Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa

2. Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa

Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa dapat dirujuk pada firman Allah

95 Wahbah al-Zuhaily, al-Tafsîr al-Munîr, (selanjutnya tertulis al-Munîr) (Bairut: Dâr al- Fikr al-Mu’âshir, 1998), Juz 5, h. 223

96 Wahbah al-Zuhaily, al-Munîr…, Juz 5. h. 224 97 Burhanuddin Abu Hasan Ibrahim Bin Umar al-Biqa’i , Nudzum al-Durar fî Tanâsub al-

âyât wa al-Suwar , (selanjutnya tertulis Nudzum al-Durar) (Bairut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 1995), Juz 2, h. 206

ﲔِﻘِﻟﺎﺨﹾﻟﺍ ﻦﺴﺣﹶﺃ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻙﺭﺎﺒﺘﹶﻓ ﺮﺧﺍَﺀ ﺎﹰﻘﹾﻠﺧ ﻩﺎﻧﹾﺄﺸﻧﹶﺃ ﻢﹸﺛ ﺎﻤﺤﹶﻟ ﻡﺎﹶﻈِﻌﹾﻟﺍ ﺎﻧﻮﺴﹶﻜﹶﻓ ( ١ ٤ - ١٢ : ٢ ٣ / ﻥﻮﻨﻣ ﺆﳌﺍ )

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S.al- Mu'minûn/23:12-14) :

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, Quraish Shihab menyebutkan ada tujuh tahap proses kejadian manusia sehingga ia lahir di pentas bumi ini. Ayat ini lebih kurang menyatakan bahwa,

Dan sesungguhnya Kami bersumpah bahwa Kami telah menciptakan manusia, yakni jenis manusia yang kamu saksikan. Bermula dari suatu saripati yang berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya yakni saripati itu nuthfah yang disimpan dalam tempat yang kokoh yakni rahim ibu. Kemudian Kami ciptakan yakni jadikan nuthfah itu 'alaqah lalu Kami ciptakan yakni jadikan 'alaqah itu mudhgah yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat daging, lalu Kami ciptakan yakni jadikan mudhghah itu tulang belulang, lalu Kami bungkus tulang-belulang itu dengan daging, kemudian Kami mewujudkannya yakni tulang yang terbungkus daging itu menjadi—setelah Kami meniupkan ruh ciptaan Kami kepadanya— makhluk lain daripada yang lain yang sepenuhnya berbeda dengan unsur- unsur kejadiannya yang tersebut diatas bahkan berbeda dengan makhluk- makhluk lain. Maka Maha banyak lagi mantap keberkahan yang tercurah dari Allah, Pencipta Yang Terbaik. Kemudian sesungguhnya kamu wahai anak cucu Adam sekalian sesudah itu, yakni sesudah melalui proses tersebut dan ketika kamu berada di pentas bumi ini dan melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja, dewasa, tua, dan pikun, benar-benar kamu akan mati baik pada masa pikun maupun sebelumnya. Kemudian setelah kamu mati dan dikuburkan, sesunguhnya kamu sekalian pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan dari kubur kamu untuk dimintai pertanggungjawaban, lalu masing-masing Kami beri balasan dan

ganjaran. 98

98 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. IX., h. 165-166

Kemudian Quraish Shihab menjelaskan bahwa,

Berbeda-beda pendapat ulama tentang siapa yang dimaksud kata ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ

pada ayat 12 di atas. Banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Adam. Memang ayat selanjutnya menyatakan Kami menjadikannya nuthfah , bukan Kami menjadikan keturunannya nuthfah. Ini—menurut penganut pendapat diatas—tidak menjadi halangan, karena sudah demikian populer bahwa anak keturunan Adam meliputi proses nuthfah, bagi yang tidak menerima pendapat di atas, ada yang menyatakan bahwa kata ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ

dimaksud adalah jenis manusia. Al-Biqa’i misalnya menulis bahwa kata ﲔﻃ ﻦﻣ ﺔﻟﻼﺳ adalah saripati dari tanah, merupakan tanah yang menjadi bahan

penciptaan Adam. Thaba Thaba’i juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ tidak mungkin Adam. Sedangkan Thahir Ibnu Asyur,

walaupun membuka kemungkinan memahami kata ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ dalam arti Adam,

cenderung berpendapat bahwa kata ﻥﺎﺴﻧﻻﺍ yang dimaksud adalah putra putri Adam as.Sari pati dari tanah itu menurutnya adalah apa yang diproduksi

oleh alat pencernaan dari bahan makanan yang kemudian menjadi darah, yang kemudian berproses hingga ahirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan seks. Nah, inilah yang dimaksud dengan saripati tanah karena ia berasal dari makanan manusia—baik tumbuhan maupun hewan yang

bersumber dari tanah. 99 Lebih lanjut Quraish Shihab menjelaskan bahwa,

Apapun pendapat yang anda kuatkan, yang jelas kata ﺔﻟﻼﺳ terambil dari

kata ﻞﺳ yang antara lain berarti mengambil, mencabut. Patron kata ini mengandung makna sedikit, sehingga kata ﺔﻟﻼﺳ berarti mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya. Kemudian kata ﺔﻔ ﻄﻧ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Ada juga yang

memahami kata itu dalam arti hasil pertemuan seperma dan ovum. Penggunaan kata ini menyangkut proses kejadian manusia sejalan dengan penemuan ilmiah yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin laki-laki mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedangkan yang berhasil bertemu dengan indung telur

perempuan hanya satu saja. Kata ﺔﻘﻠﻋ terambil dari kata ﻖﻠﻋ dalam kamus-

kamus bahasa, kata itu diartikan dengan (a) segumpal darah yang membeku, (b) sesuatu yang seperti cacing berwarna hitam, terdapat dalam

99 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. IX., h. 166 99 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. IX., h. 166

Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa,

Dahulu kata tersebut dipahami dalam arti segumpal darah, tetapi setelah kemajuan ilmu pengetahuan serta maraknya penelitian, para embriolog enggan menafsirkannya dalam arti tersebut. Mereka lebih cenderung memahaminya dalam arti sesuatu yang bergantung atau berdempet di dinding rahim. Menurut mereka, setelah terjadi pembuahan (nuthfah yang berada dalam rahim itu), maka terjadi proses di mana hasil pembuahan itu menghasilkan zat baru, yang kemudian terbelah menjadi dua, lalu yang dua menjadi empat, empat menjadi delapan, demikian seterusnya berkelipatan dua, dan dalam proses itu, ia bergerak menuju ke dinding rahim dan ahirnya bergantung atau berdempet di sana. Nah, inilah yang dinamai 'alaqah oleh al-Qur'an. Dalam priode ini—menurut para pakar embriologi—sama sekali belum ditemukan unsur-unsur darah, dan karena itu tidak tepat menurut mereka, mengartikan 'alaqah atau 'alaq

dalam arti segumpal darah. Kata ﺔﻐ ﻀﻣ terambil dari kata ﻎﻀﻣ yang berarti

mengunyah. ﺔﻐ ﻀﻣ adalah sesuatu yang kadarnya kecil sehingga dapat dikunyah. 101

Lebih lanjut Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa,

Kata ﺎﻧﻮﺴ ـﻛ terambil dari kata ﻰﺴـﻛ yang berarti membungkus. Daging diibaratkan pakaian yang membungkus tulang. Sayyid Qutub menulis

bahwa di sini seseorang berdiri tercengang dan kagum di hadapan apa yang diungkap al-Qur’an menyangkut hakekat pembentukan janin yang tidak diketahui secara teliti kecuali baru-baru ini setelah kemajuan yang dicapai oleh Embriologi. Kekaguman itu lahir antara lain setelah diketahui bahwa sel-sel daging berbeda dengan sel-sel tulang dan juga setelah terbukti bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat sel-sel tulang, persis seperti yang diinformasikan ayat di atas, ”Lalu Kami ciptakan mudhgah itu tulang-belulang, lalu Kami bungkus tulang-belulang itu dengan daging. Maha suci Allah Yang Maha Mengetahui yang umum dan

yang rinci. 102

101 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. IX., h. 166 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. IX., h. 167 102 Muhammad Quraish Shihab, al-Mishbah…, Vol. 9, h. 167

Dalam hal ini Muhammad Quraish Shihab mengacu kepada akar kata bahasa, lalu dibandingkan dengan ilmu pengetahuan melalui pendapat pakar Embriologi. Mengingat metode tafsir al-Mishbah itu berbentuk tahlîli, maka untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat jender yang ada padanya harus membaca tafsirnya secara keseluruhan, sehingga memahaminya tidak parsial yang memang dianjurkan penulisnya.