Penciptaan manusia pertama (Adam dan Hawa)

1. Penciptaan manusia pertama (Adam dan Hawa)

Penciptaan manusia pertama dapat dirujuk pada firman Allah

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. al- Nisâ’/4: 1)

Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa surat al-Nisâ’ mengajak agar senantiasa menjalin hubungan kasih sayang antara seluruh manusia. Karena itu ayat ini walau turun di Madinah yang biasanya panggilan

ditujukan kepada orang beriman, ( ﺍﻮﻨﻣﺍ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﺎﻬﻳﺎﻳ ), namun demi persatuan dan

kesatuan, ayat ini mengajak semua manusia yang beriman dan yang tidak beriman. (Lebih lanjut lihat Tafsir al-Mishbah, Vol.2, h.313. 58

58 Amir Abdul Aziz, al-Insan fi al-Islam, (Bairut: Daar al-Furqan, 1986), h. 11 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, yakni Adam atau jenis yang sama, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara

seorang manusia dengan yang lain, dan Allah menciptakan darinya, yakni dari diri yang satu itu pasangannya, dan dari keduanya yakni dari Adam dan istrinya. Allah memperkembangbiakkan laki- laki yang banyak dan perempuanpun demikian. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan pelihara pula hubungan silaturahim. Jangan putuskan hubungan tersebut, karena apapun yang terjadi. Sesungguhnya Allah terus menerus sebagaimana dipahami dari kata ( ﻥﺎﻛ )

Maha pengawas terhadap kamu.

Ketika Muhammad Quraish Shihab menerjemahkan kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ ﻦﻣ

beliau memaparkan pendapat para ulama tafsir. Menurutnya bahwa mayoritas ulama memahaminya dalam arti Adam a.s. Ada juga pendapat minoritas yang memahaminya dalam arti jenis manusia lelaki dan perempuan, seperti Muhammad Abduh, al-Qasimi dan beberapa ulama kontemporer lainnya, sehingga ayat ini sama dengan maksud firman Allah dalam al-Qur'an Surat al- Hujurât/49 ayat 13 yang intinya berbicara tentang asal kejadian manusia yang sama dari seorang ayah dan ibu, yakni seperma ayah dan ovum/indung telur ibu. Tapi tekanannya pada persamaan hakikat kemanusiaan orang perorang, karena setiap orang walau berbeda-beda ayah dan ibunya, tetapi unsur dan proses kejadian mereka sama. Oleh karena itu tidak wajar seseorang menghina

atau merendahkan orang lain. 59 Selanjutnya Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa

memahami kata ﺓﺪﺣﺍ ﻭ ﺲﻔﻧ sebagai Adam a.s. Menjadikan kata ﺎﻬﺟﻭﺯ yang secara harfiyah bermakna pasangannya, adalah istri Adam a.s. Yang populer bernama Hawa. Agaknya karena ayat itu menyatakan bahwa pasangan itu

diciptakan dari ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ yang berarti Adam a.s., maka para ulama tafsir

terdahulu memahami bahwa istri Adam a.s. diciptakan dari Adam sendiri. Pandangan ini kemudian melahirkan pandangan negatif terhadap perempuan

dengan menyatakan bahwa perempuan adalah bagian dari lelaki. 60 Banyak penafsir menyatakan bahwa pasangan Adam itu diciptakan

dari tulang rusuk Adam sebelah kiri yang bengkok, kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip pendapat Qurthubi dalam tafsirnya. ”Oleh karena itu

59 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 314 60 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 315 59 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 314 60 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 315

"Abu Kuraib dan Musa Ibnu Hizam menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Husain Ibnu Ali menceritakan kepada kami dari Zaidah, dari Maisarah al-Asyja’i, dari Abi Hazim, dari Abi Hurairah r.a. Berkata, 'Rasulullah saw. telah bersabda, 'Berwasiatlah kepada para perempuan. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang ada paling atas, jika kamu ingin meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu biarkan, maka tulang rusuk itu tetap bengkok, maka berwasiatlah kepada para perempuan." (H.R. Bukhari)

Hadis ini dipahami oleh ulama-ulama terdahulu dalam arti harfiyah, namun tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya dalam arti metafora, bahkan ada yang menolak kesahehan hadis tersebut. Yang memahami secara metafora menyatakan bahwa hadis itu mengingatkan para laki-laki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana, karena ada sifat dan kodrat bawaan mereka yang berbeda dengan laki-laki, sehingga bila tidak disadari akan mengantar laki-laki bersikap tidak wajar. Tidak ada yang mampu mengubah kodrat bawaan itu. Kalaupun ada yang berusaha, maka akibatnya akan fatal

seperti upaya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. 62 Kemudian Quraish Shihab mengutip Thabathaba’î dalam tafsirnya

yang menyatakan, ”Perempuan (istri Adam a.s.) diciptakan dari jenis yang

61 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab al-Bukhari, Nomor. 3084 61 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab al-Bukhari, Nomor. 3084

mengarah kepada penciptaan pasangan Adam dari unsur yang lain." 63 Muhammad Quraish Shihab juga mengutip pendapat Sayyid

Muhammad Rasyid Ridho, bahwa hal tersebut timbul dari apa yang termaktub dalam Perjanjian Lama (Kejadian II:21-22) yang menyatakan, ”Bahwa ketika Adam tidur lelap, maka diambil oleh Allah sebilah tulang rusuknya, lalu ditutupkannya pada tempat itu dengan daging. Maka dari tulang yang telah dikeluarkan dari Adam itu, dibuat Tuhan seorang perempuan.” Rasyid Ridha menjelaskan, ”Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam Perjanjian Lama seperti redaksi di atas, niscaya pendapat yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak pernah

akan terlintas dalam benak seorang muslim.” 64 Muhammad Quraish Shihab mengatakan

Perlu dicatat sekali lagi bahwa pasangan Adam itu diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka itu bukan berarti bahwa kedudukan kaum perempuan selain Hawa demikian juga, atau lebih rendah dibanding dengan lelaki. Ini karena semua laki-laki dan perempuan anak cucu Adam yang lahir dari gabungan antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana bunyi surah al-Hujurât di atas, dan sebagaimana penegasan-Nya, ”Sebagian kamu dari sebagian yang lain” (Q.S.Ali Imrân/3: 195). Lelaki lahir dari pasangan laki-laki dan perempuan, begitu juga perempuan.

62 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah …,Vol. 2. h. 315 63 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 315 64 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 315

Karena itu, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara keduanya, kekuatan lelaki dibutuhkan oleh perempuan dan kelemahlembutan perempuan didambakan oleh laki-laki. Jarum harus lebih kuat dari kain, dan kain harus lebih lembut dari jarum. Kalau tidak, jarum tidak akan berfungsi, dan kain pun tidak akan terjahit. Dengan berpasangan, akan

tercipta pakaian yang indah, serasi dan nyaman. 65 Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul

Membumikan Al-Qur’an justru agak jelas sikapnya tentang hadis yang menjelaskan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam, dia menegaskan, ”Al-Qur’an menolak pandangan-pandangan yang membedakan (lelaki dan perempuan) dengan menegaskan bahwa keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan bahwa dari keduanya secara bersama-sama Tuhan mengembangbiakan keturunannya baik yang lelaki maupun yang perempuan."

Memang Muhammad Quraish Shihab tidak mengingkari adanya hadis yang artinya ”Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Karena diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim dan Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah. Namun tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi

(kiasan). 66

Penegasan-Nya bahwa ﺎﻬﺟﻭﺯ ﺎﻬﻨﻣ ﻖﻠﺧ Allah menciptakan darinya yakni dari ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ itu pasangannya mengandung makna bahwa pasangan suami istri hendaknya menyatu sehingga menjadi diri yang satu, yakni menyatu dalam perasaan dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya, bahkan dalam menarik dan menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya perkawinan dinamai ﺝﺍﻭﺯ yang berarti keberpasangan di samping

65 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 316 66 Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur ’ an , (selanjutnya tertulis Membumikan al-Qur ’ an ) (Bandung: Mizan, 1992), h. 270 65 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 316 66 Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur ’ an , (selanjutnya tertulis Membumikan al-Qur ’ an ) (Bandung: Mizan, 1992), h. 270

Beberapa pakar tafsir yang belum disebut dalam tafsir al-Mishbah, tampaknya telah disebut oleh Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur'an yang menyatakan, "Banyak sekali pakar tafsir yang memahami kata nafs dengan Adam, seperti Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, Al-Biqa'i , Abu As-Su'ud, dan lain lain. Bahkan At-Tabarsi, salah seorang ulama tafsir bermazhab Syi'ah (Abad ke-6 H.) mengemukakan dalam tafsirnya bahwa seluruh ulama tafsir sepakat mengartikan kata tersebut dengan

Adam." 68 Dalam buku karya terbaru Muhammad Quraish Shihab yang berjudul

Perempuan , dia mengakui ada bias jender bagi mufasir klasik seperti yang disebutkannya,

Bahwa asal kejadian perempuan berbeda dari asal kejadian lelaki. Pandangan ini bersumber dari hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim dan al-Turmudzi melalui Abu Hurairah yang intinya, ”Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. ” Hadis ini dipahami oleh ulama terdahulu secara harfiah, namun tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya secara metaforis, bahkan ada yang

menolak kesahehannya. 69 Dalam buku ini sikap Muhammad Quraish Shihab persis sama seperti

yang diungkapkan dalam buku Membumikan Al-Qur’an dan juga dalam Tafsir al-Mishbah . Dari sini kita dapat melihat bahwa Muhammad Quraish Shihab menggunakan metode muqaran yaitu membandingkan antara para mufasir

67 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 2. h. 316 68 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, (selanjutnya tertulis Wawasan al- Qur ’ an ) (Bandung: Mizan, 1996), h. 299

69 Muhammad Quraish Shihab, Perempuan, (selanjutnya tertulis Perempuan) (Ciputat: Ledntera Hati, 2005), h. 40 69 Muhammad Quraish Shihab, Perempuan, (selanjutnya tertulis Perempuan) (Ciputat: Ledntera Hati, 2005), h. 40

Penulis setuju dengan pernyataan Rasyid Ridha yang dikutip oleh Muhammad Quraish Shihab di atas, karena antara hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk Adam, mirip dengan cerita yang terdapat dalam Perjanjian Lama dalam Kitab Kejadian II ayat 21-22 di atas.

Namun, penulis melihat Muhammad Quraish Shihab kurang tegas sikapnya terhadap hadis yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dari satu sisi dia menolak dengan merujuk pendapat Sayyid Muhammad Ridho di atas, dari sisi lain dia menerima hadis yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Namun demikian, dia tidak setuju dengan penafsiran secara harfiyah, tapi dia menghendaki dengan penafsiran metaforis.

Kemudian penulis mencoba merujuk kitab Perjanjian Lama yang diterbitkan oleh Lembaga Al-Kitab Indonesia Jakarta tahun 1997 ayat 21-23 yang berbunyi,

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan lalu dibawa- Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu, 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,

sebab ia diambil dari laki-laki. 70

70 Lembaga Al-Kitab Indonesia Jakarta, Al-Kitab (Perjanjian Lama), (Jakarta: Lembaga al- Kitab Indonesia, 1997), Cet. Ke-155, h. 2

Cerita tersebut mirip dengan hadis yang diriwayatkan oleh al-Thabari

dalam kitab tafsirnya: ﻯﺪﺴﻟﺍ ﻦﻋ ﻁﺎﺒﺳﺍ ﺎﻨﺛﺪﺣ : ﻝﺎﻗ ﺩﺎﲪ ﻦﺑ ﻭﺮﻤﻋ ﺎﻧﱪﺧﺍ : ﻝﺎﻗ ﻥﻭﺮﻫ ﻦﺑ ﻰﺳﻮﻣ ﲎﺛﺪﺣ ﺔﻣﻮﻧ ﻡﺎﻨﻓ ﺎﻬﻴﻟﺍ ﻦﻜﺴﻳ ﺝﻭﺯ ﻪﻟ ﺲﻴﻟ ﺎﺸﺣﻭ ﺎﻬﻴﻓ ﻰﺸﳝ ﻥﺎﻜﻓ ﺔﻨﳉﺍ ﻡﺩﺁ ﻦﻜﺳﺍ : ﻝﺎﻗ ﺓﺃﺮﻣﺍ : ﺖﻟﺎﻗ ؟ﺖﻧﺍ ﺎﻣ ﺎﳍﺄﺴﻓ ﻪﻌﻠﺿ ﻦﻣ ﷲﺍ ﺎﻬﻘﻠﺧ ﺓﺪﻋﺎﻗ ﺓﺃﺮﻣﺍ ﻪﺳﺃﺭ ﺪﻨﻋ ﺍﺫﺎﻓ ﻆﻘﻴﺘﺳﺎﻓ ٧١ ﺎﻬﻴﻟﺍ ﻦﻜﺴﺗ " ﺖﻟﺎﻗ ؟ ﺖﻘﻠﺧ ﺎﳌﻭ : ﻝﺎﻗ

Musa Bin Harun menceritakan kepada saya, dia berkata, ”Amr Bin Hamad memberitakan kepada kami, dia berkata, 'Asbath dari al- Saddi telah berkata, 'Adam bertempat tinggal di surga, lalu dia berjalan di dalam surga dalam kondisi kesepian yang tidak punya istri yang dia cenderung padanya, lalu dia tidur nyenyak, lalu bangun, tiba tiba di atas kepala dia ada seorang perempuan yang sedang duduk yang diciptakan Allah dari tulang rusuknya, lalu dia bertanya, 'Ada apa engkau?' Dia menjawab, 'saya seorang perempuan. Adam bertanya, 'Untuk apa kamu diciptakan?', Dia menjawab, 'Agar kamu cenderung kepadanya ".

”Ibnu Hamid telah berkata, 'Salmah dari Ibnu Ishak menceritakan kepada kami. Dia berkata, 'Adam mengantuk, di mana berita itu sampai kepada kami dari Ahlu al-Kitab dari Ahli Taurat dan Ahli Ilmu lainnya. Dari Abdillah Bin al-Abbas dan yang lainnya. Kemudian Allah mengambil salah satu tulang rusuk Adam dari sebelah kiri, di mana Adam sedang tidur, yang belum bangun dari tidurnya, Allah swt. menciptakan Istri Adam dari tulang rusuk Adam yaitu Hawa, lalu Allah menyempurnakannya menjadi seorang perempuan, agar Adam

71 Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari/Jami al-Bayân fî Ta ’ wîl al-Qur ’ an, (selanjutnya tertulis Tafsir al-Thabari) (Bairut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1999), Cet. III,

Jilid III, h. 566 72 Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari…, h. 566 Jilid III, h. 566 72 Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari…, h. 566

Berdasarkan cerita yang terdapat dalam Perjanjian Lama dengan hadis tentang penciptaan perempuan khususnya yang diriwayatkan oleh al-Thabari di atas, penulis mencoba untuk mengkritisi hadis-hadis tentang penciptaan perempuan.

Muhammad Abduh dan Abu Muslim mengkritik hadis-hadis tentang perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam dengan mengatakan, ”Bahwa Allah mampu menciptakan Adam dan Hawa dari tanah, lalu apa manfaatnya,

bahwa Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam. 73 Semestinya Muhammad Quraish Shihab mengkritisi hadis-hadis tentang

penciptaan perempuan, atau karena hadis itu diriwayatkan oleh Bukhori yang terkenal ketat dalam persyaratan kesahihan hadis sehingga para ulama hadis menilai kitab Bukhori sebagai peringkat pertama dalam kitab-kitab hadis sahih, sehingga Muhammad Quraish Shihab menganggap tidak perlu diteliti.

Namun demikian seyogyanya dia harus membandingkan antara hadis- hadis sahih yang berkaitan dengan penciptaan perempuan. Karena banyak hadis- hadis sahih yang maknanya berbeda dalam satu masalah, seperti tentang penulisan hadis. Dalam satu riwayat Nabi melarang menulis hadis, sedangkan pada riwayat lain Nabi memerintahkan untuk menulis hadis. Dalam ilmu hadis hal seperti ini disebut Mukhtalaf al-Hadis. Begitu juga hadis tentang penciptaan perempuan beragam redaksinya dan berbeda maknanya. Contoh

73 Al-Imam Muhammad Rasyid Ridho, Tafsir al-Qur'an al-Hakim (Tafsir al-Mannar), (Bairut: Daar al-Ilmiyah, 1999), Cet. I, Jilid 4, h. 270 73 Al-Imam Muhammad Rasyid Ridho, Tafsir al-Qur'an al-Hakim (Tafsir al-Mannar), (Bairut: Daar al-Ilmiyah, 1999), Cet. I, Jilid 4, h. 270

"Abu Kuraib dan Musa Ibnu Hizam menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Husain Ibnu Ali menceritakan kepada kami dari Zaidah, dari Maisarah al-Asyja’i, dari Abi Hazim, dari Abi Hurairah r.a. Berkata, 'Rasulullah saw. telah bersabda, 'Berwasiatlah kepada para perempuan. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang ada paling atas, jika kamu ingin meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu biarkan, maka tulang rusuk itu tetap bengkok, maka berwasiatlah kepada para perempuan." (H.R. Bukhari)

”Amr al-Naqid dan Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami sedangkan lafazhnya dari Ibnu Abi Umar keduanya telah berkata,

”Sufyan telah menceritakan kepada kami dari Abi al-Zinad dari al- ‘Araj dari Abi Hurairah telah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang kamu tidak akan bisa meluruskannya hanya dengan satu cara, maka jika kamu meminta untuk menikmati perempuan itu, maka kamu dapat menikmatinya dengan kondisi bengkok, dan jika kamu berusaha meluruskan tulang rusuk yang bengkok itu, maka kamu akan

74 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab al-Bukhari, Nomor. 3084

75 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Muslim, Nomor. 2670 75 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Muslim, Nomor. 2670

Artinya: ”Abdu al-Malik Ibnu Abdi al-Rahman al-Dimari menceritakan kepada kami, Sufyan memebritahukan kepada kami dari Abi al-Zinad, dari al-‘Araj dari Abi Hurairah, bahwa Nabi saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang tidak dapat diluruskan sesuai dengan bentuknya, jika kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu biarkannya, maka kamu akan menikmatinya dalam kondisi bengkok." (H.R.Ahmad)

”Muhammad Bin Abdullah al-Raqasyi telah memberitakan kepada kami, Abdu al-Warits menceritakan kepada kami, al-Jurairiy menceritakan kepada kami dari Abi al-‘Ala, dari Nuaim Bin Qa’nab, dari Abi Dar, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, jika kamu meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, maka biarkanlah dia, sesungguhnya kebengkokan itu sudah melekat padanya." (H.R. Darimi)

Keempat hadis tersebut dan juga hadis hadis sahih lainya yang berkaitan dengan penciptaan perempuan tidak ada satu hadispun menyebut langsung tulang rusuk Adam, tapi hanya menyebut tulang rusuk, dan tidak ada

76 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal , Nomor. 10044

77 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab al-Dârimi, Nomor. 2124 77 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab al-Dârimi, Nomor. 2124

Begitu juga tidak ada petunjuk al-Qur’an yang mengarah kepada tulang rusuk Adam, bahkan penulis menemukan beberapa hadis sahih yang redaksinya berbeda dengan hadis yang biasa disampaikan para ulama selama ini yaitu:

”Abdul Aziz bin Abdullah menceritakan kepada kami, dia berkata:”Malik menceritakan kepada saya dari Abi al-Zinad dari al- ‘Araj dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah saw telah bersabda, ”Perempuan itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu luruskan tulang rusuk itu, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu meminta untuk menikmatinya, maka kamu akan menikmatinya perempuan itu dalam kondisi bengkok." (H.R.al-Bukhari)

”Harmalah Bin Yahya telah menceritakan kepada saya, Ibnu Wahab telah memberitahukan kepada kami, Yunus telah memberitakan kepada saya dari Ibnu Syihab, Ibnu Musayyab menceritakan kepada saya dari Abi Hurairah telah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika

78 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab al-Bukhari , Nomor. 4786

79 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Shaheh Muslim, Nomor. 2669 79 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Shaheh Muslim, Nomor. 2669

”Abdullah Bin Abi Ziyad telah menceritakan kepada kami, Ya’qub Bin Ibrahim Bin Saad telah menceritakan kepada kami, anak saudaraku Ibnu Syihab menceritakan kepada kami dari pamannya, dari Sa’id Bin al-Musayyab dari Abi Hurairah telah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, ”Bahwa perempuan bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, jika kamu biarkannya, kamu akan menikmatinya dalam kondisi bengkok. Dia mengatakan pada suatu bab dari Abi Dar, Samrah, dan Aisyah. Abu Isa mengatakan, 'Hadis Abu Hurairah ini termasuk hadis hasan shohih garib dari segi ini, dan sanadnya jayyid.'" (H.R.al-Turmudzi)

”Yahya menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Ajlan telah berkata:”Saya telah mendengar Ayahku menceritakan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. telah bersabda, perempuan itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika kamu berusaha keras untuk meluruskannya, kamu akan mematahkannya, jika kamu biarkannya,

80 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Sunan al-Turmudzi , Nomor. 1109

81 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal , Nomor. 9159 81 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Musnad Ahmad Bin Hanbal , Nomor. 9159

”Khalid Bin Makhlad telah menceritakan kepada kami, Malik telah menceritakan kepada kami dari Abi al-Jinad, dari al-‘Araj dari Abi

Hurairah telah berkata, Rosulullah saw. telah bersabda, Bahwa perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika kamu meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu meminta untuk menikmatinya, maka kamu akan menikmatinya dalam kondisi bengkok.'" (H.R. Darimi).

Kelima hadis di atas semuanya hadis sahih, karena para perawinya cukup berkualitas dan tidak ada yang jarh (cacat), kemudian sanadnya bersambung sampai Rasulullah, karena tidak ada yang putus.

Kelima hadis tersebut tidak menyebutkan, bahwa perempuan (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi hanya menyebutkan, bahwa perempuan bagaikan tulang rusuk. Artinya bahwa perempuan itu memiliki sifat-sifat yang ada pada tulang rusuk. Karena 5 hadis tersebut dalam ilmu bahasa disebut tasybîh (penyerupaan). Sedangkan tasybîh menurut ilmu balaghah adalah

”Tasybih menurut istilah adalah melakukan penyerupaan antara dua hal atau lebih, dimaksudkan ada kesamaan diantara keduanya dalam

82 CD Program Hadits ‘Mausu’ah al-Hadits Asy-Syarif al-Kutub al-Tis’ah Versi, 2.00 Kitab Sunan al-Dârimi , Nomor. 2125

83 Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah Fî al-Ma ’ âni Wa al-Bayân Wa al-Badî ’ , (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 214 83 Ahmad al-Hasyimi, Jawâhir al-Balâghah Fî al-Ma ’ âni Wa al-Bayân Wa al-Badî ’ , (Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 214

Jadi, penulis sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa "Hadis yang mengatakan, bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, harus diartikan secara metaforis, bukan makna hakiki. Bahkan hadis-hadis tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk Adam dianggap kurang tepat matannya ."

Karena hadis tersebut termasuk mukhtalaf al-hadîst, sehingga para ulama hadis, jika menemukan dua atau lebih hadis sahih yang berbeda matannya, maka harus ditempuh 4 cara yaitu:

1. Jika mungkin dapat dikompromikan, maka perlu dikompromikan dan keduanya dapat diterapkan.

2. Jika dapat diketahui mana yang dahulu dan mana yang belakangan, maka yang datang belakangan dapat menghapus hukum sebelumnya.

3. Jika tidak diketahui mana yang dahulu dan mana yang belakangan, maka dapat dilakukan tarjîh

4. Jika tidak dapat dilakukan dengan tiga cara tersebut, maka kita tawaqquf (tidak diamalkan keduanya). 84

Mengenai hadis-hadis penciptaan perempuan di atas, penulis cenderung untuk mentarjîh, yaitu perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, melainkan perempuan diciptakan bagaikan tulang rusuk. Karena bila keempat hadis di atas diartikan dengan harfiah (teks), maka kelima hadis di atas tidak dapat diterapkan, tapi bila diartikan secara metaforis, maka antara keempat dan kelima hadis tersebut dapat diterapkan.

84 Mahmud al-Thahhan, Taisîr Mushthalah al-Hadîs, (Bairut: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 47

Hal ini sejalan dengan Abdulkarim al-Khathab yang menyatakan, ”Manusia baik yang ada sekarang maupun yang akan muncul adalah buah dari benih yang satu. Kemudian Allah meniupkan ruh pada benih tersebut, lalu benih itu menumbuhkan buah yang banyak yang bermacam-macam bentuk. Dari benih atau materi yang sama diciptakan istrinya untuk Adam dalam

rangka menyempurnakan keberadaan Adam. 85 Sebuah cerita yang mengatakan bahwa, ”Hawa diciptakan dari tulang

rusuk Adam adalah cerita fiktif, namun sebahagian besar ulama tafsir mengutipnya, lalu mereka memahami ayat ini dari cerita tersebut. Padahal ayat itu tidak memberi pemahaman ini."

Bila kita melihat kata ﺎﻬﺟﻭﺯ ﺎﻬﻨﻣ ﻖﻠﺧﻭ maka kita akan menjumpai dhamir (kata ganti) pada kata ﺎﻬﻨﻣ yang menunjuk pada kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ tidak bermaksud

bentuk manusia seperti Adam, melainkan merujuk pada materi yang tersedia untuk menciptakan manusia. Dari materi itu Adam diciptakan dan dari materi itu juga istrinya Hawa diciptakan untuk menyempurnakan keberadaan Adam (Q.S. al-Naba/78: 8).

Hal ini bukan hanya menciptakan manusia semata, melainkan untuk menciptakan makhluk hidup semuanya, seperti binatang dan tumbuh- tumbuhan, dan siapa tahu juga untuk menciptakan benda mati (Q.S.al- Dzâriyât/51: 49 dan Q.S. al-Qaf/50: 7)… Apakah dari tulang rusuk laki-laki perempuan diciptakan, tentu tidak masuk akal. Sesungguhnya ayat al-Qur’an yang berbicara tentang laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan asal penciptan diantara keduanya, bahkan menjadikan keduanya satu tabiat. Seperti dipahami dari al-Qur'an Surat Ali Imrân/3 ayat 195 dan al-Qur'an Surat al- Qiyâmah/75 ayat 36-39. Ini isyarat yang nyata, bahwa manusia pada

85 Abdulkarim al-Khaththab, al-Tafsir al-Qur ’ an Li al-Qur ’ an , (selanjutnya tertulis al- Tafsir al-Qur ’ an ) (Bairut: Daar al-Fikr, t.t.), Jilid II., h 682 85 Abdulkarim al-Khaththab, al-Tafsir al-Qur ’ an Li al-Qur ’ an , (selanjutnya tertulis al- Tafsir al-Qur ’ an ) (Bairut: Daar al-Fikr, t.t.), Jilid II., h 682

Di atas terbaca kata lelaki disusul dengan kata banyak, sedang perempuan tidak disertai dengan kata banyak. Aneka ragam kesan yang diperoleh ulama dari redaksi itu. Kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip Al-Biqa’i yang menyatakan bahwa, "Walaupun sebenarnya perempuan lebih banyak dari laki-laki, tetapi kata banyak yang menyusul kata lelaki itu untuk mengisyaratkan bahwa lelaki memiliki derajat lebih tinggi.

(Lebih lanjut lihat Tafsir al-Mishbah Vol.2, h.317)." 87 Kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip pendapat

Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi, ”Sedang perempuan tinggal di rumah dan mengurusnya agar rumah menjadi tempat yang tenang, sedang lelaki yang giat bergerak di bumi ini, dan dengan demikian perempuan telah melaksanakan

tugasnya." 88 Hal ini juga yang memperkuat bahwa kepemimpinan rumah tangga ada di tangan suami yang akan dibicarakan pada sub bab berikutnya.

Memang kata ﺚـﺑ telah mengandung makna banyak, sehingga wajar apabila dipertanyakan mengapa ada lagi kata banyak dan hanya dirangkaikan dengan lelaki, tetapi kesan yang diperoleh oleh para ulama itu—sebagaimana

86 Abdulkarim al-Khaththab, al-Tafsir al-Qur ’ an …, Jilid.II h. 682 87 Mereka lebih kuat dan lebih jelas kehadirannya di tengah masyarakat dibanding perempuan. Kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip pendapat Fakhruddin al-Razi, sebelum

al-Biqa’i juga berpendapat serupa. Kata banyak yang menyifati lelaki- dan bukan kata wanita- karena lelaki lebih populer, sehingga jumlah banyak mereka lebih jelas. Ini juga memberi peringatan tentang apa yang wajar bagi lelaki yaitu keluar rumah menampakkan diri dan menjadi populer, sedang yang wajar buat wanita adalah ketersembunyian dan kelemahlembutan. Begitu tulis al-Razi dan dikutip juga oleh Muhammad Sayyid Thantawi. Kemudian Muhammad Quraish Shihab mengutip pendapat Syekh Muhammad Mutawali al-Sya’rawi mempertegas pendapat di atas. Tulisnya, ”Penyebaran di bumi seharusnya hanya khusus buat lelaki, karena Allah berfirman

( ١ ٠ : ٦٢ / ﺔﻌﻤﳉﺍ ) ﻥﻮﺤﻠﻔﺗ ﻢﻜﻠﻌﻟ ﺍﲑ ﺜﻛ ﷲﺍ ﺍﻭﺮﻛﺫﺍﻭ ﷲﺍ ﻞﻀﻓ ﻦﻣ ﺍﻮﻐﺘﺑﺍﻭ ﺽﺭﻻﺍ ﰱ ﺍﻭﺮﺸﺘﻧﺎﻓ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﺖﻴﻀﻗ ﺍﺫﺎﻓ Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah

karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Q.S. al-Jumu’ah/62: 10)

Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah …, Vol.2. h. 317 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah …, Vol.2. h. 317

pengembang-biakan itu ditentukan oleh gen lelaki. Baca tafsir ayat berikut: 89

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Baqarah/2: 223).

Zaitunah Subhan menyatakan,

Dari beberapa pandangan mufasir atau intelektual kontemporer di atas dapat dianalisis bahwa pandangan pertama sepakat menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam karena berdasarkan kata nafsun wahidah yang diyakini dengan makna Adam, sehingga kata minha kembali pada kata ganti (dhomir) ha kepada Adam. Demikian pula kata zaujaha , diyakini sebagai istri Adam yaitu Hawa, sedangkan Adam sebagai penciptaan pertama. Walaupun dari segi bahasa kata nafsun bersifat umum (bisa pria dan wanita). Jenis kata nafs ini, termasuk muannats (dengan sifat yang muannats yaitu wahidah). Dhomir ha yang merujuk muannats (artinya wanita), mengapa kembali ke Adam yang

diyakini pria. 90

89 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah …,Vol. 2. h. 317 90 Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur ’ an, (selanjutnya

tertulis Tafsir Kebencian) (Yogyakarta: LKIS, 1999),h. 49

Pertanyaan Zaitunah Subhan adalah mengapa kembali ke Adam yang diyakini pria, kurang tepat alasannya, karena ha dhamir itu memang tidak langsung kepada Adam, tapi kepada kata nafs yang semua orang ahli bahasa sepakat bahwa kata tersebut adalah muannats majâzi. Tentu tidak salah ha dhamir tersebut kembali kepada kata nafs. Namun, jika yang dimaksud dengan kata nafs itu adalah jiwa Adam, hal itu tidak terlalu salah, karena ha dhamir pada kata zaujaha menunjuk kepada Adam, sebab para ulama sepakat bahwa Hawa adalah istri Adam.

Analisis Zaitunah terhadap hadis Bukhari tentang Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak harus dipahami secara harfiah, dapat penulis terima. Tetapi ketika dia menyatakan bahwa matan hadis Bukhari belum tentu qath’iy wurud dalalahnya sehingga dia menolak hadis tersebut, juga kurang bijaksana karena dia baru menduga tapi belum menelitinya.

Penulis menyimpulkan bahwa penafsiran Quraish Shihab tentang kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ cenderung pada pendapat minoritas ulama yang menyatakan bahwa kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ, adalah Adam dan kata ﺎﻬﺟﻭﺯ adalah Hawa. Tetapi dia tidak sepakat bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam diartikan secara harfiah, melainkan harus dipahami secara metaforis. Kemudian dia menggunakan metode muqâran dengan memaparkan para ulama tafsir, baik ulama klasik maupun ulama kontemporer. Dia juga menilai pendapat yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari diri Adam adalah pendapat mayoritas ulama, sedangkan yang berpendapat, bahwa Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam adalah pendapat minoritas. Kemudian dia juga mengingatkan kepada pembaca, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, bukan berarti bahwa kedudukan kaum perempuan selain Hawa lebih Penulis menyimpulkan bahwa penafsiran Quraish Shihab tentang kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ cenderung pada pendapat minoritas ulama yang menyatakan bahwa kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ, adalah Adam dan kata ﺎﻬﺟﻭﺯ adalah Hawa. Tetapi dia tidak sepakat bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam diartikan secara harfiah, melainkan harus dipahami secara metaforis. Kemudian dia menggunakan metode muqâran dengan memaparkan para ulama tafsir, baik ulama klasik maupun ulama kontemporer. Dia juga menilai pendapat yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari diri Adam adalah pendapat mayoritas ulama, sedangkan yang berpendapat, bahwa Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan Adam adalah pendapat minoritas. Kemudian dia juga mengingatkan kepada pembaca, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, bukan berarti bahwa kedudukan kaum perempuan selain Hawa lebih

Ditinjau dari segi kemanusiaan lelaki dan perempuan tidak ada bedanya. Tetapi Quraish Shihab memandang bahwa keduanya berbeda dari segi fungsinya. Oleh karena itu Quraish Shihab menggambarkan lelaki dan perempuan bagaikan jarum dan kain. Jarum harus lebih kuat dari pada kain dan kain harus lebih lembut daripada jarum, agar kain dapat terjahit dengan baik.

Kemudian penulis mencoba membandingkan dengan tafsir yang belum dirujuk oleh Quraish Shihab antara lain:

a. Tafsir al-Kasysyâf karya Zamakhsyari yang terkenal rasional dan beraliran

Mu'tazilah. Dia cenderung menafsirkan kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ adalah Adam dan

Adam diciptakan dari tanah, sedangkan Allah menciptakan istrinya (Hawa) dari tulang rusuk Adam. 91

b. Tafsir al-Asâs fî al-Tafsîr karya Said Hawa sama halnya dengan pendapat

Zamakhsyari yang menafsirkan kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ yaitu Adam, sedangkan

Hawa, istri Adam, diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam ketika Adam sedang tidur. Pada saat Adam bangun, Adam melihat Hawa yang membuat Adam kagum. Lalu Adam dan Hawa menjalin cinta kasih sehingga

melahirkan laki laki dan perempuan yang banyak. 92

91 Abu al-Qaasim Jaru Allah Mahmud Bin Umar Bin Muhammad al-Zamakhsyari, al- Kasysyâf , (selanjutnya tertulis al-Kasysyâf) (Bairut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1995), Jilid I., h.451

92 Said Hawa , al-Asâs Fî al-Tafsîr, (selanjutnya tertulis al-Asâs Fî al-Tafsîr) (Cairo: Dâr al-Salam, 1985), Jilid II., h. 984 92 Said Hawa , al-Asâs Fî al-Tafsîr, (selanjutnya tertulis al-Asâs Fî al-Tafsîr) (Cairo: Dâr al-Salam, 1985), Jilid II., h. 984

jumhur bahwa kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔ ﻧ adalah Adam. Mereka tidak mengambil ayat

ini, akan tetapi didasarkan pada pemahaman bahwa Adam adalah Abu al- Basyar (bapak manusia)…Dia juga mengutip pendapat al-Ustadz al-Imam (Muhammad Abduh), ”Bahwa zahir ayat menolak maksud kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ adalah Adam dengan dua alasan. Pertama, pembahasan ilmiyah dan sejarah bertentangan dengan pendapat tersebut. Kedua, bahwa Allah

menyebutkan kata ﺀﺎﺴﻧ ﻭ ﺍﲑ ﺜﻛﻻﺎﺟﺭ tidak mengatakan ﺀﺎﺴﻨﻟﺍﻭ ﻝﺎﺟﺮﻟ ﺍ , akan

tetapi al-Qur’an tidak menafikan keyakinan ini dan tidak menetapkan secara pasti tanpa adanya jalan takwil. 93

Kemudian al-Maraghi mengambil kesimpulan, bahwa Allah telah memperbanyak kalian dari satu jenis yang Allah ciptakan dari tanah dan diciptakan dari tanah itu istrinya bernama Hawa. Hal ini didukung oleh pendapat Abu Muslim al-Ashfihani, ”Bahwa makna ﺎﻬﻨﻣ adalah dari jenis yang sama sebagaimana terdapat dalam Q.S. al-Rûm/30 ayat 21; Q.S. al- Taubah/9: 128; dan Q.S.Ali Imrân/3: 164. Oleh karena itu tidak ada perbedaan antara uslub-uslub ayat ini dan uslub-uslub ayat-ayat lain karena makna semuanya adalah sama yaitu dari jenis yang sama. Orang yang menetapkan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam bukan

bersumber dari al-Qur'an Surat al-Nisâ’/4 ayat 1 dan ayat yang lainnya. 94

d. Al-Tafsîr al-Munîr karya Wahbah al-Zuhaily. Al-Zuhaily sejalan dengan

para mufasir sebelumnya. Dia menjelaskan bahwa, ”Kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ

93 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsîr al-Marâghî (selanjutnya tertulis Tafsir al-Maraghii) (Mesir: Syarikah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa al-Halabi wa Awlâdih, 1974), Jilid IV, h. 175

94 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, al-Tafsîr al-Marâghî…, Jilid.IV. h. 177 94 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, al-Tafsîr al-Marâghî…, Jilid.IV. h. 177

Orang yang menganggap Hawa diciptakan dari jenis yang sama bertentangan dengan hadis sahih, karena Allah mampu menciptakan makhluk hidup dari makhluk hidup tanpa melalui proses kelahiran sebagaimana Allah mampu menciptakan makhluk hidup dari benda mati

(tanah). 96

e. Tafsir Nazhm al-Durar fî Tanâsub al-âyât Wa al-Suwar karya Burhanuddin Abu Hasan Ibrahim Bin Umar al-Biqa’i. Al-Biqa'i tidak

sejalan dengan al-Maraghi. Dia menyatakan bahwa, ”Kata ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺲﻔﻧ

adalah Adam sebagai jenis laki-laki yang diciptakan tanpa laki-laki dan perempuan, kemudian kata ﺎﻬﺟﻭﺯ adalah Hawa sebagai jenis perempuan yang diciptakan dari laki-laki tanpa perempuan, dan Isa dilahirkan dari

perempuan tanpa laki-laki." 97