Kapasitas Persimpangan Bersinyal Perilaku Lalu-Lintas • Panjang Antrian

Faktor penyesuaian belok kiri ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kiri. Faktor penyesuaian belok kiri hanya untuk tipe pendekat P tanpa LTOR, dan lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. Rumus faktor penyesuaian belok kiri : F LT = 1,0 – P LT x 0,16 ……………………...……….………………….. 2.7 Atau nilainya dapat diperoleh dari gambar berikut ini: Gambar 2.18 Faktor Penyesuaian Untuk Belok Kiri F LT

h. Kapasitas Persimpangan Bersinyal

Pada umumnya dalam penganalisaan kapasitas, kondisi umum belum memastikan bahwa kondisi tersebut merupakan kondisi yang ideal. Kondisi ideal untuk jalan persimpangan bersinyal adalah sebagai berikut: 1. Memiliki lebar lajur 10 – 12 ft 2. Memiliki kelandaian yang datar 3. Tidak adanya parkir di jalan pada persimpangan 4. Dalam aliran lalu-lintas semuanya terdiri dari mobil penumpang, bus-bus transit lokal tidak boleh berhenti pada areal persimpangan 5. Semua kendaraan yang melintasi persimpangan bergerak lurus Universitas Sumatera Utara 6. Persimpangan bukan berada di daerah distrik usaha bersama central business destrict 7. Indikasi sinyal hijau ada sepanjang waktu 8. Kondisi-kondisi umum yang ada biasanya mencakup kondisi jalan, kondisi lalu-lintas serta kondisi pengontrolan. Kapasitas untuk tiap lengan simpang dihitung dengan rumus berikut ini : Dimana: C = Kapasitas smpjam S = Arus jenuh smpjam hijau G = Waktu hijau det c = Waktu siklus Dari hasil perhitungan kapasitas di atas maka derajat kejenuhan dapat ditentukan. Derajat kejenuhan degree of saturation adalah perbandingan arus kedatangan dengan kapasitas dan dinyatakan dengan rumus berikut ini : Dimana: DS = Derajat kejenuhan Q = Arus lalu-lintas C = Kapasitas …..……………………………………………….….. 2.8 ……………………..………………………………….. 2.9 Universitas Sumatera Utara

i. Perilaku Lalu-Lintas • Panjang Antrian

Jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau NQ dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ 1 ditambah jumlah smp yang datang selama fase merah NQ 2 : NQ = NQ 1 + NQ 2 ....................................................................................................................... 2.10 dengan Jika DS 0,5 ; selain dari itu NQ 1 = 0 dimana : NQ 1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya NQ 2 = Jumlah smp yang dating selama fase merah DS = Derajat kejenuhan GR = Rasio hijau c = Waktu siklus det C = Kapasitas smpjam Q = Arus lalu-lintas pada pendekat tersebut smpjam ………..……………......…..…. 2.12 … 2.11 Universitas Sumatera Utara Untuk keperluan perencanaan manual memungkinkan untuk penyesuaian dari nilai rata-rata ini ke tingkat peluang pembebanan lebih yang dikehendaki. Panjang antrian QL diperoleh dari perkalian NQ dengan luas rata-rata yang dipergunakan per smp 20m 2 dan pembagian lebar masuk. • Angka Henti Angka henti NS yaitu jumlah berhenti rata-rata per kendaraan termasuk berhenti terulang dalam antrian sebelum melewati suatu simpang,dihitung sebagai : Dimana : c = waktu siklus det Q = Arus lalu-lintas smpjam dari pendekat yang ditinjau • Tundaan Delay Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal : 1. Tundaan Lalu-Lintas DT karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang. 2. Tundaan Geometri DG karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang dan atau terhenti karena lampu merah. Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai : D j = DT j + DG j ………….……………………………………..……2.15 …………………………………… 2.13 ……………………………..……..……… 2.14 Universitas Sumatera Utara dimana: D j = Tundaan rata-rata untuk pendekat j detsmp DT j = Tundaan lalu-lintas rata-rata untuk pendekat j detsmp DG j = Tundaan rata-rata untuk pendekat j detsmp Tundaan lalu-lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut didasarkan pada Akcelik 1988 : Dimana: DT j = Tundaan lalu-lintas rata-rata pada pendekat j detsmp GR = Rasio hijau gc DS = Derajat kejenuhan C = Kapasitas NQ 1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya Hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir, pengaturan oleh polisi secara manual, dan sebagainya. Tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat diperkirakan sebagai berikut: DG j = 1-P sv x P T x 6 + P sv x 4 ………………………….….. 2.17 Dimana: DG j = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j detsmp P sv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat ……..………..……….… 2.16 Universitas Sumatera Utara

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAN PENGAMBILAN DATA

III.1. Metodologi Penelitian Metodelogi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut: A. Data Primer • Pencatatan volume lalu-lintas sesuai dengan klasifikasi kendaraan yang telah ditetapkan. Jenis kendaraan yang merupakan unsur lalu-lintas di atas roda sesuai klasifikasi Bina Marga dapat dibedakan sebagai berikut : - Kendaraan ringan LV , meliputi kendaraan bermotor as dua dengan 4 roda dan dengan as 2,0 – 3,0 m. Termasuk mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick up, dan truk kecil. - Kendaraan berat HV , meliputi kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda dan dengan as lebih dari 3,5 m. Termasuk bis, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi. - Sepeda motor MC , meliputi kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda. Termasuk sepeda motor dan becak mesin. - Kendaraan tak bermotor UM , merupakan kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan.Termasuk sepeda, becak dayung, kereta kuda, kereta dorong. Universitas Sumatera Utara