ﺍﻮﻟﺎﻗ ﺀﺎﻘﻤﳊﺍ ﺔﻠﻘﺒﻟﺍ ﺎﳍ ﻝﺎﻘﻳ ﱴﻟﺍ ﻰﻫ ﺔﻠﺟﺮﻟﺍ

ﺔﻠﺟﺭ ﺎ ﺪﺣﺍﻭ ﺀﺎﳌﺍ ﻞﻳﺎﺴﻣ ﻞﺟﺮﻟﺍ ﻞﺑ ﻡﻮﻗ Kata al-rijlah disebut al-baqalah al-hamqâ’, mereka mengatakan,

"Disebut al-hamqâ’, karena sayuran itu hanya tumbuh pada aliran air." Bahkan satu kaum mengatakan, "Kata al-rijalu yang artinya sayuran yang ada pada aliran air mufradnya rijlah."

Sedangkan kata ﻞ ـﺟﺮﻟﺍ dibaca fathah huruf ﺭ dan dibaca dhommah huruf ﺝ artinya ﻡﺩﺍ ﲎ ـﺑ ﻦـﻣ ﻎﻟﺎـﺒﻟﺍ ﺮﻛﺬـﻟﺍ seorang laki laki yang baligh dari keturunan Nabi Adam. Sedangkan kalimat ﺱﺭﺎﻔﻟﺍ ﻑﻼﺧ ﻞﺟﺍﺮﻟﺍ artinya pejalan

kaki bukan penunggang kuda sebagaimana yang ditegaskan al-Qur'an. 4

Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. al-Baqarah/2: 239)

2 Ibrahim Anis at. al., al-Mu'jam al-Wasîth, (selanjutnya tertulis al-Wasîth) (Mesir: Majma al-Lughah al-Arabiyah, 1980), Jilid I, h. 332

3 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, Mu'jam al-Maqâyis fî Lughah, (selanjutnya tertulis al- Maqâyis fî Lughah) (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 444

4 Ibrahim Anis at, .al, al-Wasith …, jilid I, h. 332

Kemudian kata ﻝﺎ ــﺟﺭ dan ﺔ ــﻠﺟﺭ sebagai kata jamak , kemudian dijamakkan lagi yang biasa disebut ﻊـﻤﳉﺍ ﻊﲨ menjadi ﺕﻻﺎـﺟﺭ yang artinya orang-orang terhormat. Ketika kalimat ﺔ ـﻠﺟﺭ ﺓ ﺃ ﺮ ـﻣﺍ maka artinya berubah menjadi ﺔ ـﻓﺮﻌﳌﺍ ﻭ ﻱ ﺃ ﺮﻟﺍ ﰱ ﻝﺎﺟﺮﻟﺎﺑ ﺖﻬﺒﺸﺗ seorang perempuan yang menyerupai

laki laki dalam pikirannya dan pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan hadis

Nabi ﻱ ﺃ ﺮ ـﻟﺍ ﺔ ـﻠﺟﺭ ﺎﻬﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﺭ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﺖﻧﺎﻛ Aisyah r.a. pikirannya menyerupai laki-laki. Sedangkan kata ﺔ ـﻴﻟ ﻮﺟﺮﻟﺍ ﻭ ﺔﻟﻮﺟﺮﻟﺍ artinya sifat yang sempurna yang

terdapat pada seorang laki-laki. 5 Jadi kata Rajul kesemuanya menunjukkan arti kuat, perkasa dan memiliki ketangguhan.

Dari pengertian di atas, Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa, "Semua orang yang masuk dalam kategori al-rajul termasuk juga kategori al-dzakar tetapi tidak semua al-dzakar masuk dalam kategori al-rajul. Kategori al-rajul menuntut sejumlah kriteria tertentu yang bukan hanya mengacu kepada jenis kelamin, tetapi juga kualifikasi budaya tertentu, terutama sifat-sifat kejantanan

(masculinity)." 6

Akar kata ﻝﺝﺭ dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 73 kali

dalam al-Qur'an. 7 Namun kata al-rajul jamaknya al-rijâl yang artinya kaum laki-laki terdapat 55 kali disebut dalam al-Qur'an, yaitu 24 kali dalam bentuk

mufrad (makna tunggal), 5 kali dalam bentuk mutsanna (makna dua) dan 26 kali dalam bentuk jamak (banyak).

Dari 55 kata tersebut Nasaruddin Umar membagi ke dalam 5 kecenderungan pengertian dan maksud sebagai berikut:

5 Ibrahim Anis at al, al-Wasith…,Jilid I h. 332 6 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur'an, (selanjutnya tertulis

Kesetaraan Jender ) (Jakarta: Paramadina, 2001), Cet.II, h. 145 7 Ibrahim Madkur, Mu'jam alfâdh al-qur'an al-karîm, (selanjutnya tertulis Al-fâdh al-

Qur ’ an ) (Cairo: Majma al-lughah al-arabiyah al-Idârah al-âmmah lil Mu'jamât wa Ihya al-Turâts, 1988), Jilid. I, h. 477-479

1) Al-Rajul dalam arti jender laki-laki seperti terdapat pada surat al- Baqarah/2: 282, 228, surat al-Nisâ’/4: 34, 32.

2) Al-Rajul dalam arti orang, baik laki-laki maupun perempuan seperti terdapat pada surat al-A'râf/7: 46, al-Ahzâb/33: 23.

3) Al-Rajul dalam arti nabi atau rasul seperti terdapat pada surat al- Anbiyâ/21: 7, Saba/34: 7.

4) Al-Rajul dalam arti tokoh masyarakat antara lain terdapat pada surat Yâsîn/36: 20, al-A'râf/7: 48, alQashash/28: 20, al-Mu'min/40: 28, Al- A'râf/7: 48, 155, al-Kahfi/18: 32, 37, al-Qashash/28: 15, al-Jin/72: 6, dan al-Ahzâb/33: 40, 23, al-Nahl/16: 76

5) Al-Rajul dalam arti budak seperti terdapat pada surat al-Zumar/39: 29, al- Nisâ’/4: 1, dan al-Naml/27: 55. 8

Sedangkan kata al-nisâ’ menurut etimologi diambil dari kata nasia ( ﻱﺱﻥ ) yang artinya ada dua yaitu melupakan sesuatu dan meninggalkan sesuatu. 9 Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah :

Mereka melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka…(Q.S. at- Taubah/9: 67)

Begitu juga terdapat dalam firman Allah

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Q.S. Taha/20: 115)

8 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 147-158 9 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah… h. 1024

10 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah… h. 1025

Seorang perempuan tertunda haidnya pada waktunya, maka diharap bahwa perempuan itu hamil.

Dan terdapat pula dalam ayat yang lain

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. al- Taubah/9: 37)

Sedangkan Ibnu Mandur dalam kamus Lisân al-Arab menyatakan:

Kata niswah artinya meninggalkan untuk bekerja, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah: "Mereka melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka terhadap diri mereka."

Jadi kata al-Nisâ’ memiliki arti lemah, menunda, lupa, meninggalkan dan mengulur-ulur waktu. Sedangkan menurut terminologi kata al-nisâ’, al- niswan, dan al-niswah merupakan kata jamak dari kata al-mar'ah (perempuan) yang bukan dari lafadhnya seperti kata al-kaum merupakan jamak dari kata al-

mar'u 12 . Sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya

11 Ibnu Manzhûr, Lisân al-Arab, (selanjutnya tertulis Lisân al-Arab) (Mesir: Daar al-Fikr, t.t.) Jilid. VI, h. 4417

12 Al-Raghib al-Ashfihani, Mu'jam Mufradât al-Fâdh al-Qur'an, (selanjutnya tertulis Mufradât al-fâdh al-Qur ’ an ) (Bairut: Daar al-Fikr, t.t.), h.513

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula kaum perempuan (mengolok-olok) kaum perempuan lain (karena) boleh jadi kaum perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-Hujurat/33: ayat 11).

Kata al-nisâ’ menurut Nasaruddin Umar berarti jender perempuan, sepadan dengan kata al-rijâl yang berarti jender laki-laki. 13 Kata al-nisâ’

dalam berbagai bentuknya terdapat dalam 55 ayat dan terulang sebanyak 59 kali dalam al-Qur'an. Dari 59 kata al-nisâ’ menurut Nasaruddin Umar memiliki kecenderungan pengertian dan maksud sebagai berikut:

1) Al-nisâ’ dalam arti jender perempuan terdapat dalam al-Qur'an

Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. (Q.S. al-Nisâ’/4: 7)

Begitu juga terdapat dalam ayat yang lain

13 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 159

٣٢ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Nisâ’/4: 32)

Kata al-nisâ’ menurut Nasaruddin Umar menunjukkan jender perempuan. Porsi pembagian hak dalam ayat ini tidak semata-mata ditentukan oleh realitas biologis sebagai perempuan atau laki-laki, melainkan berkaitan erat dengan realitas jender yang ditentukan oleh faktor budaya yang bersangkutan. Ada atau tidaknya warisan ditentukan oleh keberadaan seseorang. Begitu seseorang lahir dari pasangan muslim yang sah, apapun jenis kelaminnya, dengan sendirinya langsung menjadi ahli waris. Sementara itu besar kecilnya porsi pembagian peran ditentukan oleh faktor eksternal, atau menurut istilah ayat ini ditentukan oleh usaha

yang bersangkutan. 14

2) Al-nisâ’ dalam arti istri-istri, seperti terdapat dalam al-Qur'an

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah, "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesung-guhnya Allah menyukai

14 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 161 14 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 161

Dalam ayat yang lain juga disebutkan

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Baqarah/2: 223 )

Kata al-nisâ’ dalam kedua contoh di atas diartikan dengan istri-istri, sebagaimana halnya kata al-mar'ah sebagai bentuk mufrad dari kata al- nisâ’ , hampir seluruhnya berarti istri. Misalnya imra'ah Lûth (Q.S. al- Tahrîm/66:10) imra'ah Fir'aun (Q.S. al-Tahrîm/66: 11) dan imra'ah Nûh (Q.S. al-Tahrîm/66: 10). Kata al-nisâ’ yang berarti istri-istri ditemukan pada sejumlah ayat. (Q.S. al-Baqarah/2: 187, 223, 226, 231, dan 236; Q.S. al-Nisâ’/4: 15; dan 23, Q.S. al-Ahzâb/33:30, 32, dan 52; Q.S. Ali

Imrân/3: 61; Q.S. al-Thalaq/65: 4; Q.S. al-Mujâdilah/58: 2 dan 3). 15

b. Al-Dzakar dan al-Untsa

Menurut kamus al-Maqâyis fî al-Lugah, bahwa kata dzakar berasal

dari akar kata ﺭﻙﺫ yang secara harfiyah/etimologi artinya ingat lawan dari lupa seperti 16 ﺊﺸﻟﺍ ﺕﺮﻛﺫ

artinya (aku telah mengingat sesuatu).

Sedangkan menurut kamus al-Wasîth, bahwa kata ﺮﻛﺫ mashdarnya ﺍﺮﻛﺫ ﺍﺭﺎﻛﺬﺗ ﻭ , ﻯﺮﻛﺫ , ﺍﺮﻛﺫ , artinya ﻪ ﻈﻔﺣ (menghafalnya/ menjaganya). Dapat juga

diartikan meminang seperti dalam hadis Ali yang berbunyi ﺔﻤ ﻃﺎﻓ ﺮﻛﺬﻳ ﺎﻴﻠﻋ ﻥﺍ

16 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h.163

Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 388

(Bahwa Ali melamar Fatimah). Juga bisa diartikan memuji seperti ﲎﺛﺍ ﻱﺍ ﷲﺍ ﺮﻛﺫ ﻪﻴﻠﻋ juga bisa diartikan mensyukuri seperi kalimat ﺔﻤﻌﻨﻟﺍ ﺮﻛﺫ artinya seseorang

telah mensyukuri nikmat. Bisa juga diartikan menyerupai seperti ﻱﺍ ﺔﻧﻼﻓ ﺕﺮﻛﺫ ﻞﺟﺮﻟﺎﺑ ﺎﻬﻠﺋﺎ ﴰ ﰱ ﺖﻬﺒﺸﺗ artinya Fulanah menyerupai laki-laki dalam

perangainya." 17 Sedangkan menurut terminologi kata al-dzakar artinya lawan dari kata

al-untsâ 18 (perempuan) yang dikaitkan dengan kelamin. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an

Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki- laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." (Q.S. Ali Imran/3: 36)

Adapun kata al-untsâ diambil dari akar kata ﺚﻧﺍ yang berarti lembut, lunak dan halus. Sedangkan kata al-untsâ (perempuan) adalah lawan dari kata al-dzakar (laki-laki) dari segala jenis (binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia). Sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Manzhur dalam kamus Lisân al- Arab :

Kata al-untsâ (perempuan) diambil dari kata anatsa yang artinya lawan dari laki-laki dari segala jenis (binatang, tumbuh tumbuhan dan

17 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 313 18 19 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 213

Ibnu Manzhur, Lisan al – Arab…, Jilid I, h. 145 Ibnu Manzhur, Lisan al – Arab…, Jilid I, h. 145

Sedangkan al-Raghib al-Ashfihani dalam kamusnya menyatakan

Kata al-untsâ (perempuan) diambil dari kata unuts yang artinya lawan dari laki-laki dan keduanya (kata al-dzakar dan al-untsâ) pada mulanya digunakan untuk makna dua jenis kelamin.

Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (Q.S. al-Nisâ’/4: 124)

Kemudian dalam kamus Al-Maurid disebutkan:

Kata al-dzakar dan al-untsâ dipergunakan untuk jenis manusia, binatang, dan tumbuh tumbuhan.

Sedangkan kata al-rajul, al-nisâ dan al-mar'ah dalam al-Qur'an hanya dipergunakan untuk manusia. Kata al-untsâ dalam berbagai bentuknya dalam al-Qur'an terulang sebanyak 30 kali kesemuanya diartikan jenis kelamin

perempuan. 22

c. Al-Mar'u/al-Imru'u dan al-Mar'atu/al-Imra'atu

21 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h.23 Munir al-Ba’labakka, al-Maurid, (Bairut: Dâr al-Ilmi Lilmalayin,1986), h. 553 22 Majma' al-Lughah al-Arabiyah al-Idârah al-âmmah li al-Mu'jamât wa Ihya al-Turâts,

Mu'jam alfâdh al-Qur'an al-Karîm , (selanjutnya tertulis alfâdh al-Qur ’ an al-Karîm ) (Cairo: Majma al- Lughah al-Arabiyah, 1988), h. 93

Kata al-Imru'u/al-Mar'u terulang dalam al-Qur'an sebanyak 11 kali yang diartikan seorang laki-laki atau seseorang. 23 Kata al-imru'u/al-mar'u

diambil dari kata 24 ﺃ ﺮﻣ yang artinya baik, bermanfaat, dan lezat. Kemudian dibentuk shîgah mubâlagah yang artinya sangat baik atau sangat lezat

sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an

٤ : Berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S. al-Nisâ’/4: 4)

Sedangkan al-Ragib al-Ashfihani dalam kamusnya menegaskan

"Kata mar'un, mar'atun, imru'u, dan imra'atun diambil dari satu akar kata yaitu ﺃ ." ﺮﻣ

Kemudian kata al-mar'u dan imru'un berarti laki-laki atau seseorang (laki-laki atau perempuan) sedangkan kata mar'ah dan imra'ah artinya perempuan. Kata imra'ah dalam al-Qur'an terulang sebanyak 26 kali, 4 kali

diartikan seorang perempuan dan 22 kali diartikan istri. 26

2. Gelar Status yang Berhubungan dengan Jenis Kelamin

23 Majma' al-Lughah al-Arabiyah al-Idârah al-âmmah li al-Mu'jamât wa Ihya al-Turâts, alfâdh al-Qur'an al-Karîm…,

h. 1038

24 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1322

25 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h. 485 26 Majma' al-Lughah al-Arabiyah al-Idârah al-âmmah li al-Mu'jamât wa Ihya al-Turâts,

alfâdh al-Qur'an al-Karîm…,

h. 1039

Gelar status yang berhubungan dengan jenis kelamin dapat disebutkan antara lain:

a. Suami (al-Zawj) dan istri (al-Zawjah)

Menurut Abu Husen Ahmad Ibnu Faris Ibnu Zakaria dalam kamusnya menyatakan :

Kata zawj yang terdiri dari huruf za, wawu, dan jim asalnya menunjukkan kepada pendamping sesuatu terhadap sesuatu seperti, suami pendamping istri, dan istri pendamping keluarganya.

Sesuai dengan ayat al-Qur'an

Dan Kami berfirman, "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (Q.S. al- Baqarah/2: 35)

Dan ayat yang lain

(Dan Allah berfirman), "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zhâlim". (Q.S.al-A'râf/7: 19)

Sedangkan al-Ragib al-Ashfihani dalam kamusnya menyatakan:

27 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 464

Kata zawj ada yang mengatakan artinya setiap patner/ pasangan laki- laki dan perempuan dalam jenis binatang yang berkawin adalah zawj dan setiap pasangan dalam binatang dan selainnya disebut juga zawj seperti sepasang sepatu, sepasang sandal, dan setiap pasangan satu dengan yang lain baik sejenis atau lawannya juga disebut zawj."

Seperti dalam al-Qur'an

Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan. (Q.S. al-Qiyâmah/75: 39)

Sedangkan menurut Ibnu Manzhur dalam kamus Lisân al-Arab

dinyatakan ٢ ٩ . ﺩﺮﻔﻟﺍ ﻑﻼﺧ ﺝﻭﺰﻟﺍ

(Kata zawj/pasangan beda dengan tunggal). Kemudian dia menjelaskan, bahwa kata zawj bisa diartikan pasangan, baik dua laki-laki, atau dua perempuan, kanan kiri, dua jenis yang berbeda seperti putih hitam, manis masam, langit bumi, musim panas dan dingin, malam, dan

siang. 30 Sedangkan kata zawjah dalam kamus Arab hanya digunakan untuk

makna perempuan, sebagaimana dinyatakan oleh Ibrahim Anis dalam kamus

al-Wasîth ٣١ . ﻞﺟﺮﻟﺍ ﺓ ﺃ ﺮﻣﺍ : ﺔﺟﻭﺰﻟﺍ (zawjah adalah istri seorang laki-laki).

Konsep berpasang-pasangan dalam al-Qur'an menurut Nasaruddin Umar adalah "lebih bersifat fungsional, holistik, sakral, dan didasari oleh

kasih sayang yang penuh rahmat (mawaddah wa rahmah)." 32

28 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h. 220

30 Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab…, h. 1884 Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab…, h. 1885

32 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 406 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 179 32 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 406 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 179

Kata ﺏﻻﺍ diambil dari kata ﻮﺑﺍ yang artinya pendidikan dan makanan. Seperti kalimat ﺊﺸﻟﺍ ﺕﻮﺑﺍ artinya saya telah memakan sesuatu. Kemudian kata

ﺏﻻﺍ 33 diartikan ayah dan jamaknya ﺓﻮﺑﺍﻭ ﺀﺎﺑﺍ . Al-Ragib al-Ashfihani mendefinisikan kata ﺏﻻﺍ yaitu:

ﲔﻨﻣﺆﳌﺍ ﺎﺑﺍ ﻢﻌﻠﺻ ﱮﻨﻟﺍ ﻰﻤﺴﻳ "Kata ﺏﻻﺍ diartikan ayah, dan semua orang yang menjadi sebab

terwujudnya sesuatu atau memperbaiki sesuatu, atau menampakkannya disebut ayah. Untuk itu Nabi Muhammad saw. disebut ayah orang- orang beriman."

Ada juga yang mengatakan:

Paman dan ayah, Ibu dan ayah, kake dan ayah disebut ﻦﻳﻮﺑﺍ (dua orang

tua)… dan pendidik manusia disebut juga ayah manusia.

Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah

Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka." (Q.S. al- Zukhruf/43: 22)

Dalam kamus Lisân al-Arab disebutkan:

33 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 53 34 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…, h. 3 35 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…., h. 3

Kata ﺏﻻﺍ asalnya dari kata ﻮﺑﺍ dengan memfathahkan huruf ba karena

jamaknya ﺀﺎﺑﺍ seperti kata ﺀﺎﺣﺭﺍﻭ ﻰﺣﺭﻭ , ﺀﺎﻔﻗﺍﻭ ﺎﻔﻗ maka yang dibuang

adalah huruf wawu karena ketika kamu membuat kata itu menjadi mutsanna (makna dua) menjadi ﻥﺍﻮﺑﺍ .

Kata ﺏﻻﺍ dengan berbagai bentuknya dalam al-Qur'an menurut kamus alfâzh Al-Qur'an Al-Karîm 37 terulang 117 kali. Kata ﺏﻻﺍ mengandung

beberapa makna antara lain:

1) Mengandung makna orang tua, kakek, atau paman terulang 64 kali yaitu dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah/2: 133, 170, 170, 200; al-Nisâ’/4:11, 22; al-Mâidah/5: 104, 104; al-An'âm/6: 87, 91, 148; al-A'râf/7: 28, 70, 71, 95, 173; al-Taubah/9: 23, 24, Yûnus/10: 78; Hûd/11: 62, 87, 109; Yûsuf/12:

38, 40; al-Ra'du/13: 23; Ibrahîm/14: 10; al-Nahl/16: 35; al-Kahfi/18: 5; al- Anbiyâ’/21: 44, 53, 54; al-Mu'minûn/23: 24, 68, 83; al-Nûr/24: 31, 31, 61; al-Furqân/25:18; al-Syu'arâ’/26: 26, 74, 76); al-Naml/27: 67, 68; al- Qashash/28: 36; Lukmân/31: 21; al-Ahzâb/33: 5, 5, 55; Saba/34: 43; Yâsîn/36: 6; al-Shafât/37: 17, 69, 126; Gâfir/40: 8; al-Zukhruf/43: 22, 23,

24, 29; al-Dukhân/44: 8, 36; al-Jâsyiah/45: 25; al-Najm/53: 23; al- Wâqi'ah/56: 48; al-Mujâdalah/58: 22. 38

2) Diartikan ayah kandung terulang 27 kali yaitu dalam al-Qur'an Surat Yûsuf/12: 4, 8, 9,11,16, 17,59, 61, 63, 65, 78, 80,80, 81, 81, 93, 97, 100; Maryam/19: 42, 43, 44, 45; al-Syu'arâ/26: 86; al-Qashash/28: 25,26; al-

Ahzâb/33: 40; al-Shafât/37: 102. 39

3) Diartikan Adam dan Hawa pada al-Qur'an Surat al-A'râf/7: 27

36 Ibnu Manzhur, Lisân al-Arab…, h.15 37 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h.4-7 38

Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an …, h. 4-5 39 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h. 5-7

4) Sebagai kunyah (panggilan) untuk Abdu al-Uzza paman Nabi yaitu Abu Lahab yang tercantum dalam al-Qur'an Surat al-Lahab/111: 1

5) Diartikan kakek terdapat pada al-Qur'an Surat al-An'âm/6: 74; al- Taubah/9: 114; Yûsuf/12: 4, 8, 63; Maryam/19: 42; al-Anbiyâ’/2: 52; al- Haj/22: 78; al-Syuarâ/26: 70; al-Shafât/37: 85; al-Zukhruf/43: 26, al- Mumtahinah/60: 4; Abasa/80: 35.

6) Bila dijadikan mutsannâ (makna dua) diartikan ayah dan ibu, terulang 11 kali yaitu pada al-Qur'an Surat al-Nisâ/4:11; Yûsuf/12: 6, 68, 94, 99, 100;

al-Kahfi/18: 80, 82; Maryam/19: 28; al-Qashash/28: 23). 40 Dari klasifikasi makna di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kata ﺏﻻﺍ yang berbentuk mufrad diartikan ayah kandung, sedangkan bila berbentuk jamak diartikan orang tua, nenek moyang (kakek), atau paman. Sedangkan bila bentuk mutsanna (makna dua) diartikan ayah dan ibu, atau paman dan ayah atau ayah dan kakek. Kecuali dalam al-Qur'an Surat al- A'râf/7 ayat 27 diartikan Adam dan Hawa, dan di dalam al-Qur'an Surat al- Lahab/111 ayat 1 diartikan kunyah (sebutan) untuk Abdu al-Uzza paman Nabi dengan sebutan Abû Lahab.

Menurut Nasaruddin Umar, bahwa hampir semua kata ﺀﺎﺑﻻﺍ bentuk jamak dari kata ﺏﻻﺍ menunjuk kepada pengertian nenek moyang atau leluhur. Kata ﺏﻻﺍ dalam arti nenek moyang atau leluhur tidak mesti harus mengambil jalur laki laki, tetapi juga pada jalur perempuan. Sehingga istilah nenek moyang ﺀﺎﺑﻻﺍ lebih cenderung menekankan pada kualitas jender daripada identitas jenis kelamin. Berbeda dengan kata ﺪﻟﺍﻮﻟﺍ (ayah) yang cenderung

menekankan aspek jenis kelamin (sex). 41

40 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h. 6-7 41 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 181

Sedangkan kata ﻡ ﻷ ﺍ bisa juga digunakan dengan kata ﺓﺪﻟﺍﻮﻟﺍ sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur'an

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Baqarah/2: 233)

Kata ﻡ ﻷ ﺍ dalam al-Qur'an terulang 35 kali yaitu 24 kali bentuk mufrad dan 11 kali berbentuk jamak. 42 Dari 35 kata tersebut tidak selalu artinya Ibu,

tapi mempunyai makna yang berbeda antara lain:

1) Kata ﻡ ﻷ ﺍ disandarakan kepada ﻯﺮﻘﻟﺍ artinya kota Mekkah yang terulang

dua kali (Q.S. al-An'âm/6 : 92; dan Q.S. al-Syu'arâ/26: 7)

2) Kata ﻡ ﻷ ﺍ yang disandarkan kepada ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ artinya inti/pokok kitab yang

terulang 3 kali (Q.S. Ali Imrân/3 : 7; Q.S. al-Ra'du/13 : 39; dan Q.S. al- Zukhruf/43: 4)

42 Muhammad Fuad Abdu al-Baqi, Mu ’ jam al-Mufahrasy Li alfâdh al-Qur ’ an al-Karîm , (selanjutnya tertulis al-Mufahrasy Li alfâdh al-Qur ’ an ) (Cairo : Dâr al-Hadîts, 1986), h. 79

3) Kata ﻡ ﻷ ﺍ disandarkan kepada ﻰﺳﻮﻣ artinya Ibu Musa yang terulang 2 kali

(Q.S. al-Qashash/28 : 7 dan 10)

4) Diartikan tempat kembali atau tempat tinggal (Q.S. al-Qâri'ah/101 : 9)

5) Diartikan ibu kota (Q.S. al-Qashash/28 : 59)

6) Diartikan orang yang tidak pandai tulis baca terulang 6 kali (Q.S. al- A'râf/7: 157, 158: Q.S. al-Baqarah/2: 78; Q.S. Ali Imrân/3: 20, 75; dan

Q.S. al-Jumu'ah/62: 2). 43 Sedangkan 20 kata yang lainnya bisa diartikan ibu kandung dan makna

lainnya. Nasaruddin Umar mengatakan, "Adapun dalam bentuk jama ( ﺕﺎﻬﻣ ) ﺃ di dalam al-Qur'an pada umumnya digunakan khusus untuk pengertian ibu-ibu. Hanya saja ada dalam pengertian ibu dalam garis lurus ke atas mencakup

nenek, ibu susuan, dan ibu dari istri (al-Nisâ’/4 : 23). 44

Kata ﺕﺎﻬﻣﺃ juga digunakan untuk menyebut istri-istri Nabi sebagai

"ibu kehormatan umat Islam yang tidak dibenarkan untuk dikawini (Q.S. al- Ahzâb/33: 6). 45

Kata ﺏﻻﺍ dan ﻡ ﻷ ﺍ tidak selamanya menjadi simbul identitas jender sebagaimana yang lazim ditemukan dalam kitab fikih yang berarti bapak atau ibu. Bapak dan ibu masing-masing mempunyai peran penting dalam pembinaan anak. Urusan keamanan dan tanggung jawab sosial ekonomi lebih banyak diperankan ayah ( ﺏﻻﺍ ) , seperti tercermin dalam kisan Nabi Yusuf bersaudara dengan ayahnya (Ya'qub), Nabi Ismail dan Nabi Ishaq dengan ayahnya, Ibrahim. Adapun ibu ( ﻡ ﻷ ﺍ ) dalam arti ibu lebih banyak dihubungkan dengan tanggung jawab reproduksi dan pembinaan internal rumah tangga

43 Ibrahim Madkur, alfâdh al-qur'an…, h. 82

45 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 188 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 189 45 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 188 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 189

c. Anak Laki-Laki ( ﻦﺑﻻﺍ ) dan Anak Perempuan ( ﺖﻨﺒﻟﺍ )

Kata ﻦﺑﻻﺍ diambil dari kata ﻮﻨﺑ diartikan oleh abu Husen Ahmad bin Faris Bin Zakaria dalam kamus Al-Maqâyis fî al-Lugah :

"Sesuatu yang dilahirkan dari sesuatu seperti anak manusia dan lainnya."

Sedangkan menurut al-Ragib al-Ashfihani dalam kamus Mufradât alfâzh al-Qur'an mengatakan:

Kata ﻦﺑﺍ diambil dari kata ﻮﻨﺑ lalu mereka mengatakan bahwa jama dari

kata ﻦ ﺑﺍ adalah ﺀﺎﻨﺑﺍ dan tashgirnya ﲎﺑ … dinamakan demikian karena

anak itu dibentuk/ dididik oleh ayah, maka ayah yang mendidik anaknnya dan Allah menjadikan ayah sebagai pendidik dalam memperbaiki anak. Dan ada yang mengatakan, "Seluruh yang dihasilkan dari pengarahan, pendidikan terhadap sesuatu, atau hasil dari pencarian sesuatu, atau hasil dari banyak pelayanan terhadap sesuatu, atau dari hasil melakukan urusan sesuatu disebut anaknya.

Seperti ﺏﺮﺣ ﻦﺑﺍ ﻥﻼﻓ (Fulan adalah seorang pemberani), ﻞﻴﺒﺴﻟﺍ ﻦﺑﺍ (seorang yang melakukan perjalanan jauh), ﻞﻴﻠﻟﺍ ﻦﺑﺍ (seorang pencuri), ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻦﺑﺍ

(seorang pelajar)." Sedangkan menurut kamus Al-Wasîth, kata ﻦﺑﺍ artinya anak laki-laki,

tapi orang arab menjadikan kata ﻦﺑﺍ menjadi kunyah (sebutan) terhadap

47 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender…, h. 190

Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 156 48 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…., h. 60 Abu Husen Ahmad Bin Faris Bin Zakaria, al-Maqâyis fî Lughah…, h. 156 48 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…., h. 60

melakukan perjalanan jauh. Adapun jama dari kata ﻦﺑﺍ ada dua yaitu ﺀﺎﻨﺑﺍ dan ﻥﻮﻨﺑ 49 .

Kata ﺖﻨﺒﻟﺍ artinya anak perempuan, jamaknya ﺕﺎﻨﺑ nasabnya ﱴﻨﺑ atau ﲎﺑ ﺍ dan tashgirnya ﺔﻴﻨﺑ namun orang arab menggunakan kata ﺖﻨﺑ untuk kunyah (sebutan) seperti ﺭﺪ ﺼﻟﺍ ﺕﺎﻨﺑ digunakan untuk orang kesusahan, ﺮﻫﺪﻟﺍ ﺕﺎﻨﺑ digunakan untuk orang yang sangat susah, ﻚﻠﻔﻟﺍ ﰱ ﺶﻌﻧ ﺕﺎﻨﺑ digunakan untuk dua kelompok bintang yang satu kecil dan yang satunya besar, ﺽﺭﻻﺍ ﺕﺎﻨﺑ digunakan untuk tempat persembunyian pengembala, dan ﻞﻴﻠﻟﺍ ﺕﺎﻨﺑ digunakan

untuk wanita pelacur. 50

Al-Ragib al-Ashfihani menyebutkan, bahwa kata ﻦﺑﺍ dijadikan makna perempuan menjadi 51 ﺔﻨﺑﺍ atau ﺖﻨﺑ dan jamaknya menjadi ﺕﺎﻨﺑ

. Dari pengertian pengertian diatas, maka Nasaruddin Umar menyatakan:"Bahwa bentuk jama dari kata ﻦﺑﺍ yakni ﺀﺎﻨﺑﺍ atau ﲔﻨﺑ , ﻥﻮﻨﺑ menunjuk kepada pengertian anak-anak

atau anak cucu tanpa dibedakan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. 52 Sebagaimana terdapat dalam al-Qur'an

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah- mudahan mereka selalu ingat. (Q.S. al-A'râf/7: 6)

49 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 72

51 Ibrahim Anis at. al., al-Wasîth…, h. 72 Al-Raghib al-Ashfihani, Mufradât al-Fâdh al-Qur'an…., h. 60 52 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 192

Begitu juga kata ﺪﻟﻮﻟﺍ yang jamaknya ﺩﻻﻭﺍ kadang-kadang diartikan anak laki-laki dan kadang-kadang juga menunjukkan kepada pengertian anak tanpa membedakan anak laki-laki dan perempuan dan ini yang lebih banyak

diungkap dalam al-Qur'an. 53 Seperti dalam al-Qur'an

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (Q.S.Saba/34: 37) Berbeda dengan bentuk jamak kata ﺖﻨﺑ yakni ﺕﺎﻨﺑ yang secara khusus

menunjuk kepada anak-anak perempuan. Seperti terdapat dalam al-Qur'an al- Nisâ/4 ayat 23 dan Surat al-Ahzâb/33 ayat 59. 54

3. Kata Ganti (Dhomir) Berkaitan Dengan Jenis Kelamin

Dhomir menurut Fuad Ni’mah adalah

”Kata ganti adalah isim (kata) yang mabni (tidak berubah) yang menunjukkan pada orang pertama, kedua atau ketiga.”

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kata ganti dalam bahasa Arab sama halnya dengan bahasa Indonesia, ada tiga macam.

a. Kata ganti untuk orang pertama

53 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 193 54 55 Nasaruddin Umar, Kesetaraan Jender …, h. 192

Fuad Ni’mah, Mulakhash Qowaid al-Lughah al-Arabiyah, (Bairut: Daar al-Tsaqafah al- Islamiyah, t.t. ), h. 113

Kata ganti untuk orang pertama ada dua yaitu:

1) Kata ganti orang pertama tunggal dengan menggunakan ﺎﻧﺍ (saya)

digunakan untuk laki-laki dan perempuan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam al-Qur'an yang berbunyi

Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. al-An’âm/6: 56)

2) Kata ganti untuk orang pertama lebih dari satu dengan menggunakan ﻦ ﳓ

(kami) dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah di dalam al-Qur'an

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. (Q.S. al- Baqarah/2:138).

b. Kata ganti untuk orang kedua

Kata ganti untuk orang kedua ada 5 yaitu:

1) Kata ganti orang kedua tunggal untuk laki-laki menggunakan kata ﺖﻧﺍ

(kamu) dengan memfathahkan huruf ta-nya (kamu seorang laki-laki) atau huruf ﻙ yang dibaca fathah. Seperti firman Allah di dalam al- Qur'an Surat al-Mâidah/5 ayat 116 yang berbunyi:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab, "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib."

2) Kata ganti orang kedua tunggal untuk perempuan menggunakan kata ﺖﻧﺍ

dengan mengkasrahkan huruf ta (kamu seorang perempuan) atau menggunakan kata ﻙ yang dibaca kasrah. Seperti firman Allah dalam al- Qur'an yang berbunyi:

Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". (Q.S. al-Namal/27: 33)

3) Kata ganti orang kedua untuk dua orang laki-laki atau dua orang

perempuan menggunakan kata ( ﺎﻤﻛ ) ﺎﻤﺘﻧﺍ (kamu dua orang laki-laki atau dua perempuan) seperti dalam al-Qur'an yang berbunyi:

Allah berfirman, "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang." (Q.S. al-Qashosh/28: 35)

4) Kata ganti orang kedua lebih dari dua orang untuk laki-laki digunakan

kata ( ﻢﺘﻧﺍ ) ﻢﻛ (kalian laki-laki) seperti firman Allah dalam Al-Qur'an

Surat Ali Imrân/3 ayat 71 yang berbunyi:

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?

5) Kata ganti orang kedua lebih dari dua orang untu perempuan digunakan

kata ﱳﻧﺍ atau ﻦﻛ (kalian perempuan) seperti firman Allah dalam al-

Qur'an yang berbunyi:

( ٣٤ - ٣٣ : ٣٣ / ﺏﺍﺰﺣﻻﺍ ) ﺍ

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Ahzâb/33: 33 -34)

c. Kata ganti orang ketiga

Kata ganti orang ketiga ada 5 macam yaitu :

1) Kata ganti orang ketiga tunggal untuk laki laki, digunakan kata ﻮﻫ atau huruf

ha (dia laki laki) seperti firman Allah di dalam al-Qur'an yang berbunyi:

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami- istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. al-Nisâ’/4 : 35)

2) Kata ganti orang ketiga tunggal untuk perempuan digunakan kata ﻰﻫ atau ﺎﻫ (dia perempuan) seperti firman Allah di dalam al-Qur'an Surat al-Tahrîm/66 ayat 12 yang berbunyi: ﺎ ﻬﺑﺭ ِﺕﺎﻤِﻠﹶﻜِﺑ ﺖﹶﻗﺪﺻﻭ ﺎﻨِﺣﻭﺭ ﻦِﻣ ِﻪﻴِﻓ ﺎﻨﺨﹶﻔﻨﹶﻓ ﺎﻬﺟﺮﹶﻓ ﺖﻨﺼﺣﹶﺃ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ﹶﻥﺍﺮﻤِﻋ ﺖﻨﺑﺍ ﻢﻳﺮﻣﻭ

Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

3) Kata ganti orang ketiga untuk dua orang baik laki-laki maupun

perempuan digunakan kata yang sama yaitu ﺎ ﳘ (dia laki laki atau dia perempuan) seperti firman Allah dalam al-Qur'an yang berbunyi: ﻢﻴِﻜﺣ ﺰﻳِﺰﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍﻭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﻣ ﺎﹰﻟﺎﹶﻜﻧ ﺎﺒﺴﹶﻛ ﺎﻤِﺑ ًﺀﺍﺰﺟ ﺎﻤﻬﻳِﺪﻳﹶﺃ ﺍﻮﻌﹶﻄﹾﻗﺎﹶﻓ ﹸﺔﹶﻗِﺭﺎﺴﻟﺍﻭ ﻕِﺭﺎﺴﻟﺍﻭ

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-Mâidah/5: 38)

4) Kata ganti orang ketiga lebih dari dua orang untuk laki laki digunakan kata ﻢﻫ (mereka laki laki) seperti firman Allah dalam al-Qur'an Surat

al-Ahzâb/23 ayat 12 yang berbunyi:

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya."

5) Kata ganti orang ketiga lebih dari 2 orang untuk perempuan digunakan

kata ﻦﻫ (mereka kaum perempuan) seperti firman Allah dalam al- Qur'an yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Q.S. al-Nisâ’/4: 19)

Sekalipun penjelasan mengenai dhamîr sudah dipaparkan di atas, namun demikian perlu memperhatikan catatan mengenai masalah dhamîr (kata ganti) baik munfashil (terpisah), muttashil (bersambung), maupun mustatirah (tersembunyi), karena menurut kaidah bahasa Arab bahwa bila terkumpul mudzakar dan muannats maka cukup digunakan dengan dhamîr mudzakar dan tidak sebaliknya.

Nasaruddin Umar mengutip pendapat ulama dari golongan Mu'tazilah:

"Jawabnya, 'Sesungguhnya yang dimaksud masalah tersebut ialah jika yang dikehendaki seseorang adalah penyebutan perempuan dan laki-laki di dalam satu lafazh, maka harus menggunakan lafazh mudzakar, bukannya lafazh muannats. Dan tidak berarti bahwa zhâhîr lafazh itu

menunjukkan muannats.'" 56