d. Waktu Antar Hijau
Penentuan waktu antar hijau diambil dari perbedaan antara akhir waktu hijau suatu fase dengan awal waktu hijau pada fase berikutnya. Tujuan penentuan waktu
hijau ini supaya pada saat fase berikutnya mulai hijau, maka arus lalu-lintas yang bergerak pada fase tersebut semuanya telah melewati persimpangan, sehingga tidak
terjadi konflik antara arus lalu-lintas pada fase tersebut dengan arus lalu-lintas pada fase berikutnya. Maka lamanya waktu antar hijau tergantung pada kecepatan
minimum kendaraan untuk melintasi persimpangan tersebut. Pada analisa yang dilakukan bagi keperluan perancangan, waktu antar hijau dapat
dianggap sebagai nilai normal seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut : Ukuran Simpang
Lebar Jalan Rata-rata Nilai normal waktu antar hijau
Kecil 6 – 9 m
4 detik fase Sedang
10 – 14 m 5 detik fase
Besar ≥ 15 m
≥ 6 detik fase Tabel 2.2 Waktu Antar Hijau Indonesia
e. Waktu Kuning
Waktu kuning amber adalah waktu dimana lampu kuning dinyalakan setelah lampu hijau dalam sebuah pendekat. Waktu kuning pada umumnya diambil 3 detik.
f. Rasio Hijau
Rasio hijau adalah perbandingan antara waktu hijau dengan waktu siklus dalam suatu pendekat. Rasio hijau dapat ditentukan dengan rumus :
………………………………………………...………..…..2.2
Universitas Sumatera Utara
Dimana: GR
= Rasio hijau g
= waktu hijau c
= waktu siklus
g. Arus Lalu-Lintas Jenuh
Arus lalu-lintas jenuh adalah arus lalu-lintas maksimum yang dapat melewati persimpangan persimpangan bersinyal. Arus jenuh S dapat dinyatakan sebagai hasil
perkalian dari arus jenuh dasar So dengan faktor penyesuaian F untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya. Dapat dituliskan sebagai berikut:
S = S
O
x F
CS
x F
SF
x F
G
x F
LT
x F
RT
………………..……..……….……2.3 Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar
efektif pendekat : So = 600 x We ………………………………………..………………...2.4
Atau dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
G Gambar 2.15 Arus Jenuh Dasar Untuk Pendekat Tipe P
Penyesuaian kemudian dilakukan untuk kondisi-kondisi berikut : 1.
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota Cs
Tabel 2.3 Faktor Penyesuaian Ukuran kota
2. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
Lingkungan Hambatan
Tipe Rasio kendaraan tak bermotor
Jalan Samping
Fase 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20
≥0,25
Tinggi Terlawan
0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Tinggi Terlindung 0,93 0,91 0,88 0,87 0,85
0,81 Penduduk Kota
juta jiwa Faktor Penyesuaian Ukuran kota
F
CS
3,0 1,0 – 3,0
0,5 – 1,0 0,1 – 0,5
1,0 1,05
1,00 0,94
0,83 0,82
Universitas Sumatera Utara
Komersial Sedang
Terlawan 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75
o,71 COM
Sedang Terlindung 0,94 0,92 0,89 0,88 0,86
0,82 Rendah
Terlawan 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76
0,72 Rendah
Terlindung 0,95 0,93 0,90 0,89 0,87 0,83
Tinggi Terlawan
0,96 0,91 0,86 0,81 0,78 0,72
Tinggi Terlindung 0,96 0,94 0,92 0,89 0,86
0,84 Pemukimam
Sedang Terlawan
0,97 0,92 0,87 0,82 0,79 0,73
RES Sedang
Terlindung 0,97 0,95 0,93 0,90 0,87 0,85
Rendah Terlawan
0,98 0,93 0,88 0,83 0,80 0,74
Rendah Terlindung 0,98 0,96 0,94 0,91 0,88
0,86 Akses
Terbatas TinggiSedangRingan Terlawan
1,0 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
RA TinggiSedangRingan Terlindung 1,0 0,98 0,95 0,93 0,90
0,88 Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
3. Faktor Penyesuaian Kelandaian
Gambar 2.16 Faktor Penyesuaian Untuk Kelandaian F
G
4. Faktor Penyesuaian Parkir
Faktor penyesuaian parkir ditentukan sebagai fungsi jarak dari garis henti sampai kendaraan yang parkir pertama. Faktor ini dapat juga diterapkan untuk kasus-kasus
………….……..………. 2.5
Universitas Sumatera Utara
dengan panjang lajur belok kiri terbatas. Faktor ini tidak perlu diterapkan jika lebar efektif ditentukan oleh lebar keluar. F
P
dapat juga dihitung dari rumus berikut :
5. Faktor Penyesuaian Belok Kanan
Faktor penyesuaian belok kanan ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan. Faktor penyesuaian belok kanan hanya untuk tipe pendekat P, tanpa
median, jalan dua arah dan lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. Rumus faktor penyesuaian belok kanan:
F
RT
= 1,0 + P
RT
x 0,26 ……………………………………………….…2.6
Atau nilainya dapat diperoleh dari gambar berikut ini:
6. Faktor Penyesuaian Belok Kiri
Gambar 2.17 Faktor Penyesuaian Untuk Belok kanan F
RT
Universitas Sumatera Utara
Faktor penyesuaian belok kiri ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kiri. Faktor penyesuaian belok kiri hanya untuk tipe pendekat P tanpa LTOR,
dan lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. Rumus faktor penyesuaian belok kiri : F
LT
= 1,0 – P
LT
x 0,16 ……………………...……….………………….. 2.7 Atau nilainya dapat diperoleh dari gambar berikut ini:
Gambar 2.18 Faktor Penyesuaian Untuk Belok Kiri F
LT
h. Kapasitas Persimpangan Bersinyal